40 - Cintai Aku Saja/Mati? [LAST CHAPTER]

2.4K 142 13
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

1 minggu kemudian.

"Yeji?" gumam mami Jen.

"Sudah lama sekali" ujar Yeji.

"Hm... Kau tampak baik" ujar mami Jen.

"Setelah melewati hal buruk sudah seharusnya kita hidup dengan lebih baik, bukankah begitu?" jawab Yeji.

"Jika kau masih menganggapku mengarang cerita tentang hubungan mendiang...."

"Duduklah. Aku tidak mengajakmu bertemu untuk membahas masa lalu" Potong Yeji.

"Aku sadar bagaimana pun aku menjejalkan kenyataan mengenai masa lalu padamu, kau pun akan membalas melakukan hal yang sama daripada berusaha menerimanya, memaksaku menerima kenyataan sesuai perspektifmu.

Cukuplah semuanya yang terjadi di masa lalu Jes, diungkitpun hanya akan menyulut perasaan benci antara kita. Jadi, aku memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Karena ada hal yang lebih penting bagiku saat ini dibandingkan masa lalu"

Jessica pun menatap Yeji menunggu inti dari pertemuan mereka.

"Jen dan Anakku, Jisoo" ujar Yeji.

"Apa?"

Yeji menghela nafas sejenak, "dari apa yang kulihat, aku yakin kau belum tahu bahwa mereka menjalin hubungan dan memutuskan untuk menikah" ujar Yeji yang membuat Jessica tercengang.

"Sampai menikahpun dia tidak berniat memberitahuku meski aku ibunya" gumam Jessica sarkastis.

"Aku tahu hubunganmu dengan Jen tak begitu baik, tapi aku tahu Jen pasti akan memberitahumu segera" ujar Yeji tetap tenang.

"Aku mengerti dia cepat atau lambat akan menikah, tapi dengan anakmu? Bukankah ini akan membuat tidak nyaman?" ujar Jessica.

"Jen adalah Jen, meski dia anakmu tapi aku tahu pasti dia tidak sepertimu. Jadi aku memutuskan untuk tidak mempedulikan hal itu" ujar Yeji.

"Baiklah, aku juga tidak peduli. Sejauh ini aku juga hanya hidup sendiri, meski aku punya anak" ujar Jessica.

"Baik, aku anggap itu persetujuan dan anak-anak akan membahas rencana pernikahan mereka. Aku rasa hanya itu, aku permisi dulu" ujar Yeji.

Setelah beberapa langkah Yeji berbalik, "Ah, satu lagi mami Jen, mari kita lancarkan rencana pernikahan anak-anak dan tidak membuat malu mereka" ujar Yeji.

.
.
.
.

1 bulan kemudian.

"Jen!!!" teriak Jisoo dengan langkah setengah berlari menemui Jen di pelabuhan, ia akan berangkat ke lokasi tenggelamnya sebuah kapal feri.

Dengan nafas dan emosi yang bergemuruh di dadanya.

"siapa bilang kau boleh melakukan ini, hah? Kau ingin membunuhku perlahan-lahan? Atau kau ingin aku mengutukmu seumur hidup? Jika kau memilih yang kedua maka kau harus hidup dulu setidaknya!"

Jen hanya diam dengan peralatan diving lengkap di tangannya bersiap menaiki kapal.

"Aku akan baik-baik saja" jawab Jen.

"Apa?"

Jen benar-benar telah salah bicara.

"Kau berharap aku tidak tahu tentang luka diperutmu yang belum membolehkanmu menyelam? Atau kau berharap aku tidak tahu bahwa luka itu masih sering sakit? Atau kau berharap aku tidak tahu bahwa dokter telah melarangmu bekerja sebagai penyelamat?"

Jen tercekat, "Jisoo" gumamnya, tentu saja ia tak menyangka Jisoo mengetahui semua itu padahal ia sudah menyimpan saran dokter itu rapat-rapat.

"cukup Jen, cukup jika kau masih memikirkan dirimu sendiri, masih berpikir bahwa kau bisa menghadapi apapun. Kau tidak pernah berpikir tentangku, bagaimana denganku jika kau kenapa-kenapa, bagaimana denganku jika kau tidak ada, aku benar, bukan? Semuanya hanya seputar dirimu"

Perfect Melting || Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang