BAGIAN 46

1K 31 0
                                    


"Azka, jangan berdiri disitu"
Pekik seorang wanita paruh baya berlari kecil ke arah Azka.
Sedangkan Azka dengan santainya menatap wanita itu ke arahnya.
"Kenapa bunda"

"Pokonya jangan, ayo duduk. Kamu nggak boleh berdiri"
Dengan pelan Azka diajaknya untuk duduk di kursi.

"Nggak usah melakukan pekerjaan rumah tangga ya"

"Tapi bunda, Azka baik-baik aja kok"

"Sayang, kelahirannya tinggal beberapa hari lagi. Kamu nggak boleh melakukan apapun ya"

"Ya ampun bunda, kalo Azka nggak boleh ngapa-ngapain terus Azka harus apa"

"Duduk aja, pokonya duduk aja ya"
Azka didorong Pelang olehnya, sehingga membuat wanita hamil itu terpaksa duduk dan hanya melihat ibu mertuanya memasak.

"Nah, sayang. Ini bunda buatin salad buah. Dimakan ya, biar bayinya sehat"
Satu mangkuk salad buah diberikan ibu mertuanya padanya. Padahal Azka baik-baik saja, namun semua orang begitu mengkhawatirkan wanita itu.
"Wah enak bunda"
Pujinya.

"Ahahaha, makasih sayang. Habiskan ya"
Azka memakan perlahan salad buah itu, tapi entah kenapa perutnya terasa aneh. Sakit dan mulas.
Nafsu makan yang tadinya bagus berubah mual, Azka merasa mual dan tak enak.
Sakit yang menderanya sangat hebat.

"B-bun-da"

"Iya, kenapa saya.. Azka" pekiknya saat melihat menantunya mencengkram sofa dan memegangi perutnya.
Dengan cepat wanita itu berlari ke arah Azka.

"Sayang, sayang kamu kenapa"
Dia sangat panik, keringat di kening Azka mulai terlihat membuatnya kepanikan sendiri.
Dia meninggalkan Azka sebentar dan mengambil ponselnya.

"Akh"
Azka merasa sangat kesakitan saat ini. Perutnya mulas sekali, dan rasa tidak nyaman menderanya.

"Tunggu sayang, sebentar lagi Yuda pulang"
Setelah berbicara di ponsel, wanita itu kembali pada Azka dan mengelap keringat yang ada di keningnya.
Rasanya tidak tega melihat menantunya kesakitan seperti ini.

"Bunda, sayang kamu nggak papa"
Yuda yang terengah-engah langsung menangkap Azka dan membawanya ke rumah sakit.

Semua keluarga telah dihubungi oleh bundanya Yuda, hingga tiba di rumah sakit Azka langsung di bawah ke ruang bersalin.
"Mohon tunggu diluar"
Cegah seorang dokter pada Yuda yang hendak masuk mengikuti istrinya.

"Aku suaminya, apa aku tidak boleh menemaninya"

"Tolong pengertiannya pak, mohon tunggu diluar" tegasnya sekali lagi.

"Tapi aku.."

"Yuda, tenanglah. Duduk dan tunggu Azka ya"
Maya menenangkan Yuda dan berharap pria itu mau mengerti.

Semua yang ada di lobi rumah sakit sedang mengkhawatirkan Azka, wanita yang tengah memperjuangkan kehidupan malaikatnya. Didalam ruangan sendirian tanpa seorangpun disana.

"Maaf, saya terlambat"
Jimmy yang tiba disaat itu langsung ikut duduk di kursi tunggu, dan tak terasa ia duduk di sebelah Maya.
Seperti ada sebuah tembok besar antara mereka, kecanggungan melanda mereka berdua. Sejak dulu hingga saat ini mereka seperti mencoba tidak mengenali satu sama lain.

"Pak Yuda, bisakah anda masuk"
Yuda berdiri dan berjalan begitu cepat saat dokter tadi menyuruhnya masuk.
Terlihat disana, wanita yang sedang kesakitan tidur kesamping. Menangis dalam diam dan mendesah karena kesakitan.

"Sayang"
Sentuhan tangan dipundak Azka membuatnya menolah dan perlahan mengubah posisi tidurnya.
Matanya terlihat begitu merah, dan wajahnya sangat pucat.

"Sakit sekali ya" tanya Yuda sembari memegang perut Azka.
Namun Azka menurunkan tangan Yuda dari perutnya.
"Jangan dipegang, rasanya sakit. Kalau dipegang tidak nyaman"
Suaranya terdengar pelan dan teramat tertahan.

Nafasnya terdengar begitu pendek, Yuda sangat khawatir melihat istrinya seperti ini sekarang.
"Pak Yuda, anda bisa menemani ibu Azka untuk sekarang. Karena pembukaannya baru pembukaan 4, mungkin diperkirakan kelahiran bayi jam 7 malam"

Astaga, Yuda semakin tak tahan melihat istrinya seperti ini.
Dilihatnya jam tangannya, dan sekarang baru jam 4. Haruskah menunggu empat jam lagi dan membiarkan istrinya kesakitan.

"Dokter, bisakah proses kelahirannya dipercepat. Kenapa harus menunggu empat jam lagi" tanya Yuda pada dokter yang sedang mempersiapkan alat persalinan itu.

"Tidak bisa pak, jika kelahirannya dipaksakan dengan minum pil. Itu akan terasa lebih sakit dibandingkan kelahiran normal. Itu akan menyakitkan untuk Bu Azka" papar dokter itu.
Yuda semakin tak kuasa menatap betapa letihnya Azka menahan rasa sakit itu, terukir jelas di wajahnya yang sekarang pucat pasi.

Sedetik kemudian Azka memiringkan tubuhnya menghadap Yuda, digenggamnya erat-erat tangan Yuda. Sesekali isakan tangis itu muncul dengan ucapan parau Azka.
"Sssshhh"

"Sayang, bertahan ya" pinta Yuda dengan air mata yang tak tertahan lagi.
Ia belai rambut Azka dengan pelan, seakan berharap rasa sakit itu beralih padanya.

"Permisi pak, kami akan mengeceknya"
Dokter itu masuk kembali dan mengecek keadaan Azka.
"Ah, sudah pembukaan sepuluh. Cepat siapkan semuanya"

Dua suster datang dan membantu proses persalinan Azka.
"Bu Azka, tarik nafas dalam-dalam ya. Lalu keluarkan lewat mulut"

Azka mengikuti arahan dokter dengan susah payah, namun dengan adanya Yuda di sampingnya. Semua terasa lebih ringan.
Perlahan ia tarik nafasnya dan mengeluarkan dari mulut, ia melakukannya berulang kali.
Hingga tarikan nafas yang ketiga, keluarlah seorang bayi mungil yang langsung di angkat sang dokter.

"Syukurlah, cepat bersihkan darahnya. Akan ku bersihkan bayinya" pinta dokter itu.
Azka sangat lelah, namun semua terbayar dengan sempurna.

"Selamat Bu Azka, pak Yuda. Bayinya laki-laki"
Yuda bergetar saat pertama kali ia harus menggendong bayi mungil, dan itu adalah putranya.
Wajahnya yang kecil juga tubuhnya yang mungil, membuat dia tampak lucu.

"Sayang, lihatlah. Dia tampan sekali"
Azka meneteskan air matanya melihat si kecil yang baru saja ia lahirkan, hal yang menakjubkan telah terjadi padanya.
Bagaimana ia menolak sesuatu seperti ini, hatinya terguncang bahagia.

"Sayang"
Beberapa orang yang menunggu diluar langsung menerobos masuk, melihat bagaimana rupa si kecil itu.

"Boleh mama menggendongnya sayang" lesi sangat berantusias melihat cucu pertamanya lahir. Dengan begitu bahagia, lesi menimang cucu laki-laki nya.

"Aduh, tampan sekali ya"

"Tentu saja, ini kan cucuku"

"Dia juga cucuku"

Mereka mengobrol dengan riangnya, bahkan sikecil pun tampak pulas tanpa terganggu obrolan mereka.

"Trimakasih sayang"
Sekilas yuda mengecup kening Azka, rasa bahagianya ingin ia luapkan sebesar mungkin.

"Hei, cucuku tampan juga"
Azka terkejut mendengar ucaoan itu. Ia menoleh dan mendapati Jimny berdiri di samping pintu.

"Ternyata om Jimmy sudah tua ya"
Ledek Azka, dan semua orang tersenyum mendengar ungkapan itu.

"Tak apa, yang penting aku masih tampan kan"

Semua yang ada di ruangan itu tergelak menyambut kedatangan keluarga baru mereka.
Dan kebahagiaan menyapa Azka dan Yuda secara perlahan.

______________________________________

Maaf untuk keterlambatan update ya

21 Desember 2020

Tyashabibi

You Are EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang