closure

1.5K 192 19
                                    

makin sini makin blank buat nulis asli. pikiran ke tugas kuliah mulu :") semoga update kali ini gak mengecewakan ya. VOTE, COMMENT, AND SHARE YA CHINGUDEUL~




closure (noun) : a feeling that an emotional or traumatic experience has been resolved.

Setelah puas menangis dalam diam di ruang kerjanya, Wendy mencuci mukanya kemudian berusaha untuk mengalihkan perhatian dengan bekerja. Wendy masih harus mengerjakan laporan tentang kerjasamanya dengan perusahaan Yoongi. Kesal memang bahwa ia masih terikat kerjasama. Untungnya setelah laporan ini diperiksa dan ditandatangani oleh kedua pihak, maka kerjasamanya selesai. 

Tangannya meraih laci bawah untuk mengambil beberapa berkas. Map berkas tersebut tersangkut di belakang. Wendy berdecak kesal kemudian terpaksa harus jongkok untuk meraih map. Ketika map sudah berhasil diraih, secarik kertas menarik perhatiannya. Jemari kurusnya perlahan meraih kertas itu.

Surat cerai.

Ya, surat cerai yang gagal ia serahkan ke pengadilan. 

Wendy menaruh map berkas di atas meja. Ia kemudian melangkahkan kakinya ke arah sofa untuk membaca surat cerai tersebut. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa sembari menghela napas panjang. Berusaha keras menahan tangis tetapi percuma saja karena air mata tetap mengalir.

Hidup Wendy tidak pernah mudah, bahkan semenjak ia menikah dengan lelaki ini. Karena pada dasarnya hubungan mereka ini dikenal harmonis. Tapi di balik semuanya banyak kesulitan melanda. Apalagi semenjak Chanyeol menghilang kemudian kembali lagi ke hadapannya. Hampir setiap teman dan kolega Wendy bertanya padanya.

"Kenapa tidak diceraikan saja, Wendy-ssi?"

"Suami brengsek seperti itu sepantasnya diceraikan saja."

"Kasihan Renjun, Wendy-ssi. Lebih baik ia tidak memiliki figur ayah sama sekali daripada memiliki ayah brengsek seperti suamimu itu."

Mendengar kalimat-kalimat tersebut, Wendy hanya bisa menjawab, "Biar aku saja yang memutuskan baik atau tidaknya. Kalian tidak usah ikut pusing."

Surat cerai tersebut mulai lembab karena tetesan air mata Wendy. Perkataan orang-orang memang tidak salah. Seharusnya ia dan Chanyeol sudah bercerai sejak lama. Tapi entah mengapa, melihat Chanyeol saja Wendy sudah luluh. Bagaimana tidak? Pria ini telah menemaninya dari masa sekolah hingga sekarang. Susah untuk move on dari Chanyeol.

Tiba-tiba saja, pintu ruang kerjanya terbuka. Chanyeol masuk tanpa permisi. Wendy buru-buru menatap ke atas dan menghapus jejak air matanya. Tangannya melipat cepat kertas surat cerai tersebut.

"Kamu sudah bangun rupanya," ujar Wendy kemudian berjalan menuju meja kerjanya. 

"Aku mencarimu kemana-mana. Kukira kamu pergi," kata Chanyeol dengan lega. 

"Memangnya ada apa?"

"Ah, tidak. Aku habis mimpi buruk. Mungkin karena terlalu capek."

Wendy melihat ke arah jam dinding. "Sudah lewat jam makan siang. Kamu tidak lapar?"

Chanyeol nyengir. "Lapar, sih. Tapi nanti saja. Sekalian makan malam."

Wendy mengangguk kemudian menaruh perhatiannya lagi pada laporan. Wendy memakai kacamata bacanya. Ia meraih tisu untuk mengelap hidung dan matanya. Chanyeol yang sedang memainkan ponselnya diam-diam memerhatikan sang istri. Matanya menangkap Wendy yang susah payah menahan tangisannya.

"Sayang..." panggil Chanyeol kemudian berjalan dan duduk di kursi depan Wendy.

Wendy tidak menoleh dan tetap menaruh perhatian pada berkas dan layar komputer. 

"Hei," kata Chanyeol sembari menarik pelan dagu Wendy.

Mata pria ini membesar begitu melihat mata dan hidung Wendy yang merah dan bengkak. Saat itu juga, Chanyeol sadar bahwa istrinya baru saja menangis. Pantas saja Wendy selalu mengalihkan pandangan semenjak Chanyeol masuk ke ruang kerjanya.

"Kalau kamu tidak cerita, aku tidak akan mengerti, Wendy... Tolong jangan menangis dan bersedih di belakangku," ujar Chanyeol kemudian mengelus pipi Wendy.

Wendy menghela napas. Ia tidak bisa bicara. Sekalinya ia mengeluarkan kata, pasti ujung-ujungnya akan menangis juga. Mood nya berantakan sekali. Dia terus memikirkan perkataan Ayah mertua bahwa mereka harus mengurangi bertengkar. Tapi itu sangat sulit.

"Son Wendy..." 

Bukannya menjawab, Wendy malah menyingkirkan tangan Chanyeol. Chanyeol bingung. Wendy menatap kembali ke layar komputernya. Bukan Chanyeol namanya jika tidak bersikeras. Ia berdiri dan menghampiri Wendy. Ia berlutut di depan Wendy. Wendy berusaha keras menahan air matanya. Ia cepat-cepat menyimpan file kemudian mematikan komputernya.

"Chan, tolong jangan seperti ini..." bisik Wendy lirih.

"Ceritalah padaku, Wen," ujar Chanyeol selembut mungkin agar Wendy tidak meledak dan menangis.

"Sulit untuk menceritakannya."

"Pelan-pelan saja."

Wendy menggeleng. Lidahnya kelu. Sepatah kata saja keluar dari mulutnya, maka air matanya pasti akan jatuh lagi. Susah untuk menghentikan tangisannya. Maka dari itu Wendy tidak ingin berbicara lagi pada Chanyeol. Ia menatap ke langit-langit ruangan, berusaha menahan jatuhnya air mata. Tapi nampaknya percuma saja. Kepalanya tertunduk kemudian ia kembali menangis.

Chanyeol berdecak. "Wendy, tolong cerita. Atau kamu mau mengamuk di depanku, aku tidak apa-apa."

Wendy bangkit dari duduknya kemudian menatap Chanyeol. Tatapannya susah diartikan. Bukan marah juga bukan sedih. Wendy menghambur pada Chanyeol kemudian memeluknya erat-erat. Tangisnya semakin menjadi. Chanyeol meraih istrinya itu. Jujur saja, ia sangat kaget. Mereka pun terdiam dengan posisi berdiri saling berpelukan. 

"Chan..." panggil Wendy pelan.

"Hmm?" sahut Chanyeol dengan lembut sembari mengelus kepala Wendy.

"Let's cuddle for a while. I miss you. It's been 18 years."

"Okay..."

Mereka berdua berjalan ke arah sofa. Keduanya bersamaan duduk di atas sofa. Chanyeol membuka kedua lengannya hendak menyambut Wendy. Namun, Wendy malah terdiam dan menatapinya. Senyum tipis disunggingkan oleh bibirnya. Chanyeol masih menatapnya bingung.

"Aku lega tidak jadi menceraikanmu," celetuk Wendy kemudian mengelus pipi Chanyeol.

Chanyeol luluh seketika dan memasang senyuman hangat. "Aku juga lega kamu tidak jadi mengajukan surat cerainya."

Wendy merubah posisinya. Ia duduk di hadapan Chanyeol, lebih tepatnya di pangkuan Chanyeol. Tangannya mengelus pelan rambut Chanyeol. Chanyeol sekuat tenaga menahan dirinya. Wendy tertawa melihat Chanyeol yang begitu gugup.

"Let's have it now,"  gumam Wendy dengan mata menatap Chanyeol dalam-dalam.

"Now... here?" tanya Chanyeol.

"Yup. Come on, it's been so long."

Chanyeol mengigit bibir bawahnya. "Oh, I hate you so much," katanya kemudian menarik Wendy dan menciumnya.

Wendy tertawa lagi. "Oh, thank God."







hehe, lanjutnya bayangin sendiri aja uw.




And this might be my last update for the week because I'm having my midterm test next week😭

Mama Wendy [Wenyeol AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang