welcome

1.4K 183 15
                                        

bingung ini chapter apaan. VOTE, COMMENT, AND SHARE YA!!!




welcome (noun): an instance or manner of greeting someone.




Sudah genap 24 jam semenjak Wendy dipindahkan ke kamar rawat inap. Nampaknya dosis obat biusnya sangat tinggi karena Wendy belum menunjukkan kemajuan apapun. Tidak ada tanda-tanda ia akan terbangun atau bahkan mengernyit sedikit pun. Dokter menyuruh Chanyeol untuk tidak panik dan sabar menunggu. Ingin sekali Chanyeol protes. Bagaimana bisa ia tidak panik? Istrinya tidak kunjung bangun. Melihat bayinya saja belum. 

"Setelah hasil tes semalam, Wendy sudah menunjukkan perkembangan. Kamu hanya perlu menunggunya sebentar lagi. Saya tidak berani memberikan Wendy apapun untuk memicu kesadarannya. Itu tentu tidak akan baik bagi tubuhnya. Jadi, saya harap kamu bersabar," ucap dokter pada Chanyeol.

Chanyeol mengusap mukanya kemudian menghela napas kasar. "Baiklah. Saya akan bersabar."

Dokter mengangguk. "Saya akan mengecek kembali 2 jam lagi. Permisi..."

Chanyeol menutup pintu begitu dokter pergi. Dia menarik kursi ke sebelah kanan kasur. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya dirinya dan Wendy. Chanyeol lantas menitikkan air mata. Tangannya mencengkeram sprei kasur. Pikirannya mengutuki diri sendiri. Ia kembali ke masa lalu, dimana ia dengan teganya meninggalkan Wendy ketika masa-masa kehamilan Renjun. Dan sekarang ia merasa tidak berguna ketika melihat Wendy menderita seperti ini. Wendy mempertaruhkan jiwa dan raganya demi melahirkan anak-anaknya. 

"Ireona, Wendy-ya..." kata Chanyeol dengan bibir bergetar menahan teriakan.

"Kamu mempertaruhkan segalanya demi Renjun dan bayi kita. Sementara apa gunanya aku disini? Aku sangat tidak berguna. Aku tidak pantas mendampingimu, Wendy. Semua orang tahu itu, begitu juga denganmu."

"Aku tidak bisa berjanji apapun. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk berperan sebagai suami dan Ayah yang baik."

"Makanya, ayo bangun. Wendy-ya... Apalah hidupku tanpamu. Bangun."

Tiba-tiba saja, mata Wendy nampak seperti berusaha membuka. Chanyeol langsung mengelap air matanya. Wendy kemudian mengerang kesakitan. Chanyeol menahannya agar tidak bergerak terlalu banyak. Ia langsung menekan tombol untuk memanggil dokter. Tak sampai 5 menit, dokter pun datang. Ia memeriksa Wendy yang tengah berusaha menyesuaikan pandangan matanya yang masih kabur.

"Wendy-ssi, apakah kamu tahu ini dimana?" tanya dokter sembari memeriksa denyut nadi Wendy.

"Hmm... rumah sakit," jawab Wendy. Tangannya meraba perutnya. Matanya membelalak dan badannya bergerak cepat ingin turun dari kasur. "Bayiku... Dimana bayiku?!" teriaknya.

Dokter langsung menenangkan Wendy. "Tenanglah, Wendy-ssi. Kami terpaksa mengeluarkan bayimu lebih cepat karena kamu mengalami pendarahan hebat. Sekarang bayimu ditempatkan di NICU dalam inkubator."

Chanyeol meneguk ludah. "Wendy-ya, kamu ingat apa yang terjadi?"

Wendy menggeleng. "Semuanya kabur. Aku hanya ingat mengalami sakit yang begitu hebat."

"Hal wajar untuk melupakan kejadiannya karena Wendy-ssi sempat pingsan. Baiklah, perawat akan datang kesini beberapa jam lagi untuk memberikan obat, vitamin, dan makan siang untuk Wendy-ssi. Kalau begitu saya permisi."

Begitu dokter pergi, Wendy langsung bertanya kronologinya ia bisa sampai seperti ini. Chanyeol menjelaskannya dengan sabar dan perlahan. Wendy sesekali tampak panik dan terkejut tapi Chanyeol langsung menenangkannya. Chanyeol dalam hati sangat bersyukur karena Wendy tidak selemah yang ia kira. Istrinya ini wanita yang sangat kuat.

Mama Wendy [Wenyeol AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang