Gue ngikutin tante Ika masuk ke sebuah toko perhiasan di salah satu mall besar. Gue sering banget ke mall ini kalo hangout sama Diana, karena emang mall ini lengkap dan aksesnya gampang. Di depan toko itu, Ivan berdiri dengan masih memakai kemeja lengkap dengan dasinya. Pasti dia juga sama kayak gue yang baru selesai kerja. Tanpa babibu, tante Ika langsung mengajak kita untuk masuk dan mengukur jari kita karena rencananya cincin pernikahan kita akan dibuat custom.
"Tante, ini apa ga berlebihan? Kalung ini aja masih baru di leher Rara, masa mau nambah lagi buat mahar?" Gue akhirnya berani bertanya setelah gue tau bahwa kita ke toko berlian ini bukan hanya untuk membeli cincin tapi juga kalung dan anting. Gue ga ngebayangin berapa yang bakal dikeluarin Ivan dan keluarganya cuma buat mahar yang sebenernya ga gue minta.
"Gapapa, ini ga berlebihan. Lagian lamaran sama nikah kan emang beda, masa kalungnya sama. Udah kamu ga usah mikir, biar Ivan yang mikir." Tante Ika meyakinkan gue yang sama sekali ga bertambah yakin. Tante Ika berjalan menjauh untuk melihat beberapa koleksi anting yang ada di ujung etalase.
Gue melirik Ivan yang cuma diem mendengar obrolan kami. Gue takut dia merasa gue matre karena minta perhiasan mahal, padahal gue ga tau apa-apa.
"Gue beneran ga minta apa-apa. Ini tadi gue ga tau kalo mau dibawa kesini." Gue berkata pelan. Ga ada perubahan ekspresi dari Ivan yang membuat gue heran. Gue habis ngomong sama dia, dia budeg apa gimana sih? Ia memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Iya, saya tahu. Lagian mama saya memang sudah sering beli perhiasan di toko ini. Jadi saya paham kalo ini ide mama saya."
Gue bersyukur ini orang paham kalo bukan gue yang minta macem-macem. Setelah itu ga ada percakapan yang terjadi antara kita berdua. Kita cuma nunggu tante Ika yang masih sibuk ngobrol dengan salah satu pegawai disini. Selang beberapa menit, ada pegawai yang menerangkan kalau cincin kita bakal jadi setelah satu minggu. Dan setelah itu, Ivan pergi untuk melakukan pembayaran. Gue cuma diem ga tau harus ngapain.
Selesai dengan urusan cincin, tante Ika ngajak makan yang langsung gue iyain karena perut gue udah laper banget. Karena gue dikasih kebebasan buat milih tempat makan, gue langsung ngajak makan nasi goreng di salah satu restoran mall. Itu menu favorit gue dan Diana kalo main ke mall ini.
Gue dan Ivan lebih banyak makan sambil dengerin saran dan ide tante Ika dalam hal pernikahan. Gue cuma iya iya aja kalo ditanyain pendapat, tanpa gue tau itu benar apa ga. Setelah makan, gue permisi ke toilet yang sebenernya menuju kasir. Gue masih merasa ga enak atas hal perhiasan tadi, jadi gue diem-diem pergi ke kasir buat bayar makanan.
Ketika gue ngulurin kartu debit ke kasir, ada tangan yang langsung menahan lengan gue. Gue otomatis noleh karena kaget dan takut, apalagi genggamannya cukup kuat.
"Biar saya yang bayar." Ivan menurunkan tangan gue dan mengambil dompet untuk mengeluarkan kartunya. Gue cepet-cepet nyerahin kartu debit gue sebelum Ivan berhasil mengeluarkan kartunya dari dompet.
"Nih mbak, pake ini aja." Yang langsung diterima dan digesek oleh kasir. Ivan menatap ke arah gue dengan pandangan yang meneriakkan protes karena gue ga nurutin perkataannya. Gue pura-pura ga lihat dan langsung berbalik menuju arah meja makan kami. Disana tante Ika udah nunggu sambil main hape.
"Udah, Van?" Tanya tante Ika ketika kita berdua datang bersamaan.
"Udah dibayar sama Rara." Ivan menjawab pelan. Raut tante Ika seperti kesal mendengar jawaban anaknya itu.
"Loh kok jadi Rara yang bayarin. Kamu kan tadi udah mama suruh bayar."
"Gapapa tante, lagian juga ga seberapa. Biar gantian." Gue mencoba menengahi.
"Ih, ya ga gitu Ra. Dia kan yang cowo, calon suami kamu. Masa dia yang dibayarin." Tante Ika masih kesal dengan anaknya. Gue cuma bisa senyum, gue demen nih sama pola pikir tante Ika. Kalo gitu caranya emang cepet kaya gue, dibayarin mulu kalo keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(UN)MONOTONOUS MARRIAGE
RomanceRara, gadis yang bisa dibilang sukses di usia muda tapi tidak memiliki planning hidup ke depan bertemu dengan Ivan yang menurutnya hanya seorang om-om kaya di acara makan malam investor ayahnya. Mereka kemudian menikah dan menjalani pernikahan yang...