Chapter 17

3.7K 567 78
                                    

"Belanjaan nya ternyata sebanyak ini.." gumam ku melihat belanjaan yang ternyata melebihi ekspektasi kum

"Kalah tidur luar!" Aku dan Bokuto menerima tantangan Kuroo dengan senang hati, apalagi aku dan dua abang-ku adalah pecinta ramen pedas.

"Ngga masalah!" Ucap Bokuto singkat. Tak lama kemudian aku dan dua abang-ku akhirnya keluar dari supermarket membawa belanjaan yang membuat Akaashi geleng-geleng kepala.

Ting!

"Huh?"

"Siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa?"

"Atsumu.. dah ayo bang!" aku masuk ke mobil yang ternyata sudah penuh dengan jajanan yang dibeli tadi.

"Bang! Banyak amat!" Seru ku melihat tumpukan kardus didalam mobil ditambah barang bawaan dari rumah membuat mobil menjadi sempit. Itu yang dirasakan Tsukishima, sementara aku, Kuroo dan Bokuto leluasa dibelakang.

"Eh nonton film lagi kuy!" Ajak Bokuto setelah mengambil laptop Tsukishima yang jatuh, beruntung masih bisa dinyalakan. Hanya saja.. lecet. "Film apaan? Gua males kalo—"

"Clouds!" Rasanya ingin mengumpat padanya. "Ganti!" Pintaku.

"Ga!"

"Ganti bang!" Aku terus-menerus meminta Bokuto untuk mengganti hingga akhirnya ia mengganti nya dengan film permintaan ku, My Idiot Brother.

Aku terjaga di sepanjang film bersama Bokuto. "Hiksrot—" aku kaget ketika Bokuto menangis ditengah-tengah film itu.

"Bang.. nangis?" Tanyaku. "Apaan?! Ngga lah! Gua cowo! Ga lemah, cuma nonton ginian juga!" Tapi matanya sudah berair dan menetes membasahi keyboard laptop.

"Cuma kena bawang!!" Bantah nya lagi.

"Serah lu dah bang.." ujarku pasrah menanggapi Bokuto. Serius, dia terus menangis disepanjang menit terakhir film itu.

*****

23.05 pm

Aku terbangun dan merasakan cahaya masuk paksa melalui mataku, "Udah sampe rumah.." gumam ku setelah membuka mataku sempurna.

"Aroma ini—" aku mengedipkan mata sesekali, menyadari jika ini pasti ramen yang dibeli tadi. Benar saja, Bokuto sedang memasak setelah aku mendatangi nya ke dapur.

"Anjir, kok bisa semerah itu?" Tanyaku melihat ramen itu menjadi lebih merah. "Gatau, abang pake itu!"Bokuto menunjuk pada bungkusan yang berada ditempat sampah.

"Bang.. ngga bohong abang pake ini?" Aku mengambil salah satu bungkusan itu dan kaget dengan rasa yang tertera disana. Itu bubuk cabai super pedas, bonus dari pembelian ramen super banyak.

"Ini super pedas bang! Sedangkan ramen nya juga super pedas!!" Bokuto berhenti mengaduk ramen itu di panci. Menoleh dengan kaku, "Terus g-gimana dek?"

Aku cuma menepuk jidat melihat Bokuto yang panik dengan kesalahan nya sendiri.

"Yaudah kita bagi aja, cuma di mangkok kita, diberi gula aja! Biar abang Kuroo aja yang ngga diberi gula.." usulku disetujui Bokuto. Dengan perlahan, Bokuto membagi ramen itu ke-tiga mangkok dan memberikan nya gula pada dua mangkok.

"Gua ga bisa bayangin pedas dengan panas yang dicampur jadi satu.." panasnya ramen dan juga super pedasnya, itu akan membuat organ menangis.

"Bawa ajalah!" Ucap Bokuto sedikit panik. Tanpa pikir panjang, Bokuto membawa ramen itu ke ruang tengah dimana yang lainnya juga sedang melepas lelah disana.

"Jadi ya? Okelah sini!" Kuroo mengambil satu mangkok ramen itu dengan santai padahal aku dan Bokuto sudah saling menatap cemas.

"Semoga nyawa gua selamat!" Batin Bokuto dalam doa.

"Kalian kenapa?" Sahut Akaashi penasaran.

"Biasa..ngasih harapan buat gua untuk membuang mereka ke panti asuhan.." balas Tsukishima dengan muka datar.

"Oke..3..2..1!" Suapan pertama langsung membuat Kuroo berhenti mengunyah dan meletakkan ramen itu didepannya.

"Njeng! Siapa yang ngeracik!?" Umpat Kuroo dengan wajah memerah. Sorot mata Kuroo langsung tertuju pada dua tersangka yaitu aku dan Bokuto.

"Kuroo.." Akaashi langsung menolong Kuroo dengan memberikan nya sebotol air mineral.

Bokuto mendecih bangga, "Nyerah nih?" Ucapnya. Belum selesai Bokuto bergaya, Kuroo langsung menyuapi Bokuto dengan ramen miliknya. Mulut Bokuto langsung terbakar apalagi Kuroo terus memaksa.

"Bokuto!" Akaashi langsung memberikan pertolongan yang sama, sebotol air.

"Anjing lu kur!" Umpat Bokuto terengah-engah.

"Lu yang mulai!" Balas Kuroo. Perdebatan mereka membuat nya tidak memperhatikan ku yang sudah hampir mengabiskan satu mangkok ramen itu dengan susah payah.

"@#$&+/$#@" ucapku tidak jelas karena mengunyah dan menatap sayu.

"Dek?" Kuroo dan Bokuto saling menatap sesaat, "..lu gapapa kan?" Tanya Bokuto sambil menepuk pundak ku pelan.

My 4 big brother {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang