Bokuto POV
"Bokuto.."
"..bokuto," aku terbangun di sebuah ruangan tanpa batas, warnanya putih. Tak ada ujung dimanapun, hanya suara panggilan namaku yang terdengar.
"A-akaashi?" Suara ku serak memanggil namanya. Akaashi berdiri sedikit lebih jauh didepan ku. Ia tersenyum padaku, tangan kirinya sedikit mencengkram pundaknya.
"Oi! Bokuto!!" Suara lain terdengar tepat disamping telinga ku. Itu Kuroo, ia merangkul ku dan melambaikan tangannya di depan wajahku.
"..woy!" Suara lain lagi. Seseorang menyentuh pundakku, aku menoleh dan melihat Tsukishima yang menyeringai kecil padaku.
Mataku berkaca-kaca, tetesan air terus jatuh seiring pemandangan ini ku lihat. Mereka tersenyum padaku, mereka sudah tidak merasakan sakit apapun lagi.
Sial, padahal sebelumnya aku baru saja bercanda dengan mereka dan kini aku menemui nya diambang perpisahan.
"..kalian .. tidak bisa—" aku tak bisa melanjutkan kata-kata ku. Aku terduduk, berderai air mata. Membasahi tangan ku, pipi ku, "Tolong .." rintih ku kesakitan, harusnya aku senang aku masih diberi kesempatan untuk melihat nya, namun kenapa rasanya perih?
"Bokuto," isakan ku terhenti, Akaashi menghampiri ku dan berjongkok didepanku.
"Jaga adek baik-baik ya .." ia memelukku, menitipkan pesan terakhir nya padaku. Rasanya perih mendengar Akaashi mengatakan itu padaku.
"Tetap ngamer bareng adek kan?" Kuroo tertawa, lalu mengacak-acak rambut ku seolah membanggakan ku sebagai adik nya.
"Suruh belajar, kalo ga mau paksa aja .. kalo ga bisa .. bentak aja," Tsukishima tertawa kecil lalu memelukku sejenak.
Perlahan mereka mulai lenyap beriringan dengan butiran cahaya kecil disana.
"Jangan lupakan kami ya?" Adalah kata terakhir sebelum akhirnya mereka benar-benar menghilang dari pandangan ku.
Bokuto POV end
*-*-*-*
"Abang!!" Tangan Bokuto bergerak perlahan, mulai dari jari-jarinya hingga akhirnya membuka matanya. Aku memeluknya, "A-adek kangen .." ujar ku sedikit terisak. Sudah lama aku ingin memeluk nya, dan akhirnya dia terbangun dari tidurnya selama dua bulan.Bokuto menaikkan tangan nya, memeluk balik tubuh ku.
"Abang yang lain kemana .. kenapa mereka ga ikut bangun .." Bokuto tak menjawab, tangan nya justru sibuk menghapus air mataku.
"Gua akan menjaga lu mulai sekarang .. oke? Cup cup .. " ia tersenyum hangat, menatapku dan menyisir rambut ku ke belakang telinga.
"..iya," singkat ku membalas nya.
"Pagi .. eh— Bokuto!" Sapa Atsumu melambaikan tangan pada Bokuto disusul Osamu dan Shinsuke dibelakang nya.
Shinsuke tersenyum, menyambut Bokuto yang akhirnya terbangun. "Kau mau ke tempat saudara mu?" Bokuto mengangguk pelan.
*-*-*-*
"Tenang ya bang disana .." aku membuka mataku, menatap tiga foto didepan ku. Berjejeran dengan kendi kecil dibelakang nya.
"Gua janji bakal jaga adek kok .. ya? Percaya sama gua," aku menoleh pada Bokuto disamping ku, berdiri didepan foto Akaashi sambil mengeratkan tangan nya kuat-kuat.
*-*-*-*
Dua minggu berlalu, Bokuto sudah diperbolehkan untuk pulang. Rasanya sepi, tidak ada yang menyambut ku seperti dulu. Tidak ada Kuroo yang berseru untuk mengajakku nongkrong, tidak ada Tsukishima yang menagih ku untuk belajar, tidak ada Akaashi yang memanggil ku untuk makan siang.
"Dek .. waktunya makan siang!"
Aku berjalan ke dapur, berdiri diambang batas dan menatap pada meja makan. Bayangan Akaashi masih terasa disana.
"Belajar sono, ranking terakhir nangis lagi!"
Aku beralih ke kamar, suara bentakan Tsukishima masih terdengar ditelinga ku. Memaksa ku belajar di tiap malam sampai-sampai pipiku kerap memerah karena bekas tamparan nya.
"Dek! Ngamer kuy! Atsumu bawa anggur banyak!!"
Berjalan turun kebawah, menatap sofa didepan TV mengingatkan ku pada Kuroo yang sering tiba-tiba mengajakku keluar. Lagi-lagi bayangan itu rasanya muncul disana, Kuroo menyahut remot TV yang kupegang dan melempar jaket ku, mengajakku nongkrong seperti biasa .. dulu.
"Dek?" Lamunanku berakhir setelah Bokuto menepuk pundakku. Ia tersenyum kecil lalu mendorong ku dan mendudukkan ku di sofa.
"Huft— melelahkan .." ia bersandar sejenak, menutup matanya dan sesekali tertawa juga bercerita hal lucu. Aku tau dia ingin menghiburku.
"Mau makan?" Tawar nya. Aku mengangguk lalu Bokuto bergegas pergi ke dapur.
"Harus nya masih ada .." gumam Bokuto sembari membuka laci dapur satu persatu, mengambil ramen instan disana.
Aku bertanya, "Mau tanding makan pedes bang?" Bokuto menoleh dan mengangguk dengan tawa kecilnya disela-sela.
"Boleh!" Dia setuju. Lalu mulai membuat ramen yang sama, racikan yang sama lalu bertanding dengan aturan yang sama. Aku hampir pingsan untuk kedua kalinya.
"Minum dek.." ujarnya memberikan ku segelas air putih.
"Nonton?" Aku mengangguk, Bokuto langsung menyalakan TV, menghubungkan nya dengan laptop.
Lagi-lagi ia menonton film kesukaan nya, cukup bosan tapi sepertinya aku mulai menyukai film itu.
"Kenapa sad kali film— eh?" Bokuto menghentikan kata-katanya melihat ku tidur dipangkuan nya. Ia mematikan TV nya, menggendong ku ke kamar dan membaringkan ku disana.
"Mimpi yang indah .." Bokuto mengelus rambut ku sesaat lalu mencium kening ku. Menarik selimut ku lalu menatap keluar jendela. Bintang bersinar cukup terang dengan bulan diantaranya disusul angin malam.
Rasanya hangat, aku tau ada seseorang yang memelukku sekarang.
.
.
.
.
.
.
.
.
End.
Credits gambar
-ariarimaaa-
KAMU SEDANG MEMBACA
My 4 big brother {END}
RandomBercerita tentang lima bersaudara yang hidup dalam satu atap. Kuroo, sang kepala keluarga terlibat dalam konflik berat disusul Bokuto, Akaashi dan Tsukishima. Memiliki [name] sebagai adik mereka. Kehidupan yang sedikit kelam, terjerat dalam dunia ma...