Menyesal

349 9 0
                                    

Sanskar datang ke kamar Laks dan melihat Laks yang duduk diranjang. Dia masih menangis dengan memegang foto Ragini dan juga saree milik Ragini. Sanskar lalu duduk disamping Laks dan menyembunyikan kotak dibelakang badannya.

"Sudahlah Laks sampai kapan kau akan menangis seperti ini," kata Sanskar.

"Kakak aku sudah membakar foto Ragini dan juga menghapus foto nya dari ponsel ku. Aku sekarang hanya mempunyai satu foto Ragini saja Kak," kata Laks.

"Laks kau ini pria masa nagis terus sih. Udah hentikan tangisanmu dan kita tentukan apa yang harus kau lakukan," kata Sanskar.

"Aku sudah kehilangan Ragini dan aku tak tau harus mencarinya kemana. Dia juga sudah bahagia tanpaku dengan hidup barunya sekarang. Aku tak akan mencarinya karena dia tak menginginkan itu. Jika dia memang jodohku aku akan menunggu takdir yang akan menemukanku dengan Ragini. Aku akan menceraikan Kavya dan aku akan menunggu Ragini sampai pun," kata Laks menghapus air matanya.

"Aku akan mendukung keputusanmu itu Laks," kata Sanskar.

Sanskar lalu menunjukkan sebuah kotak cukup besar pada Laks yang dia bawa tadi.

"Aku lagi sedih tapi Kakak memberikan hadiah untukku. Apa kakak bahagia aku seperti ini?" kata Laks kesal.

"Kau jangan marah padaku dulu. Coba kau lihat isinya,"kata Sanskar.

"Aku enggak mau membukanya," kata Laks.

Sanskar menaruh kotak itu lalu dia mengambil foto Ragini dan juga saree Ragini yang Laks pegang.

"Kakak kenapa kau mengambil itu dariku. Itu sangat berarti bagiku Kak," kata Laks marah.

"Kau harus membuka kotak itu dulu, setelah itu kakak akan berikan mengembalikan foto dan saree Ragini," kata Sanskar.

"Baiklah Kak. Sebenarnya apa isi kotak ini sih," kata Laks mengambil kotak itu lalu membukanya. Laks sangat terkejut ketika melihat isi kotak itu. Karena di dalamnya ada perhiasan, ponsel, dan juga barang-barang lain milik Ragini. Laks lalu teringat saat sebelum Ragini pergi, dia tak membawa apapun.

"Itu adalah barang milik Ragini. Kau juga tak perlu khawatir tentang foto Ragini karena di ponselnya pasti masih ada foto Ragini dan juga foto kalian berdua," kata Sanskar menaruh foto dan saree Ragini.

"Terima kasih Kak," kata Laks lalu memeluk Sanskar.

"Sama-sama," kata Sanskar melepaskan pelukan nya.

"Aku pergi dulu dan ingat kau jangan berbuat yang enggak-enggak," kata Sanskar.

"Iya Kak," kata Laks.

Sanskar lalu pergi dari kamar Laks. Laks mengambil ponsel Ragini lalu menyalakan ponselnya. Saat ponsel itu hidup, Laks melihat wallpaper ponsel Ragini dan itu adalah foto pernikahannya. Laks mengingat kembali pernikahan mereka dulu.

Disisi lain Ragini sedang sibuk bekerja. Ahaan pulang dari meeting lalu menghampiri Ragini.

"Ragini kenapa kau beberapa hari yang lalu mengganti nomermu?" tanya Ahaan.

Ragini lalu menceritakannya pada Ahaan kenapa dia mengganti nomernya. Setelah itu, tiba- tiba seorang datang dan menghampiri mereka.

"Apa aku mengganggu kalian?" tanya pria itu.

"Kau tidak mengganggu kok Veer. Sekarang duduklah," kata Ahaan.

"Baiklah," kata Veer lalu duduk.

"Ragini perkenalkan dia Veer teman sekaligus orang kepercayaan ku. Dia yang akan membantumu mengurus perusahaan saat aku tidak ada disini," kata Ahaan.

"Emangnya Kakak mau kemana?" tanya Ragini.

"Kakak ada pekerjaan di luar kota dan kakak sendiri yang harus memantau pekerjaan itu karena itu proyek yang sangat besar," kata Ahaan berbohong.

"Tapi kakak harus segera kembali," kata Ragini.

"Iya. Sekarang aku dan Veer pergi sebentar untuk membahas tentang pekerjaan," kata Ahaan.

"Tapi kenapa enggak disini aja Kak," kata Ragini.

"Tidak bisa Ragini ini tentang proyek besar itu. Jadi kami tidak bisa bicarakan disini," kata Ahaan.

"Baiklah," kata Ragini.

"Ragini kau jangan terlalu kelelahan karena tidak baik untukmu. Lalu kau juga harus menjaga pola makanmu dan jika kau butuh sesuatu kau langsung bilang pada siapapun yang ada di kantor ini saat aku pergi," kata Ahaan.

"Iya Kak. Aku ini sudah bosan mendengar apa yang kau katakan itu. Sekarang lebih baik kalian pergi dari pada mengganggu kerjaku," kata Ragini.

Ahaan dan Veer lalu pergi dari sana. Mereka menuju ke sebuah restoran dan mereka sampai disana. Seseorang sudah menunggu mereka berdua.

"Maaf kami sedikit telat," kata Ahaan.

"Tidak papa Tuan. Ini dokumen tentang semua asset dan harta yang Tuan miliki yang sudah dipindah namakan menjadi milik Ragini Gadodia," kata pengacara memberikan dokumen.

"Kerjamu sangat bagus, aku sangat senang karena Ragini sudah memiliki semua asset milikku. Veer kau jaga baik-baik dokumen ini. Jika waktunya sudah tepat kau berikan ini semua padanya," kata Ahaan mengambil dokumen lalu memberikannya pada Veer.

"Baiklah aku akan menjaga dokumen ini baik-baik. Tapi apa kau tak akan menceritakan penyakitmu pada Ragini," kata Veer.

"Aku tidak akan memberitahunya karena dia pasti akan sangat khawatir denganku. Jadi aku memutuskan untuk tinggal dirumahku yang lain agar dia tak tau. Makanya aku tadi bilang aku ada proyek besar. Entah sampai kapan aku bisa bertahan hidup. Tapi aku bahagia karena semua hartaku jatuh ke tangan orang tepat dan aku bisa mendapatkan adik seperti Ragini. Kau harus selalu mengabariku tentang Ragini padaku," kata Ahaan.

"Sesuai dengan permintaanmu Ahaan. Tapi apa kau tak mau berusaha untuk sembuh," kata Veer.

"Untuk apa aku berharap hal yang tak mungkin. Aku sudah pasrah dengan keadaanku saat ini," kata Ahaan.

"Baiklah," kata Veer.

"Lebih kita pergi sekarang," kata Ahaan.

Saat mereka akan pergi tiba-tiba Ahaan pingsan dan membuat Veer dan pengacara cemas lalu mereka membawa Ahaan ke rumah sakit. Mereka sampai di rumah sakit dan dokter memeriksa Ahaan.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Veer.

"Dia itu kelelahan apa dia bekerja padahal aku sudah menyuruh nya untuk istirahat karena kondisinya semakin memburuh dari sebelumnya dan dia sekarang belum sadar. Kalian harus mengawasi agar dia makan dan meminum obat tepat waktu dan jangan biarkan dia bekerja. Dia harus dirawat disini sampai untuk beberapa hari. Tapi kami tidak yakin dia akan sembuh karena kondisinya itu," kata Dokter.

"Tapi aku lihat tadi dia baik-baik saja Dok," kata Veer.

"Kau belum tau sifatnya Ahaan. Dia akan menyembunyikan rasa sakit yang dia rasakan pada siapapun dan dia juga orang yang keras kepala. Aku permisi dulu," kata Dokter lalu pergi.

"Ahaan kenapa kau tak pernah memikirkan tentang kesehatanmu. Kita berteman sudah belasan tahun tapi kau tidak pernah mengeluh tentang penyakitmu itu. Sekarang aku akan menjagamu dengan baik," kata Veer sedih dan melihat Ahaan.

Ragini menelpon Veer karena Ahaan tak mengangkat telepon darinya. Veer lalu keluar dari ruang dimana Ahaan dirawat.

"Iya ada apa dan kau siapa?" kata Veer.

"Ini aku Ragini. Kenapa kau dan Kakak belum kembali ke kantor? Apa kalian baik-baik saja?" kata Ragini khawatir.

"Iya kami baik-baik saja," kata Veer.

"Tapi kenapa Kak Ahaan tidak menjawab telepon dariku," kata Ragini.

"Ragini, Ahaan sudah berangkat ke luar kota untuk mengerjakan proyek itu dan aku baru saja ingin mengabarimu tentang itu," kata Veer berbohong.

"Tapi seharusnya dia bicara langsung denganku. Bukan langsung main pergi aja," kata Ragini kesal lalu mengakhiri panggilan.

"Ragini andaikan kau tau keadaan Ahaan yang sebenarnya.  Tapi aku tak mungkin memberitahumu tentang itu," kata Veer.

ISTRI PERTAMA [ Versi 1 Raglak ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang