Chapter 21

3.6K 497 84
                                    

"Tapi kan gua lahirnya ga jauh dari Bang Tsuki—"

"Dek .. ini untuk menghilangkan identitas .." sela Akaashi. [Name] mendecih kesal lalu menghela napas, menerima keputusan dari Akaashi

*-*-*-*

Satu hari .. dua hari, rasanya asing bagi [name]. Telinga yang sering mendengar suara tembakan kini berganti dengan langkah kaki, obrolan dan suasana kelas. Sedikit aneh tapi [name] mencoba menyamankan diri.

Perlahan beriringan dengan waktu yang berputar, [name] mulai bisa menyesuaikan diri. Menjadi bagian dari kehidupan orang normal, dan menjabat sebagai siswi.

"Bang ini gimana??" Rasanya [name] ingin membanting kepalanya, melihat tugas sekolah yang selalu datang tiap kelas selesai.

"Huh? Sini gua kerjakan .." mendengar keluhan [name] di tiap menit, mengeluhkan hal yang sama Kuroo langsung menyahut buku tugas [name], membaca tiap baris.

Sesaat ia melirik tajam, "Catatan lu mana? Kok gaada?" Ujarnya menagih.

[name] hanya membalas dengan gelengan kepala, "Ngga ada," dan membuat Kuroo terdiam.

"Lu kan tingkatan lebih tinggi dari [name] yauda nulis ulang aja .. cuma nyatet doang kan?" Sela Bokuto sambil berjalan menghampiri [name] dan Kuroo.

"Banyak ini cuk!" Umpat Kuroo. Ia mengerutkan keningnya, lalu membanting buku nya di meja.

"Catet, biar gua ulang materi nya .." ujarnya sambil melemparkan satu bolpoin. [Name] hanya diam, tidak merespon apapun. Jujur, menulis catatan adalah hal yang paling malas.

"Biar gua aja," Bokuto menyahut bolpoin ditangan [name], memasang telinga nya lalu mulai menulis apapun yang Kuroo katakan, sementara [name]? Mengambil kesempatan pergi ke dapur dan makan.
.
.

2 jam berlalu..

[Name] kembali dengan rasa kenyang di perut nya. Sorot mata langsung tertuju ke arah nya tepat setelah langkah kaki [name] masuk ke zona mereka.

Ia tersenyum kaku, "Hehe .. permisi abang sekalian," ucapnya seolah menyapa. [Name] mengambil buku milik nya dan langsung berlari ke kamar tak peduli Kuroo dan Bokuto ikut mengejar dibelakang.

"Oi balik lu! Ga gratis ini!"

"[Name]!"

Belum sampai [name] mengunci kamar nya, Kuroo dan Bokuto sudah menerobos masuk. "Enak banget ya, yang sini nulis yang situ makan, gatau diri banget .." ujar Kuroo.

Bokuto lalu menarik tangan [name], mengunci kaki nya sementara Kuroo mengambil sabuk sekolah nya, mengikat [name] bak sebuah karung.

"Heh lu pada mau ngapain?? Lepas ga?!" Pinta [name] memberontak namun sia-sia Kuroo cukup handal soal mengikat seperti ini.

"Do itu, my buddy!" Perlahan tangan Bokuto mulai menggelitiki [name], membuat gadis itu terkapar mampus didepan Kuroo dan Bokuto.

"Abang! Lepas!" Pinta [name] berusaha mencari celah hingga akhirnya [name] menendang perut Bokuto dengan lutut membuat nya jatuh namun sialnya, dia jatuh dengan posisi menindih.

"Bokuto .. Kuroo .. kenapa di kamar berisik? Kalian—" Akaashi menghentikan kalimatnya. Mungkin dia sudah tidak bisa berkata-kata melihat nya. "Akaashi— ini ngga kayak yang lu liat—" Bokuto mencoba menjelaskan namun diabaikan Akaashi yang hanya menatap dingin.

"Kalian tidak mendapatkan jatah makan siang .." ucap Akaashi sambil perlahan menutup pintu, meninggalkan [name] dan dua manusia lain itu yang mematung ditempat.

"K-kari spesial .." ucap Kuroo dengan nada sedih. Kehilangan jatah makan siang adalah hal terburuk dari yang terburuk. Makan siang bagi Kuroo seolah kunci hidup.

"Wait— kayaknya gua ada stok makanan dah .." sela [name] membuat Kuroo dan Bokuto saling memandang ke arah nya. Bak seorang dewi yang turun dari khayangan yang memberikan makanan, pikir Bokuto.

"Lepasin dulu .." Kuroo mengangguk, melepaskan ikatan itu dan membiarkan [name] mengambil snack yang disembunyikan di kardus yang tertutup oleh kain merah dan boneka Voodoo diatasnya.

"Bagi bagi!" Satu persatu ku lemparkan snack itu mulai dari yang kecil hingga sebesar bantal mini.

"Oo pantesan stok punya gua ga ada!" Sahut Bokuto melihat stok pocky milik [name] lebih banyak dari miliknya. "Heh ini gua beli sendiri ya!" Bantah [name].

Sorot adu pandang langsung terikat antara [name] dan Bokuto, berebut jajanan stik dengan rasa stroberi itu. "Mon maap itu punya gua!" [Name] terus menarik makanan kesayangan nya itu dari tangan Bokuto sementara dirinya juga melakukan hal yang sama.

"Ngalah dong jadi adek!"

"Ya lu yang harusnya ngalah! Abang harus ngalah sama adek!"

"Bacot ya lu! Gua ya gua!"

"Dih balikin ga?! Mahal itu anjing!"

"Tinggal beli aelah,"

"Lu juga bisa beli sendiri, pake ngambil punya gua segala, gua santet mau lu? Tuh ada boneka Voodoo."

"Gua abisin nih lama-lama .." sela Kuroo yang sejak tadi sudah makan dan hanya menonton aksi berebut didepan nya. Bokuto sontak melepaskan dan membuat [name] jatuh, beruntung Kuroo menangkap nya.

Perdamaian pun tercapai, [name] mendapat kembali makanan nya, Bokuto mendapat sebagian snack [name] yang lain.

"Akaashi sekali ngomong serius .." ujar Bokuto mengerucutkan bibirnya, diangguki Kuroo yang juga tau perasaan Bokuto

*-*-*-*

2 jam kemudian...

"Jangan mengulangi hal itu, sekarang kalian makan lah—" Akaashi memotong kalimat nya, melihat isi kamar yang sepi karena makhluk didalamnya sedang tertidur lelap.

"Huh?" Tsukishima menyusul Akaashi, dengan nampan berisi jatah makan siang dari tiga makhluk itu. "Tidur ..?" Ucapnya sambil meletakkan nampan itu.

"Bangun kalian wahai beban keluarga!" Ujar Tsukishima dengan nada sedikit lebih tinggi lalu keluar kamar menyusul Akaashi setelah menutup pintu.

[Name] terbangun setelah cahaya kecil masuk melalui sela pintu itu hilang dan meninggalkan bau makanan, "Kari..?" Mata nya langsung menangkap  pandangan mangkok di nampan didepan [name].

Perlu lima detik hingga [name] sadar itu makanan.

Reflek [name] menepuk pipi Kuroo, membangunkan nya, "Bang bangun bang!" Panggil nya membuat Kuroo terbangun.

"Hah? Apa sih .." Kuroo membulatkan matanya sempurna, menarik Bokuto secara paksa dan mendudukkan nya membuatnya terbangun. "Cuk ada makanan!"

Bokuto langsung terbangun, mendengar kata makanan ditelinga nya. "HAH?! MANA MANA?"

"Tuh!" Dan langsung mengambil satu mangkok, memakan nya tanpa berpikir jika itu masih panas.

Bak seorang yang kelaparan, makanan itu habis kurang dari sepuluh menit.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang