2018
sorrowful (adj) : feeling, expressing, or causing great sadness.
Renjun memakai seragamnya kemudian ia berdiri di depan cermin. Tangan kirinya menyisir rambut lurusnya asal-asalan sementara tangan kanannya memasangkan airpods pada telinganya. Setelahnya ia menyambar tasnya kemudian berjalan menuruni tangga.
"Renjun!" teriak Wendy memanggil putranya itu. "Cepat sedikit! Kita sarapan di rumah kakek dan nenekmu!"
"Ayo, eomma!" teriak Renjun sembari memakai sepatunya. "Kemarin kakek meneleponku. Katanya hari ini ada kejutan untukku."
Wendy sempat terdiam sejenak sebelum berjalan menyusul anaknya di pintu depan. Kejutan? Jangan bilang ayahnya Renjun pulang. Jika iya, itu akan menjadi kejutan juga bagi Wendy. Tapi jika memang bajingan itu pulang, seharusnya Wendy tahu duluan kan?
Sekilas informasi saja. Chanyeol sudah tidak pulang selama 18 tahun. Entah kemana pria itu pergi. Entah dimana pria itu berada. Baik Wendy maupun keluarga Park tidak ada yang tahu ataupun ingin tahu. Mereka benar-benar menghapus Chanyeol dari kehidupan mereka.
Bagaimana dengan Renjun?
Ketika Renjun masuk sekolah menengah pertama, ia terus-terusan bertanya dimana ayahnya. Wendy sempat pusing berhari-hari memikirkan jawabannya. Ia tahu hari seperti itu akan datang. Akhirnya, kakek Renjun yang menjelaskannya. Beliau bilang kalau ayah Renjun bekerja di luar negeri. Untung saja anak itu mengerti dan mau menerima penjelasan kakeknya.
Wendy menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin dia pulang.
"Ayo segera ke rumah sebelah." Wendy merangkul Renjun. "Ahjussi, tolong jaga rumah kami." Wendy melambaikan tangan kepada satpam rumah sembari melangkah keluar gerbang.
Ayah dan Ibu mertua sudah duduk di meja makan. Wendy dan Renjun menundukkan kepala mereka. Pembantu rumah tangga mengambil tas mereka. Wendy berjalan kemudian duduk di sebelah Ibu mertua. Sementara itu Renjun duduk di sebelah Ayah mertua.
"Jadi apa kejutannya, Kek?" tanya Renjun kemudian melahap sepotong kimchi beserta nasi.
"Renjun!" bentak Wendy. "Dimana sopan santunmu? Kakek dan Nenek bahkan belum makan sedikit pun. Kamu sudah mendahului mereka."
Renjun memajukan bibirnya. "Maafkan aku..." ujarnya pelan.
Ayah mertua hanya tertawa. "Tidak apa-apa, Renjun. Nah, apakah kamu sudah siap menerima kejutannya?"
"Sudah! Ayo, Kakek!" seru Renjun semangat.
Seorang pembantu rumah tangga datang menghampiri Ayah mertua. Ia menyerahkan sebuah kotak kepada beliau. Ayah mertua memberikan kotak itu kepada Renjun. Renjun menerimanya dengan semangat. Tanpa basa-basi lagi, Renjun langsung membuka kotak itu.
"Wah! Nintendo switch! Terima kasih, Kakek!" teriak Renjun sembari mengeluarkan gim itu dari dalam kotak.
"Semua gimnya sudah di instalasi. Jadi kamu tinggal main saja," kata Ayah mertua.
"Aduh, maafkan Renjun sudah merepotkan Ayah..." ujar Wendy sembari menundukkan kepalanya meminta maaf.
Ayah mertua tersenyum. "Sudahlah tidak apa-apa. Bagaimanapun juga dia cucuku."
Ibu mertua mengelus lengan Wendy sembari menganggukan kepalanya. "Ayo cepat makannya. Sudah hampir telat!"
Setelah selesai sarapan bersama, Wendy dan Renjun pun pamit pergi bekerja dan sekolah. Ayah mertua pun ikut pamit karena harus bekerja juga. Sementara itu Ibu mertua ikut membereskan meja bekas sarapan. Hanya inilah yang bisa ia lakukan sebagai balas budi atas kerja keras suaminya menghidupinya.
"Sisa sarapannya boleh kalian makan," kata Ibu mertua kepada pembantu rumah tangga. "Tolong siapkan buku bacaan dan secangkir teh di halaman belakang. Sebentar lagi saya akan kesana."
Tidak ada angin apa-apa, tiba-tiba saja sesosok pria datang ke ruang makan. Di belakangnya berjejeran para satpam rumah keluarga Park. Mereka tampak lelah dan kehabisan napas. Pria itu membanting koper dan tasnya kemudian mengerang.
Ibu mertua membelalakan matanya. Rasanya ia tahu pemilik suara ini. Ia memutar badannya perlahan. Kain lap basah yang dia pegang terjatuh begitu saja. Mulai menggenang air di sekitar kain lap itu.
"Chanyeol?" tanya Ibu mertua tak percaya. "Bagaimana kamu..."
"Aku lewat pintu belakang," potong Chanyeol. "Dimana Wendy?"
Renjun melepas airpods kemudian memasukannya kembali ke dalam tempatnya. Ia memasukan benda itu ke dalam tasnya.
"Park Renjun!" teriak Haechan, teman sekelas Renjun.
"Ada mau nih biasanya," kata Renjun sambil menggantungkan tasnya di pinggir meja.
"Sepupu kamu itu Siyeon kan? Yang di kelas sebelah itu?" tanya Haechan.
Renjun ngangguk.
Haechan mengangkat-angkat alisnya. "Bantu aku pacari sepupumu itu."
"Tidak! Aku tidak akan pernah sudi punya sepupu ipar sepertimu!"
Renjun berjalan meninggalkan Haechan. Haechan menyusul temannya itu kemudian mereka berjalan berdua di koridor sekolah. Haechan merangkul Renjun sementara Renjun diam saja. Sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Haechan. Bukan Haechan namanya kalau tidak kasar dan penuh semangat.
"Jun-ah..." panggil seorang siswi dari belakang Renjun.
Renjun menengok ke belakang. Tampaklah seorang siswi pujaan hati Renjun, Shuhua. Bukan, dia bukan pacar Renjun. Dia hanyalah perempuan yang Renjun idam-idamkan semenjak masuk SMA. Sampai saat ini, tahun terakhir SMA, Renjun tidak kunjung memilikinya.
"Kenapa?" tanya Renjun, berusaha mengontrol dirinya agar tidak gemetaran.
"Hari ini kan Jumat. Kamu mau nonton bersamaku malam ini?"
Haechan berteriak histeris. Seharusnya Renjun yang berteriak histeris. Tapi kenapa malah temannya yang seperti itu? Sudahlah, Haechan tidak penting. Ajakan Shuhua lebih penting untuk Renjun.
"Aku harus izin dulu pada eomma."
Shuhua mengambil ponselnya kemudian menunjukkan layarnya pada Renjun. "Aku sudah izin pada ibumu. Sore ini kujemput dengan supirku. Jangan berani menolak!" Shuhua pun pergi meninggalkan Renjun.
"Jangan lupa oleh-olehnya dari bioskop!" teriak Haechan kemudian berjalan pergi meninggalkan Renjun sendirian di lorong kelas.
Sepertinya hari ini akan jadi hari yang menyenangkan, batin Renjun. Ia kemudian berjalan kembali ke kelasnya sembari tersenyum.
Sepulang sekolah, Renjun berencana untuk langsung pulang dan memilih pakaian untuk kencannya nanti. Renjun berjalan keluar dari gedung sekolah. Tapi begitu sampai di depan gerbang, sebuah mobil coupe putih berhenti tepat di hadapannya. Renjun bingung dan terdiam di tempat.
Seorang pria paruh baya keluar dari pintu pengemudi. Pria ini melepas kacamata hitamnya. Ia memerhatikan Renjun dari ujung kepala hingga ujung kaki. Renjun masih bingung. Ia tidak tahu harus memberi reaksi apa.
"Park Renjun?" tanya pria itu.
"Iya. Anda siapa?" tanya Renjun.
Tiba-tiba saja seorang wanita tua keluar dari pintu lainnya.
"Nenek?!" teriak Renjun. "Apa yang Nenek lakukan dengan Om ini?"
Ibu mertua menghela napasnya. Ia menghampiri cucunya itu kemudian merangkul tangannya. "Masuklah dulu, Jun-ah."
Renjun mengelak dan menarik tangannya. "Tidak, Nek. Jelaskan dulu siapa dia! Aku tidak mau satu mobil dengan orang asing."
"Dia bukan orang asing," ujar Ibu mertua. "Dia ayahmu."
how's this chapter? good? bad? worse than the previous chapters? let me know in the comments.
JANGAN LUPA PENCET BINTANG HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Wendy [Wenyeol AU]
Fiksi PenggemarSebuah cerita tentang Wendy, seorang ibu tunggal yang ditinggal suaminya tepat ketika ia melahirkan anak mereka. bahasa baku dan banyak kata kasar yangxiaozhu, May 2020