34 - Rindu Yang Parah

762 112 23
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Keesokan harinya sesuai rencana, Jisoo pun menemani Rose ke rumah sakit. Setelah mendaftar dan menunggu beberapa saat, Rose dipanggil. Sekitar 20 menit pemeriksaan pun selesai.

"Syukurlah bayimu baik-baik saja" ujar Jisoo sambil berjalan di koridor rumah sakit.

"Bukankah itu Jisoo?" tunjuk Lim pada Jen.

Mereka baru saja mengantarkan pasien ke IGD dengan ambulan tim penyelamat.

"Mereka dari dokter kandungan? Apa Jisoo hamil?" tanya Lim.

"Tidak, lagipula bukan hanya ruang dokter kandungan di sebelah sana, ada ruangan lain juga, sudahlah~ Ayo pergi" ujar Jen mengalihkan Lim.

Ia tahu Jisoo habis menemani Rose dari dokter kandungan.

Di perjalanan kembali ke kantor, "Aku masih penasaran, kenapa aku tidak boleh main-main dengan Rose?" tanya Lim.

"Tidak ada alasan, hanya tidak boleh saja" jawab Jen sambil menyetir.

"Ayolah.. Katakan, apa kau menyukainya? Atau ternyata dia adalah adikmu? Ehm.. Atau dia sudah dijodohkan denganmu? saudara satu ayah? Satu ibu? saudara tiri?" ujar Lim mengungkapkan analisisnya.

Jen tersenyum dan menggeleng, "Cari wanita lain saja" ujarnya.

"Aghh, apa susahnya memberitahuku. Kenapa serahasia itu, huh? Apa jangan-jangan kau punya skandal dengannya?" tanya Lim menyodorkan spekulasi lainnya.

Jen terkekeh ringan, "Sudahlah, percuma saja, aku tidak akan memberitahumu" ujarnya.

Lim pun menghela nafas jengkel dan mengeluarkan ponselnya untuk dimainkan.

"Oh iya, bagaimana dengan wanita yang membuatmu penasaran itu? Sudah ketemu orangnya?" tanya Jen.

"Belum. Kapan lagi aku punya waktu mencarinya, sebulan lalu kita tidak di Seoul, kembali ke Seoul pun kita sudah bekerja" ujar Lim.

"Hmm... Bagaimana dengan perusahaan ayahmu? Siapa yang mengurusnya?" tanya Jen.

"Sementara ini pamanku, menungguku siap" jawab Lim.

"Dan kapan kau akan siap?" tanya Jen.

"Aku rasa aku sudah siap, tapi ayah malah berubah pikiran, dia bilang aku harus menikah dulu baru aku akan benar-benar siap mengurus perusahaan" ungkap Lim.

"Hm, ayahmu ada benarnya juga" ujar Jen.

"Eeyy kau ini temannya siapa?" dengus Lim.

Jen hanya terkekeh ringan lalu fokus mengemudi.

.
.
.
.

"Sayang, kau di sini?" ujar Krystal melihat kedatangan Irene yang tidak mengabarinya lebih dulu.

"Iya, aku ke sini mengantarkan bekal makan siangmu" ujar Irene.

"Kenapa ada dua?" tanya Krystal.

"Yang ini untuk kak Jen, dari kak Jisoo" ujar Irene.

"Ooh. Baiklah Nanti aku sampaikan, tapi kenapa Jisoo tidak memberikannya langsung?" tanya Krystal.

Irene mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi antara mereka" jawabnya.

Setelah Irene pergi, Krystal pun masuk ke ruang istirahat membawa box makanan dan menghampiri Jen.

"Ini, dari Jisoo" ujar Krystal.

Jen terheran, lalu melihat ke pintu.

"Orangnya tidak ke sini, tadi dititipkan ke Irene"

Jen menatap box makanan di tangannya, lalu membukanya. Jen pun mulai makan makanan yang dibuat Jisoo, mencetuskan senyum di wajahnya begitu saja.

Perfect Melting || Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang