Chapter 7

5K 679 134
                                    

Sejak hari itu, aku tak pernah lagi ke gym Seijoh sekalipun temanku memaksa.

Aku menolaknya.

Kehidupanku kembali normal selama 1 tahun penuh dikelas 3-6. Kehidupanku normal dan menyenangkan hingga akhirnya hari kelulusan tiba. Dan aku bersyukur diumumkan dengan nilai tertinggi waktu ujian.

"Abang!!" Seru ku pada mereka dibalas dengan pelukan dari mereka. Rasanya cukup membanggakan bagi mereka.

"Setelah ini..adek mau kemana?" Tanya Akaashi membuat ku teringat kejadian satu tahun yang lalu.

"...entah,"

"SMA Seijoh! Biar Tsukishima ada temennya.. dia kan di Karasuno.." Usul Bokuto membuat ku kaget. Seingat ku Oikawa, cowo yang mengincar ku bak seorang psyco yang mendapat mangsa itu berada disana.

"B-bagaimana kalau ke Karasuno bersama Bang Tsuki? Kan lebih menyenangkan.." Usul ku mencoba mencoba menolak Bokuto. Mataku menyorot pada Tsukishima, namun Tsukishima mengangguk seakan mengode ku untuk menerimanya.

Itu untuk menghindari kecurigaan, menurut Tsukishima.

"Lah emang nya kenapa? Lagian juga dekat kan?" Timpal Kuroo. "A-ahaha iya juga si, okelah..gua ke sana aja, " ujarku menerima usulan Bokuto.

*****

Hari pertama ke sekolah baru ku dipenuhi dengan rasa tidak nyaman mengingat kejadian yang terjadi di gym. Aku berjalan ke kelas ku dengan hati-hati karena kelas ku kebetulan berada di lantai 2 yang dekat dengan kelas 3.

"Eh lu kan—" aku berhenti ketika seseorang menyahut soal diriku. Wajahnya familiar, aku ingat dia adalah salah satu pemain voli yang kulihat waktu itu. Iwaizumi, itu namanya setelah ku lirik name tag nya.

"Iya...?"

"Lu yang kesini dan ditarik Sittykawa— maksudnya Oikawa bukan?" Aku sedikit membelalakkan mataku, dia menandaiku rupanya.

"I-iya.." ucap ku gugup.

"Maafin temen gue ya, dia emang rada sinting sejak sebuah trauma nimpa dirinya.." ujarnya. Aku mengangguk dengan senyuman kecil tersirat.

"Iya.. aku sudah tidak apa-apa kok.." Iwaizumi menghela napas lega mendengar ucapan ku lalu pergi meninggalkan ku lebih dulu.

"Gua harap..gua ngga ketemu temennya yang sinting.." gumamku sambil terus berjalan ke kelas ku.

*****

Jam istirahat tiba, perut ku ternyata terus mengode ku untuk segera makan dan mengisinya. Aku berjalan ke arah kantin untuk mencari apa yang bisa ku makan. Lebih tepatnya apa yang kuinginkan.

"Disini rupanya.." Sela seseorang dari belakang. Aku cukup mengenal suara itu, dia Oikawa. Sial, dia menemukan ku? Ini baru hari pertama!

Aku berjalan mundur, mengurungkan niatku untuk kembali ke kelas, "M-mungkin salah orang.." ucapku mencari-cari alasan. Tapi itu tidak berguna, dia mengenaliku. Gerombolan gadis-gadis itu menutup jalan ku ke kelas.

"Tidak mungkin aku salah orang.." bantahnya lalu memojokkan ku ke dinding, menahan pergerakan ku dengan satu tangannya.

"L-lu salah orang.." ucap gw gugup.

"Kau mau kita berciuman dulu agar kau diam? Jangan lupa, kita sudah pacaran sejak saat itu juga!" Gadis-gadis itu semakin histeris melihat ku di posisi dengan Oikawa.

"Semua!" Oikawa melihat ke arah gadis-gadis itu sambil tersenyum menatap ku.

"Mulai sekarang, gadis ini adalah pacarku! Itu saja.. tapi jangan khawatir, aku tetap akan care pada kalian semua!" Teriakan gadis-gadis itu bukannya mereda mendengar perkataan Oikawa, justru makin berisik.

"Oke.. sekarang kau boleh pergi, tapi apapun yang aku inginkan dari mu, kau harus menuruti ku.." Oikawa menyentil dahi ku kemudian pergi dengan gadis-gadis itu yang mengerumuni nya.

"Inilah alasan kenapa gua ngga mau kesini.." gumam ku sambil mengelus dahiku.

Sejak itu, kehidupan ku yang normal adalah sebuah mimpi untuk ku. Setiap langkah ku, seakan menguras energi ku sendiri. Dan aku tidak dianggap sebagai pacarnya melainkan seperti pelayannya.

"Sayang..kemari lah.." hanya kalimat itu yang selalu terngiang di kepala ku, bahkan aku sendiri hafal kapan dia selalu memanggil ku.

Plak!

Tamparan pertama yang ku dapat dari Oikawa membuatku tersadar dia tak hanya memanfaatkan ku, tapi menyiksa ku.

"Gua cuma mau putus sama Oikawa!" Keluhku kepada salah satu temanku yang merupakan fans berat Oikawa.

"Lho? Kenapa? Banyak cewe yang mau seperti lu! Seharusnya lu seneng dong! Dipanggil terus, impian buat para cewe-cewe disini tau ga," respon nya mendengar ceritaku. Aku menunjukkan raut tidak percaya, pikiran apa yang membutakan matanya.

"Lu mau gantiin gua??" Tanyaku berharap dia setuju. "Boleh!" Balas nya dengan santai. Aku sendiri kaget dengan pemikiran temanku yang berpikir kalau perintah dari Oikawa sama seperti perintah Raja.

Harus dituruti.

Aku menarik tangannya dan pergi ke kelas Oikawa, kubuka pintunya dan mendapati dirinya duduk seperti preman kelas dengan gadis-gadis primadona mengelilingi nya.

"Hai sayang.. kemarilah.." sambut nya. Aku berjalan masuk dengan teman ku yang masih bersamaku.

"Apa yang kau mau sayang?" Tanya-nya membuat ku geli. Aku melirik ke arah teman ku, menyenggol lengan nya untuk menyuruh dia membuka suara.

"H-hai.." Oikawa menatap rendah pada teman ku dan mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?" Respon Oikawa dingin.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang