TEN

2.5K 136 3
                                    

Gue bangun pukul lima setelah semalem dengan susah payah gue akhirnya tidur. Konyol emang kalo dipikir, ga bisa tidur cuma gara-gara jantung gue yang deg-degan. Tadi pun gue bangun gara-gara ada suara Ivan nyuruh sholat subuh. Saat bangunin gue, Ivan udah duduk di kasur dan berkutat dengan laptopnya, lagi. Mending dia nikah sama laptopnya aja deh daripada sama gue.

Setelah sholat, gue naik lagi ke kasur dan berencana melanjutkan tidur gue. Berhubung hari ini Diana bakalan ketemu kliennya dulu, gue jadi belum punya jadwal liburan. Gue menarik lagi selimut yang sudah acak-acakan itu ke atas badan gue, sebelum ada sepasang tangan yang menyingkapnya.

"Habis subuh ga bagus tidur lagi." Refleks gue membuka mata dan menoleh ke samping. Hati gue udah dipenuhi kedongkolan mendengar komentarnya.

"Biarin. Semalem ga bisa tidur." Gue mencoba memejamkan mata, masa bodoh dengan Ivan.

"Kenapa?" Ada sedikit nada khawatir di dalam suaranya. Mata gue tiba-tiba terbuka, inget kejadian semalem. Gue melirik Ivan yang ternyata sudah melihat ke arah gue. Duh

"Gara-gara semalem kamu ... " Gue ga berani menyelesaikan kalimat gue. Kalo gue bilang gue ga bisa tidur gara-gara dipeluk sama dia, bisa tengsin abis gue.

"Gara-gara semalem kamu ngorok di kuping aku." Gue membuat alasan yang masuk akal. Ga sepenuhnya bohong sih, karena memang semalem dia mengeluarkan dengkuran halus. Gue kira dia bakalan marah dengan alasan yang gue bikin, nyatanya dia malah tertawa kecil.

"Maklum, capek." Ivan kembali berkutat dengan laptop. Hening. Gue akhirnya kembali mencoba tidur karena seakan telah mendapatkan lampu hijau dari orang di samping gue ini.

Kruyuuukk....

Perut gue dengan lantangnya berbunyi di pagi hari yang indah ini. Bohong banget kalo Ivan ga denger suara cacing-cacing peliharaan gue. Iya, gue tiap bangun pagi pasti dalam keadaan lapar. Dan gue sebel karena perut gue bunyi kenceng depan Ivan.

"Sarapan hotel jam berapa?" Gue menyerah, membuka mata. Ivan masih terpaku dengan pacarnya, bukan, istrinya si laptop.

"Jam setengah tujuh. Semalem kamu dikasih breakfast card ga?" Ivan membuka mulutnya. Semalem gue kan ga ada planning tidur disini, gue juga check in sama Diana. Berarti kartu gue ada di Diana dong.

"Ada.. kayaknya. Tapi sama Diana." Gue meraih ponsel di nakas samping kasur, mencoba menghubungi Diana untuk menanyakan kartu. Nihil. Pasti dia masih molor. Gue dengan malas beranjak duduk dan mulai merapikan rambut.

"Aku mau ke kamar Diana dulu, nanyain breakfast card."

Tangan Ivan langsung meraih lenganku yang masih sibuk mengikat rambut. Alhasil rambutku gagal terikat dan malah membuat tali ikatannya jatuh ke kasur.

"Ga usah. Disini aja. Nanti kita bayar aja breakfast kamu." Gue mengernyitkan dahi. Pemborosan. Ngapain bayar kalo ada kartunya? Tinggal diambil kan selesai. Dasar orang kaya.

"Mubadzir tau kartunya. Gapapa, aku ambil bentar ke Diana." Gue mencoba melepas tangan Ivan yang masih betah bertengger di lenganku. Tapi bukannya dilepas, Ivan malah mempererat genggamannya.

"I want you to stay here, Ra." Sebuah kalimat itu sukses membuatku menoleh menatap mata Ivan. Tatapannya penuh dengan keseriusan dan kedinginan. Dia marah? Agak bergidik gue melihatnya. Ini masih pagi dan dia sudah menyeramkan seperti itu.

"O..kay." Gue kembali menarik selimut, menandakan bahwa gue ga jadi pergi sekaligus menuruti kata-kata dia. Gue memejamkan mata, kali ini sangat berniat tidur, meninggalkan Ivan dan mood buruknya di pagi hari.

Setengah tujuh Ivan membangunkanku dengan tampang segar, rambut basah khas orang habis mandi. Ia dengan santai berganti pakaian di dekat ranjang dan bukan di kamar mandi. Untung gue masih waras dan buru-buru menyelamatkan indera penglihatan gue dari hal yang bisa bikin gue ketagihan. Gue sebenernya males banget disuruh mandi sama Ivan. Bukan apa-apa, tapi gue hari ini belum ada jadwal jalan-jalan, dan planning yang ada di otak gue saat ini cuma sarapan dan tidur lagi. Sayang aja kalo mandi tapi ujung-ujungnya balik tidur.

(UN)MONOTONOUS MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang