Chapter 4

5.8K 784 118
                                    

"lu masih ada masalah sama dia?" Tanya Tsukishima mulai membahas perkara yang justru ingin ku hindari. Ternyata Tsukishima keras kepala dan masih ingin membahasnya, mungkin ini karena kepribadian nya yang dimana ia menemukan masalah, harus diselesaikan sampai tuntas.

"Jangan bahas itu bang, gua males.." Ku alihkan pandanganku dari Tsukishima dan mencoba mengabaikan pertanyaan nya walaupun dia tetap melakukannya.

"Lu jangan diem aja! Kalo emang ga suka yauda putusin aja daripada lu kayak gini," Tsukishima menarik tanganku, mencoba menatapku seolah mengintimidasi diriku. Terus memaksaku membuka mulut, ketegasan nya itu membuatku sedikit takut.

"Kalo mudah, sudah sejak awal udah gua putusin bang," aku menarik tangan ku dari genggaman Tsukishima. "Lu belum cerita sama sekali ke yang lainnya.. mau bicarain nanti?" Aku termenung sesaat lalu mengangguk pelan. Mau bagaimanapun juga, masalah ini perlahan pasti akan terdengar. Lebih aku jujur di awal.

"Gua duluan, baik-baik sekolahnya.." aku melambaikan tanganku setelah Tsukishima lebih dulu turun.

15 menit kemudian...
.
.

15 menit setelah pemberhentian pertama, bis berhenti dan aku turun tepat di depan sekolah ku. Dan dia, sudah berdiri disana seolah menungguku datang dengan beberapa gadis yang mengerumuninya.

Ia menyadari kehadiran ku, "Morning baby.." Sambutnya menyapaku sambil perlahan mendekatiku. Aku berusaha mengalihkan pandanganku dan menghindari kontak mata dengannya.

"Kenapa? Kau tidak mau menatapku?" Ia menyingkirkan tangan ku dan melihat ke arahku.

"Berhenti ngikutin gua bisa? Dan kita putus! Lu seakan menjadikan gua pelampiasan doang!" Tegas ku padanya. Ia hanya tersenyum miring menanggapi nya.

"Aku menolak.." balas nya dengan singkat.

"Kenapa putus? Kau cemburu karena aku, Oikawa Tooru terlalu dekat dengan gadis-gadis lain disekolah ini? Benar begitu [Name]?" Ucapnya sambil memutar bola matanya dengan malas. Aku langsung a berjalan menjauhinya daripada aku harus mendengarkan ucapannya.

"Oi!" Aku menoleh ke belakang, lelaki dengan surai coklat tua itu menyusul ku. Aku cukup lelah melakukan ini namun ancaman darinya seakan mencekik ku tiap kali aku melawannya hingga tidak ada cara lagi selain menurutinya.

"Kenapa kau pergi?" Aku terdiam menanggapi pertanyaan nya. Entah kenapa susah melawan ucapannya, seakan ada hal buruk yang akan terjadi jika aku melawan nya.

"Ngga.." lirihku.

"Aku tanya kenapa kau menjauh?" Tanya Oikawa sekali lagi.

Aku berani mengatakan jika dirinya hanya menggunakan ku untuk pelampiasan karena sikapnya yang berbeda tiap dengan ku dan gadis lain.

"Ngga ada..gw cuma—"

"Oke oke, aku tau kok.. sekarang ikut aku!" Oikawa memotong ucapan ku dan langsung menarikku dengan kasar.

"Oikawa!" Ia memojokkan ku di toilet cowo dan menatapku intens.

"Diam!" Tegasnya. Oikawa langsung mencium ku tanpa aba-aba, memaksaku membuka mulut.

"Hentikan bodoh!!" Aku mendorongnya dengan kuat hingga terjatuh, melepaskan ciuman itu.

"Gila lu?! Apa-apaan tadi brengsek!?" Oikawa kembali berdiri. Merasa tidak dituruti, Oikawa lantas menatapku tajam.

"Lu sebenarnya cowo apa—"

Plakk!

Oikawa menamparku dengan kuat dan membuat pipiku langsung memerah saat itu juga. Dan tak lama kemudian rasa perih mulai terasa.

"Go away from here," ucapnya mengusirku dari hadapannya. "Sebelum aku berubah pikiran.." lanjutnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung meninggalkan nya karena ini termasuk kesempatan untuk ku.

"Kabur saja sebisa mu.." gumam Oikawa melihat dirinya di cermin dengan raut liciknya.

"Kau tetap menjadi tahanan ku.." lanjutnya dengan senyum miring di akhir kata.

*-*-*-*

"Dia.. udah ga nyari gua kan?" Pikirku melihat kanan-kiri lorong kelas, tidak ada tanda-tanda Oikawa. Aku bergegas pergi keluar sembari menunggu balasan dari Tsukishima

Aku langsung berlari menuju halte setelah ancaman dari Tsukishima keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung berlari menuju halte setelah ancaman dari Tsukishima keluar.

"Hai bang!!" Sapa ku pada Tsukishima sambil terengah-engah. Tsukishima menoleh ke arah ku, "Owh.. gimana hari lu?" Tanya-nya

"Baik.. ga latihan bang? Tumben balik.." ucap ku basa-basi dengannya.

"Ngga..  pelatih sibuk, jadi suruh pulang semua, " jawabnya sambil sesekali sibuk dengan handphone nya. Aku mengangguk paham dan hanya berkata, "Oh.." untuk menanggapi nya.

Namun secara tak sengaja Tsukishima melihat ke arah pipi ku, "Itu pipi lu kenapa?"

"Ngga ada—"

"Kalo ditanya jawab! Ini kenapa??" Tsukishima menangkup pipi ku dan melihat dengan seksama. Antara takut dan khawatir jika aku mengatakan nya. Namun tatapan Tsukishima dibalik kacamatanya seakan menyuruh ku untuk mengatakan apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi? Bicara.." ujarnya menyuruh ku. Aku hanya menggelengkan kepala, enggan mengatakan nya disini. Tsukishima menghela napas sejenak lalu merangkul ku, "Nanti kita bicara di rumah.." dan mengelus rambut ku.

"Iya.." lirihku sambil menghapus air mataku. "Dah gausa nangis.. oke?" Ujarnya lagi.

Tsukishima mengerutkan keningnya, "Brengsek.." batinnya.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang