- flashback end.
"Jadi sejak awal memang .."
"Iya .. gua, sorry that's my bad .." ujar Kuroo sedikit lirih.
"Dan mereka berhasil menemukan kita .." tambah Akaashi sambil mengernyitkan dahinya, mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu.
Drrt—
Akaashi mengambil handphone nya, menerima panggilan itu dari nomor yang tidak dikenal.
'kalau mau [name] kembali, kemari lah .. aku menunggu mu,'
-unknownDan panggilan itu berakhir, "Dia sudah mulai bergerak .. panggil Bokuto dan Tsukishima," Kuroo sontak kaget dengan ucapan Akaashi.
"Bagaimana .. bisa?"
"Panggil secepatnya! [Name] dalam bahaya!"
*-*-*-*
1 jam kemudian...
"Apa yang— terjadi ..?" Tanya Bokuto dengan raut panik dan cemas.
"Adek .. dibawa mereka," ujar Kuroo membuat Bokuto tersentak kaget. Ia merogoh saku nya, mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi [name].
Panggilan tak terjawab
"Tidak ada respon apapun .." ujar Bokuto setelah berusaha menghubungi [name].
"Lalu sekarang bagaimana .." Raut Akaashi makin panik, mengingat hanya [name] adik perempuannya.
"Akaashi .. tenanglah .. bernapas .." ujar Kuroo diangguki Akaashi.
Selang beberapa saat, Akaashi kembali menenangkan diri. "Tidak ada cara lain, kita kesana dan mengambil kembali [name], aku tak mau ada hal buruk yang menyentuh adik," jelas Akaashi.
"Kita akan bermain senjata .. lagi?" Kuroo mengangguk menanggapi Bokuto. "Tsukishima, cari lokasinya yang lainnya .. kita akan bermain senjata setelah ini .." ujar Akaashi diangguki Tsukishima.
Dan permainan dimulai.
"Baiklah..." Tsukishima mengangguk lalu mulai mencari lokasi keberadaan [name].
"..kita akan bekerja sama lagi .." Kuroo membuka lemari nya, mengambil senapan miliknya.
"Alright! Masih tidak hilang," seru Bokuto setelah melihat senapan yang terpajang di dalam laci.
"Mohon kerjasama .." lanjutnya dengan deep voice khas nya.
"Lu dimana sih dek .. susah amat nyari lu .. gini amat beban keluarga .." gumam Tsukishima.
"Seandainya jika aku mati setelah ini, jaga kan [name] untuk ku .." gumam Akaashi sekilas melihat bayangannya di cermin.
Author POV end.
*-*-*-*
Rasanya sakit, pria dibelakang ku tak memberiku sejenak bernapas. Pistol listrik itu selalu tertembak tiap kali aku berkata, "Berhenti!"
"Ahaha .. aku cukup salut, kau membaca surat itu lebih cepat dari yang ku perkirakan .." Ucapnya tertawa lepas, tiap aku membantah dia akan meningkatkan sengatan listrik itu dan menembakkan nya padaku.
Lagi
Dan lagi.
"Apasih .. yang lu mau dari gua??" Aku menoleh, melihatnya tersenyum miring menatapku.
"Seharusnya kau tidak bertanya itu, gadis cantik .. kau sudah tau jawabannya, tentu saja nyawa mu .. dan empat orang itu," jelas nya berbisik di telinga kiri kum
Dzzt—
"Ak— stop!" Pintaku lagi setelah ia menembakkan pistol listrik nya. "Lalu? Kalau lu cuma pengen gua, bunuh aja gua! Kenapa harus panggil abang-abang gua??" Sambung ku sedikit berteriak.
Ia berjalan ke depan ku, mengangkat dagu ku. Pisau tajam ditangan nya perlahan terasa menyilet di leher ku. Menyakitkan, namun dirinya hanya tertawa melihat nya.
"A-abang .." ekor mataku terus mengeluarkan bulir air mata. Merintih merasakan perih karena sayatan itu.
"Kenapa, sakit?" Aku mengangkat kaki ku, menendang dadanya dan menjauhkan nya dari ku atau leherku akan terus tersayat.
"Gabut banget lu sampe nyulik gua? Pake bunuh kepsek? Ga terima lu diskorsing?" Tanyaku dengan nada membentak keras.
Ia tertawa kecil, seolah meledekku.
"Aku tidak membunuh nya, uhm .. hanya melukainya sedikit, dia masih bisa diselamatkan .." ujarnya sambil memainkan pistol ditangan nya.
"Benar-benar psikopat .." pikirku melihatnya.
"Ada pertanyaan lagi? Oh! Atau permintaan kecil?" Tanya-nya sambil tersenyum.
"Pulangin gua bangsat!" Umpat ku yang dibalas dengan melebarkan sayatan itu, membuat darah semakin mengalir membasahi rok ku.
"Tenang lah .. aku tidak akan membuat mu mati .." ucap nya. Aku mengerutkan kening ku, rasanya pusing. Pandangan terakhir ku ditengah buramnya penglihatan ku hanyalah dirinya yang membuat topeng sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
"Tidur lah yang nyenyak .. gadis cantik .." ujarnya melihat ku menutup mata.
"Sekarang .. kita lihat, apa kau akan terbangun dengan selamat .. atau justru terbangun melihat mayat-mayat mereka," sambungnya sesekali tertawa licik.
*-*-.*-*
'Tsuki, posisinya dimana?'
-kuroo'Gedung tua di ujung kota'
-TsukishimaKuroo mempercepat laju motor nya, diikuti Tsukishima dibelakang juga Bokuto dan Akaashi.
"Oi Tsukishima! Kok lu tau posisi adek sih? Tutor dong, gua juga mau .." Bokuto membuka kaca helm nya, mendekatkan motornya pada Tsukishima.
"Easy .. tapi ada syaratnya .." Bokuto langsung menatap dengan semangat.
Tsukishima tersenyum miring, "Mau tau caranya?" Dan diangguki Bokuto dengan semangat. Tsukishima terkekeh kecil, tangannya meremas kuat penancap gas motor.
"Caranya itu .. jangan jadi bego apalagi modelan kayak lu!" Dan Tsukishima langsung menancap gas dengan laju tinggi disusul Bokuto dibelakang nya yang marah.
"HEH!! BALIK LO!"
Kuroo menghentikan motornya, "Gedung tua itu sudah terlihat, kita turun disini .." dan mematikan motor nya laku turun.
"Lu yakin adek disini?" Tsukishima melirik tajam lalu menampar Bokuto, "Kalo ga percaya balik sono lu! Pake acara nanya lagi .. tinggal nurut aja bego!" Ujarnya.
"Tsk, iya iya .. santai dong, gini amat adek gua .." gerutu Bokuto sembari mengelus pipinya bekas tamparan Tsukishima.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 4 big brother {END}
De TodoBercerita tentang lima bersaudara yang hidup dalam satu atap. Kuroo, sang kepala keluarga terlibat dalam konflik berat disusul Bokuto, Akaashi dan Tsukishima. Memiliki [name] sebagai adik mereka. Kehidupan yang sedikit kelam, terjerat dalam dunia ma...