Jemput Bola

44 6 1
                                    

Hasil setrikaan Odah di bantu asisten tetapnya Arum, sudah sampai di tangan pelanggan. Kerapian dan kecepatan kerja Odah langsung tersebar ke seantero Rawa buaya.

Baru sehari, dan bisik-bisik tetangga justru melambungkan nama perempuan berpipi chubby yang membuat Somad makin klepek-klepek.

"Pak ini konsep spanduknya mau kayak gimana? Apa mau eksyen kayak waktu pegang gorengan kemarin?" Tanya Satrio pada Somad yang tengah asyik berselancar di dunia maya mencari rekomendasi setrika uap ekonomis tapi hasil ciamik.

Somad terdiam sesaat, sembari mengelus-elus dagunya yang klimis, mulus kayak jalan tol bebas hambatan. "Hmm... Kayaknya kali ini Bapak nggak sendiri, bapak bakalan duet maut sama Emakmu, Sat," seru Somad yakin.

Jadilah, keesokan harinya Somad sudah bertitah emak libur masak, urusan makanan serahkan ke Mang Petruk atau nggak goreng tempe, tahu sambal terasi. Sesi pemotretan di mulai.

"Pegang setrikaannya jangan kaku gitu dong Mak, kayak robot jadinya," protes Bagas saat melihat Odah berdiri tanpa ekspresi. Somad dan Saodah hari itu berpakaian couple memakai kaus berkerah, warna merah-putih seragam lomba gerak jalan Agustusan tahun lalu.

Jeprat-jepret berakhir dengan sukses, diakhiri dengan teriakan tagline "Mau rapi dan nggak repot? serahkan saja pada Duo S, cepat, terpercaya. Pasti" Somad puas dengan kerja tim keluarganya yang solid, tapi sayangnya, kebahagiaan keluarga kecil itu sedikit ternoda dengan hadirnya tetangga nyinyir

"Aduh, Mat... Mat, lo itu ya jadi orang kok nggak ajeg, baru juga jualan gorengan ealah, sekarang udah foto-foto, mau ngapain? Sok kecakapan, ngimpi jadi artis tapi, sayang cuma tampang doang, rejeki kaki lima."

Somad udah naik darah dengar ocehan Mpok Hindun. "Heh, Mpok denger ya kalau mulut kagak pernah di sekolahin, aye saranin cari sekolah gih, biar tu mulut rada pinteran dikit."

Mpok Hindun udah siap-siap membalas ucapan Somad tapi Saodah lebih gesit, ditariknya lengan Somad masuk ke dalam rumah, tinggal Hindun mangap-mangap kayak ikan cupang.

Beres urusan spanduk Somad dan Saodah berencana membeli setrika uap dan berbelanja perlengkapan lainnya seperti pewangi pakaian dan plastik pembungkus pakaian yang sudah selesai di seterika.
"Wah, Pak Somad sama Ibu mau ke mana nih? Tanya Bude Darmi, saat melihat sepasang suami-istri yang selalu terlihat kompak itu menaiki motor.
"Ini Bude, biasa mau belanja, ke pasar," jawab Somad sekenanya.

Bude Darmi pun manggut-manggut dan sebelum berlalu ia menyampaikan ide dari beberapa tetangga yang merasa terbantu dengan hadirnya Odah mengosok pakaian mereka.
***
Sambil beristirahat usai membeli perlengkapan bakal setrikaan, Odah dan Somad membicarakan ide dari Bude Darmi dan beberapa tetangga.
"Kira-kira gimana Pak? Apa kita coba saja usul mereka? Istilahnya semacam apa itu, kata orang-orang, jemput bola. Lha iya, iya jemput bola," seru Odah berulang kali senang, karena telah berhasil menemukan istilah keren.

Somad, setuju-setuju saja ia, menyerahkan semuanya pada Odah, namun ia juga berpesan untuk mengerjakan segala sesuatu sesuai kemampuan, alias tidak aji mumpung. Mumpung laris, mumpung ada yang butuh tapi ujung-ujungnya kita sendiri yang keok. Saodah tersenyum senang. Sebagai tanda terima kasih ia mengecup pipi Somad

"Loh, Mak salah..." seru Somad, yang di sambut tatapan heran Odah.
"Iya, salah... kok cuma pipi doang, sini belum," ucap Somad sambil mengerling ke arah Odah dan menunjuk ke arah bibir. Tentu saja Odah jadi salah tingkah.

Besoknya Odah bangun lebih awal, tentunya setelah melakukan pembagian tugas pada seluruh anggota keluarga. Ya, sebelum menjalankan ide baru ia ingin, apa yang sudah dijalankan di awal tidak amburadul. Soal makanan Odah tetap mengusahakan memasak sendiri dengan alasan supaya lebih higienis dan terjamin kebersihannya. Jadilah pagi itu, sayur sop lauk telur dadar siap di meja makan.

Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang