Ketika Pertemuan pertama menjadi awal dari jalannya sebuah kisah yang membentuk alur cerita yang terlukis dengan indah yang sulit untuk dijabarkan hanya dengan rangkaian kata-kata abstraksi semata.
Khadijah Safira Abdullah, seorang gadis manis dan lemah lembut yang berusia sudah memasuki usia dua puluh dua tahun yang baru memulai kehidupan dewasanya untuk mencari arti kehidupan yang sesungguhnya. Gadis yang memulai kehidupan dewasanya dengan bekerja sebagai guru Pendidikan Agama Islam di salah satu Sekolah Menegah Atas yang cukup ternama di daerah Jakarta. Banyak tantangan baru yang membuatnya harus survive lebih dengan kehidupan barunya.
Azzar Abdullah Firdaus, seorang laki-laki tampan sekaligus bad boy dan dingin ini masih berusia sembilan belas tahun dan bersekolah di SMA Jaya Garuda di daerah Jakarta. Kelakukan yang jauh dari kata baik membuat para guru kewalahan dengan sikapnya yang semakin lama semakin menjadi. Namun, anehnya banyak kaum perempuan bertekuk lutut dengan karisma wajah tampannya tanpa melihat kelakukan bad boy-nya yang naudzubillah.
"Ibu ngak usah sok ngatur hidup saya. Karena ibu hanya orang asing yang ngak tahu apa-apa, cukup jalanin profesi ibu dengan semestinya. NGAK USAH SOK IKUT CAMPUR." Ujar Azzar dengan menekankan kata-kata terakhirnya.
"Astaghfirullahaladzim, Azzar saya ini guru kamu. Kamu seharusnya lebih bisa menghormati saya, bukannya sok ikut campur atau apa tapi kelakuan kamu itu sudah menjadi tanggung jawab saya." Jawab Dijah dengan nada lembutnya. Bagaimanapun Dijah tidak bisa meninggikan suaranya karena memang dirinya sudah terlahir sebagai wanita yang sangat lemah lembut bahkan jarang sekali marah ataupun membentak.
"Saya ngak peduli tentang hal itu, karena yang saya perdulikan adalah kebahagiaan saya. Lagian Ibu itu hanya guru baru yang belum mengenal saya lebih jauh, jadi tidak perlu repot-repot mengurusi saya." Balas Azzar dengan nada sarkasnya kepada Dijah.
"Apakah segitunya kamu membenci saya, padahal saya ini guru kamu. Saya hanya ingin yang terbaik untuk kamu, bukan bermaksud mendoktrin kamu agar berjalan sesuai arahan saya. Tetapi cobalah berpikir dari segala sudut pandang, ketika kamu berbuat hal yang melanggar aturan sekolah bukan hanya kamu saja yang akan dapat ganjarannya melainkan orang tua kamu juga akan merasa sedih ketika melihat anaknya berlaku seperti itu."
"Saya tahu apa yang saya lakukan, dan tak perlu membawa orang tua saya karena saya tidak memiliki kelengkapan itu di hidup saya."
"Lalu sekarang apa yang ingin kamu lakukan? Apakah selamanya kamu tidak akan berubah?"
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, dan tentang saya berubah atau tidak itu bukan urusan Ibu. Tugas Ibu hanya mengajar anak-anak di sini dan jangan terlalu ikut campur deangan urusan pribadi saya, karena Ibu bukan siapa-siapa untuk saya."
"Baiklah, jika itu yang kamu mau. Tetapi satu hal yang harus kamu tahu, saya masih menjadi bagian dalam hidup kamu karena saya masih menjadi guru kamu. Meskipun kamu membenci kehadiran saya, tetapi saya akan berusaha mengubah pemikiran kamu itu yang mengatasnamakan semua perbuatanmu hanya untuk mendapatkan kebahagiaan."
"Saya tidak peduli, intinya jangan berlaku terlalu jauh. Karena saya tidak bisa yang namanya di atur oleh orang asing, dan Ibu adalah orang asing yang seakan tahu segalanya tentang kehidupan saya."
Bagaimana kelanjutan kisah Azzar dan Dijah dengan karakter yang saling bertolak belakang juga status antara guru dan murid.
BISMILLAH
SEMOGA KALIAN SUKA YA

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romansa{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh