Angin sepoi yang melintasi dedaunan kering diujung danau yang kini dipijaki, meraih dan membawanya menghujani pinggiran air yang jernih. Disana cuaca sedang cerah, senja yang hampir datang membuat keindahan alami di ufuk barat semakin terlihat dengan jelas. Sedikit lamunan terngiang menyambut asa yang kelabu di dalam hati yang kosong. Membawanya pergi menuju alam yang tak biasa dipijaki, mengulas hal lain di beberapa materi kehidupan dengan rasa berbeda. Sebuah halusinasi yang sungguh jelas makna dan membuatnya tersiksa.
"Onii-chan?" suara lembut yang tengah memanggil membuatnya kembali pada dunia nyata.
Ia menoleh, dan melihat seorang gadis cantik yang tengah menatapnya dengan sedikit sendu. Tak lama kemudian ia berlari menghampiri lalu memeluknya.
"Kau kenapa? Lihatlah disana ada Akai yang sangat cantik. Goresannya mewarnai langit." ucapnya dengan penuh semangat.
Pemuda yang tengah dipeluknya pun tersenyum setelah gadis cantik tersebut melonggarkan pelukannya dan memperlihatkan mahakarya Tuhan di ufuk barat.
"Itu senja, aku sangat menyukainya. Entah mengapa, jika suatu hari nanti aku bertemu dengan seorang lelaki yang kucari, akan kuberitahukan bahwa senja itu indah."
Pemuda bernama Akai tersebut lalu tersenyum sembari mengacak pelan pucuk rambut pinky gadis di depannya ini.
"Lalu, jika ia tak menyadari akan keindahan senja, akankah kau akan mencari hal lain?" tanya balik Akai.
Gadis tersebut menggeleng, ia menunduk sembari memainkan jemarinya. "Aku mungkin akan mencari lelaki itu di abad berikutnya, dengan reinkarnasiku yang baru."
"Kau ini lucu sekali."
"Aku tidak sedang becanda onii, tolong cerna kata-kataku lah."
Pemuda itu terkekeh mendengar penuturan dari gadis pinky tersebut. Perlahan ia longgarkan pelukannya lalu berjalan selangkah lebih dekat dengan air. Ia duduk berjongkok dan mengambil air jernih tersebut menggunakan telapak tangan kanannya. Sesekali ia jatuhkan dengan pelan lalu ia mengambil hal yang sama dengan berulang-ulang.
"Kehidupan...memang terkadang seperti air yang tenang di alam terbuka. Ia harus siap menerima air hujan kapanpun dan dimanapun, dengan hembusan angin kencang mendampinginya." ucap Akai dengan nada pelan, serentak dengan permainan air di telapak tangannya.
Gadis cantik itu kemudian melangkah mendekat Akai dan menepuk pundaknya. "Apa kau seyakin itu?"
Akai menoleh dan mendongak menatap gadis cantik bernama Sakura tersebut dengan menampilkan simpul tipis di bibirnya. Ia menyentuh telapak tangan Sakura yang masih menempel di pundaknya, lalu mengelusnya lembut.
"Kau memang keras kepala ya?"
Sakura terkekeh. "Bagiku, hidup adalah perjalanan harian. Tertatih dengan pelan melewati panasnya mentari, lalu ia bertemu senja yang indah di akhir perjalanannya dan menemukan malam bersama taburan bintang-" Sakura menunduk.
"-setidaknya setelah ia melewati masa lelahnya, ia bertemu bintang malam dengan tirai senja yang juga sama indahnya."
Akai tersenyum, ia mencoba berdiri sembari terus menggenggam tangan Sakura.
"Itulah mengapa, rambutku berwarna merah. Karena kau yang mencintai senja hadir dalam hidupku."
Angin sepoi di sekitar suasana, seolah memberi sekat penting diantara pembicaraan keduanya. Awan putih yang mencoret sedikit birunya langit, kian menambah nuansa fatamorgana yang menyentuh alam mimpi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You???
FanfictionTak semua orang didunia ini menyukai popularitas, dan lagi orang-orang itu mempunyai prinsip kuat yang ia pegang sendiri. Lalu? bagaimana dengan seorang gadis cantik yang tak sengaja bertemu dengan seseorang yang juga membenci hal itu? Ia hidu...