Chapter 28

3.2K 445 110
                                    

'Samu, apa pimpinan harus turun tangan untuk ini?'
-atsumu

'ngga, jika pimpinan terlibat itu akan buruk bego!'
-osamu

'tapi sam—'
-atsumu

'ngga ya ngga!'
-osamu

"Bangsat, leher gua jadi sakit .." gerutu Atsumu sembari mengelus lehernya, ia beruntung Ushijima berhasil terkecoh dengan tumpahan darah palsu.

Mengingat lorong itu cukup gelap, Atsumu memanfaatkan nya untuk mengecoh Ushijima. Ia tau Ushijima akan menyerangnya dengan pisau, ia menumpahkan darah palsu pada pisau Ushijima sebelum ia menghindari.

Perlu ketepatan waktu yang super untuk melakukan nya, Atsumu nyaris tertusuk.

"Dia .."

Atsumu sedikit mengerutkan keningnya, memperhatikan detail pria yang tengah berbicara dengan Oikawa itu. "Pengambilan kekuasaan? Wait— jadi ini hanya permulaan ..?" Gumam Atsumu menangkap apa yang didengarnya.

'Tsumu!'
-osamu

'cegah Bokuto, dia kesana!'
-osamu

'tunggu, apa??'
-atsumu

Atsumu menoleh, dari kejauhan Bokuto berjalan mendekat. "Bokuto jangan kesini!" Cegah Atsumu sedikit berteriak, berlari menghampiri Bokuto.

"Tapi itu adek gua Tsum!" Bokuto membantah, menepis tangan Atsumu yang berusaha menangkap Bokuto. Kondisinya menurun drastis, tembakan, racun seolah bercampur aduk disana.

Namun dewi keberuntungan masih terus memihak nya, membiarkan seorang Bokuto terus hidup.

Osamu bertanya, "Bagaimana .. ini?" rautnya cemas, tampak lelah. Atsumu tertegun sejenak, mencari jalan keluar untuk masalah yang makin rumit.

"Kita akan mundur—"

Plakk!

Atsumu mendapat jawaban berupa tamparan kuat dari Osamu. "Lu gila apa? [Name] dibawa, Akaashi .. Kuroo, udah kehilangan nyawa cuma demi [name] dan lu bilang mundur?" Bentak nya.

"Asal lu tau, Tsukishima hampir mati tau ga?" Lanjutnya. Atsumu hanya diam namun ia bibirnya tak kuasa untuk tidak membantah Osamu.

"GUA TAU ITU BANGSAT!" Atsumu membentak balik, Osamu langsung terbungkam didepannya. "Gua tau itu .. tapi sekarang lu mau menghadapi mereka kayak gimana? Tanpa senjata? Peluru gua juga menipis, gua yakin itu ga cukup .." sambungnya.

Osamu tak menjawab lagi, hanya mengangguk paham menuruti Atsumu. "Kita bawa Bokuto keluar dulu .." ajak Osamu.

Atsumu menarik napas sejenak, mengalungkan tangan Bokuto ke lehernya dan membopongnya keluar dari lorong itu.

"Tsuki .." panggil Bokuto bernada lirih. Ia menurunkan tangannya dan berlari memeluk Tsukishima. "Lu ga akan pergi kan?" Tsukishima terdiam.

"Iya kan?" Bokuto melepaskan pelukannya nya, pandangannya tertuju pada bekas tembakan yang berada di ulu hati nya.

"Gua akan hidup .. lu akan hidup .. yang disini semua akan hidup," Tsukishima kembali membuka suara, tersenyum kecil seolah mengatakan baik-baik saja.

"Hanya tembakan kecil .." ujarnya menenangkan kekhawatiran kakak nya, Bokuto.

"Gedung ini memiliki satu lorong yang menuju pada laboratorium diujung lantai dasar .." jelas Tsukishima setelah menganalisis struktur lantai dasar pada gedung tua ini.

***

"Aku sudah membereskan nya .." ujar Ushijima berjalan masuk ke laboratorium dan meletakkan pisau berlumuran darah itu.

"Kerja bagus .." puji pria mengenakan jas putih disampingnya. Sorot matanya beralih padaku, "Jadi .. bagaimana kalau kita bicarakan baik-baik..?" Tanya-nya

"Bicara baik-baik? Setelah semua yang lu lakuin? Otak lu dima—"

Plakk!

"Aku bertanya dengan baik-baik, aku juga perlu jawaban yang baik-baik bukan bentakan .." ujar nya sambil menegakkan badan nya dan menghela napas.

Ia berbalik namun ekor matanya masih tertuju pada ku, "Dan .. perkenalkan, aku Tendou Satori .." ujarnya memperkenalkan dirinya.

"..apa yang lu mau?" Aku kembali membuka suara, "Berikan kekuasaan Outside Mafia dan kita damai .. itu saja." Jawabnya singkat.

Pria itu berbalik menatapku, menyeringai kecil menunggu jawaban ku.

***

"Lu yakin tetap kekeh ga manggil pimpinan?" Osamu mengangkat kepalanya, "Maksud lu?"

"Pimpinan Inside Mafia, Tendou Satori .. dia turun tangan bersama anak buahnya .." jelas Atsumu menceritakan apa yang dilihatnya.

"Tendou ..?" Atsumu mengangguk. "Tidak ada cara lain lagi .." Osamu menghela napas, mengambil handphone nya dan menelpon seseorang.

'baiklah .. aku akan kesana dalam lima menit, pastikan mereka tidak mendapatkan apa yang mereka incar ..'
-xxxx

Dan telpon terputus sepihak. "Pimpinan akan turun tangan .." ujar Osamu.

"Gua ikut .." celetuk Bokuto tiba-tiba. Sontak Osamu langsung membantah, "Keadaan lu udah ga memungkinkan .. istirahat dan serahkan pada gua dan Tsumu .." pinta nya.

Bokuto menggeleng, bersikeras untuk ikut dan menghiraukan luka-lukanya. Seolah ia siap jika harus bertaruh nyawa.

"Me too .." sambung Tsukishima. Atsumu tak berani merespon apapun namun disisi lain ia ragu. "Kenapa kalian bersikeras untuk ini? Masih ada gua dan Samu .." ujar Atsumu mencoba membujuk agar dua orang didepannya memundurkan diri.

Bokuto tersenyum hangat, "[Name] adalah adek gua satu-satunya .. dia adalah benang merah, mengikat satu dan yang lainnya," tatapannya sayu, napasnya terjeda sesekali.

"Dia adalah harta yang harus tetap hidup .." tambah Tsukishima. Osamu dan Atsumu hanya diam

*****

"Jadi? Berikan jawaban mu .." pinta nya menagih jawaban ku. "Oh! Atau kau menunggu yang lain untuk mati juga agar bisa tenang dan memberikan jawaban yang ku mau?" Dia mendekatkan wajahnya, tatapan seram.

"..gua terim—"

"Menyerah? Dan menyia-nyiakan kematian seseorang yang sebetulnya adalah untuk mu sendiri? Jangan memilih hal bodoh .." seseorang menyela dan memotong ucapan ku.

"Mereka rela mati untuk mu .." sambungnya sambil melirik ke arahku. Menatapku dalam-dalam lalu beralih pada Tendou dan Oikawa.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang