Bel pulang sudah berbunyi, banyak siswa siswi yang langsung berhamburan pulang sehingga hanya sedikit yang masih ada di sekolah.
"Jihan, gue pulang sama lo ya"ucap Aqeeva.
"Oke"balas Jihan.
"Lah? Gue sama siapa dong?"tanya Syahna.
"Ya sama kita lah Acalista Syahna, sama siapa lagi coba"ucap Jihan.
"Eum, Jihan, Syahna, maaf ya soal yang tadi gue bentak bentak dan caci maki lo berdua"ucap Aqeeva.
"Nggak papa Qeev, sans aja, emang lu pikir kita baperan? Nggak lah"ujar Jihan.
"Iya Qeev, yang ada kita yang takut lo beneran marah sama kita"ucap Syahna.
"Lagian kalian ada apa sih sama ila?"tanya Aqeeva.
"Nggak ada"jawab Jihan.
"Trus kenapa tadi kalian marah marah?"tanya Aqeeva.
"Kepancing emosi aja tadi, Qeev"jawab Jihan.
"Trus kalian harus gimana ke depannya?"tanya Aqeeva.
"Ya minta maaf lah, apalagi"jawab Jihan.
"Bagus"ucap Aqeeva.
"Yaudah, ayo kita pulang"ajak Syahna dan dianggukin oleh kedua temannya.
Gue ngalah kali ini, tapi suatu saat gue akan mulai permainannya -batin Jihan.
Aqeeva, Aqeeva, lo itu terlalu lugu untuk percaya sama orang, makanya lo selalu mudah ditipu oleh bujuk rayu -batin Syahna.
"Ayo"ajak Aqeeva lalu mereka bertiga berjalan menuju parkiran dan mengantarkan Aqeeva ke rumahnya.
Sesampainya di rumah Aqeeva, Jihan dan Syahna langsung pamit pulang. Bukan apa apa, tapi Aqeeva yang menyuruh mereka pulang, karna dia tidak ingin teman temannya melihat bagaimana perlakuan orang tuanya padanya, Aqeeva tidak mau orang tuanya jadi buah bibir masyarakat.
Aqeeva membuka pintu rumahnya, dia melihat orang tuanya sedang duduk menonton televisi, mereka sedang membicarakan sesuatu.
"Nggak ada cara lain, kita harus memindahkan Adeeva keluar negeri, sekurang kurangnya saat dia kuliah nanti, biar saja dia tinggal di sana bersama oma opanya, daripada di sini, dia harus seatap sama bocah pembunuh itu, aku nggak mau anak kita ternodai oleh orang itu, apalagi dia sering belain anak itu"ucap Faisal membuat hati Aqeeva hancur seketika. Bagaikan petir yang menyambarnya di siang bolong, begitulah suasana hati Aqeeva saat ini.
"Apa yang kalian pikirkan?!"ujar Aqeeva sambil berjalan mendekati orang tuanya. Orang tuanya yang baru menyadari kehadiran Aqeeva langsung terkejut, tapi secepatnya mereka menetralkan ekspresi mereka kembali.
"Sejak kapan kamu berdiri di sana?"tanya Fanya.
"Sejak kalian ingin memindahkan kak Deeva keluar negeri"jawab Aqeev dengan raut wajah kecewa.
"Oh baguslah kalau kamu udah tau semuanya, jadi kita nggak perlu capek capek jelasin"ucap Faisal.
"Mah, pah, salah Qeeva apa sih? Kenapa kalian begitu benci sama Qeeva?"tanya Aqeeva.
"Karna lo udah bunuh anak gue, Guntur"jawab Fanya.
"Sampai kapan kalian mau nuduh Qeeva kayak gini? Qeeva nggak mungkin bunuh abang Qeeva sendiri, selama ini Qeeva selalu terima semua perlakuan buruk kalian, Qeeva udah sabar menghadapi kalian, Qeeva nggak pernah lawan kalian bukan karna Qeeva terlalu lemah, tapi karna Qeeva masih menganggap kalian itu sebagai orang tua Qeeva. Namun, kalian nggak pernah mengakui Qeeva sebagai anak sejak kejadian itu. Qeeva juga pengen kayak anak anak lain yang bahagia dan disayang sama orang tuanya, lah Qeeva? Bahkan orang tua Qeeva nggak pernah datang di acara pembagian lapor"ujar Aqeeva lalu berlari ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQEEVA
Teen FictionIni tentang anak perempuan yang hidup, tapi dimatikan berkali-kali. Keluarganya lengkap namun, komunikasi dan keharmonisannya tidak baik, bentakan, kata kata yang tajam dan menusuk, serta umpatan dan terus dibanding-bandingkan. Kata-kata yang sakit...