Chapter 26

3.4K 471 345
                                    

-flashback end.

"Dasar .. kenapa gua menyadari gerak-gerik mereka sejak awal .." ujar Bokuto sambil tertawa kecil.

"Lu nya aja yang bego .."

"Kita kebawah sekarang.." Bokuto mengangguk lalu berdiri dibantu Tsukishima. Namun ketiganya justru mendapatkan kejutan dari musuh, Akaashi terbaring dengan bekas peluru di kepala nya.

Bokuto langsung mendekati Akaashi, "Akaashi!" Terus menepuk pipinya berusaha membangunkan Akaashi, darahnya tumpah di pangkuan Bokuto.

"Bangsat." Kuroo menyahut senapan Akaashi dengan peluru nya yang tersisa dua buah.

"Tsukishima, lu disana gua bakal kesana!" Ujar Kuroo sambil berlari ke arah pintu diujung lantai dasar.

"Dek!!"

"Abang!" Oikawa berdiri dari tempat duduknya, mencengkram dagu ku dan menyapa pada Kuroo, "Yaho—"

"He is died .. kau tidak akan bisa mendapatkan nya kembali .." aku menatap Kuroo, air mataku berjatuhan. Kuroo menurunkan senapan nya, "A-Akaashi?" Pikirannya tertuju pada Akaashi disana.

"Jantung nya sudah berhenti berdetak.."
Ucap Bokuto yang menempelkan telinganya pada dada Akaashi.

Bokuto tak percaya. Ia menempelkan telinganya lagi pada dada Akaashi namun nihil tidak ada detak jantung nya disana. Akaashi benar-benar menutup matanya dan tidak membuka nya lagi.

Tangan Bokuto gemetaran, air mata nya jatuh ke wajah Akaashi yang dingin. Ia masih diposisi yang sama, kepalanya dipangku kakak nya, Bokuto. "Tsukishima .. katakan kalo ini bohong, Akaashi ga mungkin pergi .."

"Tsuki katakan .. Akaashi tidak pergi .." suaranya serak, ia sedikit menarik tengkuk Akaashi dan memeluk nya.

"Akaashi .. sudah pergi, dan dia tidak akan kembali lagi .." ujar Tsukishima dengan berat hati. Tangisan Bokuto pecah disana, "Bohong .." sangkal nya.

"Daijobu Bokuto-nii .." -akaashi

*-*-*-*

"Ah .. mengharukan, kau harus menyiapkan tempat terbaik untuk nya .." Oikawa terkekeh kecil, melepaskan cengkeramannya dan menodongkan pistolnya di tangan kiri.

"Jadi .. Akaashi .."

"Yup! Dia sudah pergi jauh .. jauh ke atas sana," Surai coklat Oikawa itu berbalik, menatapku dengan tatapan seolah kemenangan memihak nya.

***

"Tolong bereskan ini .. aku akan membawa gadis cantik ini pergi .." Akaashi berusaha meraih tanganku namun ditepis dengan satu tembakan dan mengenai lengan nya.

"Argh—"

Darah langsung keluar deras disana, tangan kiri nya mengambil alih senapannya. Berfokus lalu membidik tepat sasaran pada 12 orang. Napasnya memburu menahan sakit di lengan dan kaki nya.

Ditambah pergerakan nya menjadi sasaran untuk menguras habis tenaganya. Oikawa sengaja membuat Akaashi terus bergerak tanpa henti dan membuat penglihatan nya terus beralih.

"..sayang sekali," Oikawa menghela napas, sorot matanya tertuju pada satu orang yang bersembunyi di belakang Akaashi, mengingat serangan yang diberikan selalu berasal dari arah jam tiga hingga sembilan.

"Penglihatan mu cukup jeli Akaashi, sekarang lihatlah kebelakang .." Oikawa mendecih bangga, menarikku masuk lebih dalam di lantai dasar.

Dorr!

Pelatuk itu ditarik bersamaan dengan Akaashi yang berbalik menghadap nya. Tembakan itu berhasil mengenai lengan atas nya. Lengannya lemas, namun tangan nya masih kuat untuk menodongkan pada Oikawa.

Dorr!

Dan Akaashi terduduk setelah itu. Merasa dirinya terpanggil, Oikawa berbalik menghampiri Akaashi.

"Aku harus memberikan mu pujian untuk ini .." Oikawa membanting Akaashi dengan kaki nya, menginjak dada nya seolah ia tidak diciptakan untuk memiliki rasa kasihan.

"Kau cukup lelah .. aku akan mengantarmu ke tempat peristirahatan .." Oikawa tersenyum, menangkap pistol dari bawahannya lalu menodongkan pada Akaashi.

"Kau tidak punya hak untuk menyentuh [name]!" Oikawa tertawa mendengarnya, itu terdengar seperti lelucon. "Pfft— kenapa kau melarang ku?" Oikawa mendekatkan wajahnya, menempelkan ujung pistol itu pada dahi Akaashi.

"Dek .. maafin abang ya .."

Dorr!

Oikawa menarik pelatuk nya, menembak mati Akaashi lalu melemparkan pistol itu dan kembali menyusul [name]

***

"A-akaashi.." Oikawa hanya mengangkat bahu dengan santainya.

"Ahh .. harusnya kau pulang dengan utuh ya? Bersama gadis ini juga .." ujar Oikawa bernada remeh, menatap Kuroo yang menunduk.

Dorr!

Sahutan tembakan itu membuat Kuroo tersadar dari lamunannya.

Brakk!

Bokuto menerjang maju Oikawa, menendang kuat dadanya hingga ia terhempas ke dinding. Bokuto menyahut pistol listrik yang dibawa Oikawa melemparkan nya pada Kuroo.

"Kuroo!" Dan berhasil ditangkap sempurna olehnya.

Oikawa menyikut dagu Bokuto, menjauhkan dirinya. "Fuck! Sakit cuk!" Rintih nya mengumpat. Bokuto mengangkat senapannya, menodongkan pada Oikawa.

Dorr!

Oikawa cukup cekatan dalam menghindari peluru, "Ups!" Seru nya meledek Bokuto yang meleset menembak nya. Kuroo menambah dengan tembakan pistol listrik membuat nya seolah terancam.

Oikawa terkekeh kecil, lalu menjentikkan jari nya.

"Do it!" Bokuto dan Kuroo berbalik, bersamaan dengan dua orang suruhan Oikawa itu menancapkan kejut listrik, membuat Bokuto dan Kuroo terduduk lemas.

"Abang— arkh!" Oikawa menahan teriakan ku, menjambak kuat rambut ku. "Mereka lemah .." bisiknya.

Dorr!!

Oikawa memutar keatas bola matanya, melihat pada sosok pria didepannya dengan penutup kepala berwarna merah gelap.

"Gua ga ngasih ijin buat sentuh-sentuh pacar gua loh .." ujar nya membuka penutup kepalanya, memperlihatkan wajahnya.

"Hai sayang!" Sapa nya menatapku. Kuroo perlahan berdiri, menyikut orang dibelakang nya.

Dor!!

Dan ditutup dengan tembakan dari Bokuto.

"Uhuk—" darah itu keluar dari mulut Kuroo, tatapan nya sedikit sayu namun tangan nya masih tidak ingin berhenti menarik bagian peluru.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang