Dear Readers, Happy Reading 💕
"Tekanan darahnya meningkat, dia juga mengalami hiperventilasi, untuk saat ini sudah kami tangani, nanti kita lihat perkembangannya. Kaki kanan yang lecet mengalami pergeseran sendi, nanti kalau pasien sudah sadar akan kita terapi lebih lanjut, untuk saat ini kita atasi masalah pernapasan dulu" ujar dokter pada ketua tim.
"Hubungi keluarga Jen" ujar ketua tim pada rekan satu tim Jen"
"Seingatku, hubungan Jen dengan ibunya tidak baik, siapa yang harus kuhubungi?" tanya salah satu rekan Jen pada yang lainnya.
"Hubungi adiknya saja" cetus salah satu rekan mereka.
Tak lama kemudian Jaemin datang ke rumah sakit dengan wajah tegang.
"Kakak kenapa?" tanya Jaemin mulai panik melihat rekan Jen yang berdiri ramai di depan ruang IGD.
Salah satu dari mereka pun menjelaskan keadaan Jen pada Jaemin dan bagaimana hal itu bisa terjadi.
"Aku mau melihatnya" ujar Jaemin dengan suara bergetar.
"Kata dokter dia sedang istirahat"
"aku harus melihatnya!" Jaemin bersikeras untuk masuk.
"Sudah, biarkan" bisik salah satu dari rekan Jen.
Jaemin melangkah pelan dengan perasaan penuh khawatir. Hingga ia sampai di tempat tidur Jen, kakaknya itu terlihat tidur dengan tenang, meski tampak beberapa goresan halus di wajahnya, tempelan kain kassa di dahi, perban yang membalut kaki kanannya~ membuat Jaemin menghela nafas kasar, ada perasaan sulit yang menyesak di dadanya.
"Aku benci pekerjaan kakak" gumamnya menatap Jen.
.
.
.
.Sementara itu di kantornya, Jisoo tampak kehilangan fokus terhadap pekerjaannya, beberapa kali madam Sohee datang mengingatkannya tentang persiapan meeting yang harus ia siapkan sebelum siang, namun nampaknya membuat Jisoo tak menjadikan itu hal prioritas baginya saat ini.
Ia terus memikirkan Jen dan tentang apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki keadaan.
Siang itu suasana kantor cukup sibuk, pasalnya ada masalah dengan investor dari China sehingga mereka tidak menghadiri meeting yang seharusnya diadakan siang itu.
Jisoo tampak lesu keluar dari ruangan meeting, setelah mama~ sang direktur dengan jelas menyebut namanya yang akan menemani madam Sohee untuk menemui dan bernegosiasi dengan investor itu di China.
"Booking tiketnya sekarang Jisoo, kita akan berangkat dengan pesawat malam ini, jangan lupa siapkan apa-apa saja yang akan dibawa ke China, jangan ada yang tertinggal" ujar madam Sohee.
Jisoo bekerja fulltime di kantor hari itu, sore harinya ia pulang ke rumah dan langsung packing.
Di perjalanan menuju bandara, Jisoo mencoba menghubungi Jen namun tidak ada jawaban. Karena ponsel Jen masih berada di loker yang ia tinggalkan sebelum melakukan misi.
"Apa dia marah padaku?" batin Jisoo.
.
.
.
."Sudah bangun?" ujar Jaemin yang baru masuk ke ruang rawat Jen mendapati Jen yang sudah membuka mata.
"Aku bawakan makanan, ayo makan bersama" kata Jaemin.
Jen hanya mengangguk dan duduk dari tidurnya, Jaemin memasang bantal di belakang punggung Jen sebagai penyangga.
"Aku suapi?" tawar Jaemin.
Jen menggeleng, "kakak tidak sesakit itu" jawabnya.
"Ya sudah. Ini habiskan" kata Jaemin menyodorkan box makanan untuk Jen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Melting || Jensoo ✔️
FanfictionJisoo~ cucu tertua dari keluarga terpandang serta wanita cantik tapi tidak terlalu pintar ini, selalu membuat malu mama nya di keluarga besar dengan percintaannya yang terus menerus gagal serta prestasinya yang pas-pasan. Di suatu ketika ia bertemu...