Abimanyu [Terbit]

30. Sandaran

****

Meisya : kak

Meisya :  Mentari ngelamun di taman belakang. Belum mau makan dari tadi pagi

Gian yang mendapat pesan dari Meisya pun segera melesat untuk ke rumah cewek itu. Sesampainya di rumah, dia langsung disambut oleh Amexa.

"Gian? Tumben. Nggak kuliah?" tanya Amexa begitu mendapati Gian yang berdiri di teras rumah.

"Kuliah sore, tante." jawab Gian sopan, "Aku kesini nyari Mentari,"

Amexa mempersilahkan Gian untuk masuk, "Mentari ada di taman belakang. Dari pagi dia belum makan," kata wanita itu memberitahu.

Gian pun berjalan menuju taman belakang. Mendapati Mentari dengan rambut yang acak - acakan dan pandangan yang tertuju lurus ke depan. Sepupu nya itu sedang melamun.

Gian duduk disamping Mentari, namun, cewek itu tetap tak sadar. Sampai dimana Gian berdehem yang membuat Mentari menoleh.

"Kak Gian?" beo Mentari memiringkan kepala nya.

Gian tersenyum tipis membuat bibir Mentari bergetar. Mentari langsung memeluk kakak sepupu nya itu.

Gian mengelus - elus punggung Mentari yang bergetar. Cewek itu kembali menangis. "Kok nangis??"

"Ca - pek," ujar Mentari dengan sesenggukan.

"Untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah, tuhan mematahkan hatimu," kata Gian memotivasi.

"T-tapi yang salah bukan Abimanyu," kata Mentari masih membela mantan pacarnya itu.

"Ibaratnya aja, Mentari," kata Gian menghela napas.

"T-tapi Abimanyu nggak salah," kata Mentari, "Yang salah itu nenek,"

"Semisal kalo nenek ngomongnya dua tahun lagi, apa kamu nggak patah hati banget? Untung kamu pacaran sama Abimanyu baru seminggu," kata Gian membuat Mentari diam.

"Makanya, tuhan mematahkan hatimu sekarang. Bukan nanti," kata Gian lalu memeluk erat Mentari.

Mentari terkekeh, "Jadi takut jatuh cinta," kata cewek itu.

"Kenapa takut?" tanya Gian perhatian.

"Takut di tikung sodara lagi," kata Mentari yang mendusel - dusel manja di dada Gian.