Prolog

18.6K 1K 44
                                    

Tes ombak, kuy vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜
Sorry for typo 🙏








❤️





Rafa Arya Prasetio adalah tipe manusia yang tidak peduli dengan keadaan sekitar. Hidupnya itu lurus-lurus saja seperti jalan tol, tak ada bolong.

Kegiatan dia pagi pergi ke kantor, pulang malam ke apartemen terus lanjut tidur. Siklus hidup dia seperti itu terus, tidak ada yang berubah. Paling weekend dia pulang untuk kumpul dengan keluarganya.

Semenjak 3 tahun yang lalu dia memutuskan hidup di apartemen, serta adik perempuannya yang sudah menikah. Orangtuanya selalu menyuruh semua anggota keluarga yang terpisah untuk selalu kumpul di rumah setiap weekend. Katanya sepi, tiap hari cuman ada sibungsu di rumah.

"Woi, itu muka lurus banget kaya lidi!" seru seorang lelaki yang berpenampilan kece seperti seorang model yang sedang liburan. Padahal ini mereka sedang di kantor mau kerja. Tidak ada akhlak emang!

"Lo mau pergi holiday?" Rafa meneliti penampilan temannya.

"What wrong? Gue itu tipe manusia yang memanfaatkan pemberian Tuhan. Muka ganteng gue tidak boleh disia-siakan. Gak kaya lo yang tidak menghargai muka tampan sendi--"

"Permisi, Pak Rafa." Seorang satpam setengah berlari menghampiri Rafa.

Rafa berhenti, saat tepat mau masuk kedalam lif. "Iya, kenapa Pak?"

"Woi! Lo ngutang warung depan gak bayar?" Andre lelaki yang sedari tadi di samping Rafa menyiku lengannya.

Rafa mendengus. "Berisik!" Perhatian Rafa kembali ke satpam tadi yang terlihat ngos-ngosan. "Ada apa, Pak?"

"Ada yang mau ketemu dengan Bapak di depan," jawab satpam itu setelah menetralkan deru napasnya.

"Siapa?" tanya Rafa bingung, melihat Andre yang juga sama bingung.

"Cewek cantik, Pak?" tanya Andre tapi kemudian dia meringis saat mendapat jitakan dari Rafa. "Woi apaan, sih?"

"Bukan Pak, itu anu .... mari Pak, kedepan saja temui," ujar Satpam itu terlihat bingung.

"Oh, iya mari Pak." Rafa mulai berjalan mengikuti satpam yang sudah duluan. Langkahnya terhenti saat melihat Andre yang berjalan ikut. "Sana masuk. Gak usah ikut!"

"Gue mau ikut. Mau lihat cewek cantik," rengek Andre yang membuat Rafa geli.

"Balik gak. Ini bentar lagi mau ada rapat. Sekalian izinin gue bentar ke bos. Mau dimarahin bos, mati lo!"

"Eh, iya gue lupa. Udah gue duluan. Berkasnya ada di gue lagi, bangke!" Setelahnya Andre sudah berakhir memasuki lift.

Langkah Rafa terhenti, saat melihat satpam tadi sedang berbicara dengan seorang anak lelaki. Kemudian mereka berbalik menuju ke arahnya. Wajah anak lelaki itu terasa femiliar, apalagi saat anak itu dengan senyum riangnya sedikir berlari ke arahnya.

"Dad!" teriak anak itu nyaring,
langsung menghembur memeluk kaki Rafa, memang anak itu belum sampai sepinggang Rafa.

Raga masih terkejut, menatap anak lelaki itu. Kemudian beralih menatap satpam meminta jawaban.

"Katanya dia anak Pak Rafa," jawab satpam itu yang sadar Rafa butuh jawaban. "Kalau begitu saya permisi Pak, harus balik ke pos."

Setelah kepergian satpam yang terlihat berlari terburu-buru. Sedang anak itu masih setia memeluk kakinya.

"Dad, Elvan rindu," kata anak itu semakin mempererat pelukannya.

Lama terdiam, akhirnya Rafa tersadar. Melihat situasi sekitar, untungnya keadaaan kantor sudah sepi karena sudah jam masuk kerja.

"Kamu siapa?" tanya Rafa akhirnya.

"Aku Elvan, anak Dad," jawab anak itu polos.

Rafa menggeleng. Kemudian berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu. "Aku bukan Daddymu."

Anak itu menggeleng keras. "Enggak! Kamu Daddy. Aku Elvan anak Daddy. Kata Momi mulai sekarang aku tinggal dengan Daddy sampai urusan Momi selesai."

"Momi? Oh iya, dimana Momi kamu?" Rafa masih berusaha positif, siapa tahu anak ini hilang terpisah dari ibunya. Tapi siapa yang membawa anak ke kantor? Ah, mungkin dari luar nyasarnya kejauhan.

"Pokonya kata Momi mulai sekarang aku sama Daddi. Ayo Dad, aku lapar!" Elvan, bocah misterius itu langsung meloncat ke tubuh Rafa. Kedua tangannya sudah melingkar sempurna dengan kedua kaki yang sudah mengait di tubuh Rafa.

"Tunggu! Aku bukan--"

"Lapar, Dad!" potong Elvan cepat. "Ayo makan! Kata Momi kalau gak makan, nanti bisa tidur selamanya."

"Hah?"

"Pokonya aku mau makan, Dad!" rengek Elvan lagi, bahkan wajahnya sekarang sudah seperti akan menangis.

"Oh ok, kita makan." Rafa berpikir mungkin sekarang untuk memberi makan anak itu dulu. Setelah itu nanti akan ditanyakan lagi dimana orangtuanya.  Biarlah dia bolos sehari.

"Elvan sayang Dady, Rafa Arya Prasetio."

"Hah?"









Thanks for reading 💜

Gimana?

Aneh, yah?

Jangan berharap lebih sama aku yah. Tentang ekspetasi tinggi kalian tentang cerita ini. Bahkan tentang updete yang cepat. Tapi aku akan usahakan rajin nulis. 💜

Terimakasih. Jangan kabur sebelah baca 👀








Publish, 30 November 2020


Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang