05 - Bertemu Alumni Hati

1.2K 163 30
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Keesokan harinya, Jisoo berangkat kerja pagi sekali karena ada pekerjaan kemarin yang belum selesai.

"Jisoo jangan lupa proposal untuk jam 9 nanti" Ujar seorang wanita~ Sohee, atasan Jisoo.

"Jisoo jangan lupa proposal untuk jam 9 nanti" Ujar seorang wanita~ Sohee, atasan Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MADAM SOHEE

"Iya madam" jawab Jisoo.

Ia tampak kewalahan dan berkeringat di pagi yang masih sejuk itu. Jenuh memang, karena Ia pun menyadari bahwa ia tidak berbakat dalam hal itu.

Kemudian Jisoo teringat sesuatu, membuatnya tersenyum cerah. Mulai saat itu ia bertekad bahwa ia akan mengingat sesuatu yang menyenangkan saat ia merasa buruk.

Dan saat ini yang menyenangkan baginya adalah membayangkan wajah tampan Jen.

.
.
.
.

Siang harinya.

"Jen" gumam seorang wanita dengan tatapan berbinar di sebuah cafe.

Jen langsung duduk berhadapan dengan wanita itu dengan tatapan datar.

"Aku senang kau mau menemuiku" ucapnya.

"Langsung saja, ada apa?" tanya Jen sedatar tatapan yang ia berikan.

"Aku merindukanmu" adu wanita itu ragu~ ragu dengan respon Jen.

Namun ia terlanjur mengungkapkan isi hatinya pada pria itu, matanya berbinar dan senyum yang entah apa artinya, yang pasti bukan senyum kemenangan, lebih seperti sebuah senyum seseorang yang bersiap untuk mati dalam rasa bersalah.

"Kau tidak rindu padaku? Aku selalu ingat kau pada setiap apapun yang kutemui, kau ada di mana-mana. Kau ingat dulu kau pun seperti itu, saat aku photoshoot di Jepang selama satu bulan~ kau ingat bagaimana posesifnya kau menjagaku dari sini waktu itu? Rasanya bahagia sekali membayangkan saat itu. Jen, aku merindukanmu"

"Haissh" Jen mengerang kesal, "Sial" ujarnya lalu menatap wanita itu tajam.

"Itu sebabnya manusia tidak boleh terlalu baik pada orang lain, sampai akhir masih saja di anggap lelucon!" ucap Jen tegas membuat wanita itu tercekat.

Namun ia berusaha tersenyum, meski dengan mata berkaca-kaca, kali ini.

"Jangan tersenyum! Aku bilang jangan tersenyum" ujar Jen ketus.

Sungguh ia membenci senyum itu, senyum yang selalu mendamaikan hatinya, dulu.

"Hanya orang tidak tahu malu yang akan muncul setelah mencoreng namanya sendiri" lanjut Jen datar.

"Maafkan aku Jen. Tapi aku masih mencintaimu, aku tidak pernah berhenti mencintaimu" ujar wanita itu.

"Lalu kenapa kau pergi?" tanya Jen.

Perfect Melting || Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang