"LALISA MANOBAN DILAPORKAN HILANG, BAGI ANGGOTA STRAYTECH DAN SECRGENT HARAP MENCARI SEKARANG JUGA!"
Suara Seunghyun menggelegar memenuhi setiap sudut gedung agensi, menyiratkan ketegasan dalam kalimatnya membuktikan ia tak main-main. Hal itu tak urung membuat para agen terutama anggota StrayTech dan SecrGent kocar-kacir. Terlebih Namjoon yang menjadi saksi hilangnya Lalisa.
Menurut keterangan Namjoon selaku saksi, Lalisa yang kala itu tengah menuju gedung agensi sepulang sekolah dibius menggunakan teknik lama. Saputangan ber-kloroform, menjadikan gadis itu tak sadarkan diri dalam sekejap mata. Lalu, selang beberapa lama setelah sekitar dua orang menyeret tubuhnya, melesat sebuah mobil dengan warna hitam sebagai dasarnya. Hanya saja, karena gelapnya malam, Namjoon tidak bisa melihat jelas plat mobilnya.
"CEPAT! KITA TIDAK PUNYA BANYAK WAKTU."
Tanpa terkecuali Jennie yang memaksa ikut.Gadis itu bahkan dengan nekat merampas senapan dari gudang, memakai perlengkapan keamanan selayaknya agen lain. Menghadap langsung pada Seunghyun, demi menyatakan kesanggupannya. Meski awalnya tidak diizinkan, tapi pada akhirnya tetap diturunkan karena keterbatasan anggota, juga potensi bahaya.
"Lawan kita Pugnator, turunkan Jennie." ucap Lee Chaerin, setelah memeriksa betul-betul kamera pengawas di sekitar tempat kejadian yang diretasnya.
Dan kemudian dengan berat hati, Seunghyun mengizinkan. Berharap anak itu baik-baik saja, mengingat kekejaman Pugnator yang tidak pandang bulu.
Maka atas dasar perintah tersebut, sekarang mereka semua berlarian di sepanjang lorong kosong berlantai melamin. Derap langkah yang terkesan ramai dan terburu-buru itu masih tetap menyiratkan kewaspadaan, tak lagi peduli kalau semisal aksi mereka ketahuan. Toh, ini bukan misi resmi yang mengandalkan penyusup yang mengharuskan sembunyi dan senyap, jadi seharusnya tidak masalah.
"Stray, utara!" perintah Yoongi, menunjukkan lorong yang berpecah menjadi tiga bagian. "Tech, kalian ke selatan! Biar kami ke timur!"
Tidak perlu ada drama atau apapun lagi, karena seluruh member termasuk Jennie sendiri langsung mematuhi perintah. Berlari berpencar sesuai arah yang diteriaki, sambil sesekali masih berkomunikasi melalui HT untuk memantau keadaan masing-masing tim.
Namun menurut Jennie, ada yang aneh dengan gedung ini. Gedung markas Pugnator tampak sangat sepi, bahkan lebih cocok disebut gedung lama terbengkalai saking kosongnya. Tidak ada penjagaan ketat seperti dugaan sebelumnya, atau sekedar anggota yang berlalu-lalang. Sampai saat ini, haruskah Jennie mulai curiga?
"Agen Yoongi, masuk. Agen Yoongi, bisa kau dengar kami? Ganti." Terdengar suara Chaerin dari HT yang cepat-cepat disahuti Yoongi.
"Disini agen Yoongi, ada apa? Ganti."
"Keluar sekarang, kalian ditipu mereka. Itu bukan markas mereka lagi, datanglah ke arah berlawanan dari tempat gedung itu! Ganti."
***
Jennie sekarang masih dalam mode paniknya, dan semakin bertambah pesat saat melihat teman karibnya disekap di dalam ruangan mirip gudang. Ingin hati mendobrak pintu lalu masuk dan membawa Lalisa pergi, tapi Taehyung dan Yoongi menahannya. Kedua pemuda itu justru menyarankan agar Jennie diam dan membiarkan mereka yang beraksi. Awalnya Jennie setuju akan hal itu, tapi setelah melihat apa yang dilakukan Taehyung dan Yoongi, ia justru menarik kata-katanya untuk setuju.
Karena yang dilakukan pemuda itu hanya diam dan mengamati dari balik jendela ventilasi. Sementara di dalam sana, Lalisa sudah tak karuan keadaannya. Lebam di sekujur tubuh, tak lupa darah yang menetes dari lubang hidung dan mulutnya. Gadis itu kaku, sepertinya tidak sadarkan diri dengan tubuh diikat pada kursi kayu setelah disiksa entah bagaimana.
"Persetan, aku kesini untuk menyelamatkannya, bukan hanya berdiam diri seperti orang dungu!" seru Jennie tanpa bisa ditahan lagi. Gadis itu berjalan cepat ke arah pintu ruangan, mengabaikan seruan peringatan yang menyuruhnya berhenti. Ia memang berhenti, tapi bukan untuk menyerah, melainkan mendobrak pintu.
BRAK!
"Lalisa, aku datang!"
Jennie disambut dengan beberapa lemparan pisau-pisau kecil menyerupai senjata Jepang. Untung saja, gadis itu memiliki reflek yang bagus, sehingga pisau-pisau itu tidak menemui targetnya. Kemudian setelahnya, siluet pemuda yang sangat Jennie kenali sebagi Jongin muncul dari sudut ruangan yang gelap dan terpencil. Melangkah menapaki lantai kayu yang reyot termakan usia, mendekat ke arah Jennie.
Jennie takut saat dirinya menyadari kalau Jongin tak hanya tangan kosong, melainkan menyeret katana yang tampak sangat tajam, tapi dia sudah kepalang masuk. Rasanya juga sangat tidak mungkin untuk keluar dari ruangan, atau berteriak meminta bantuan disaat yang lain juga tengah kebingungan akan aksi nekatnya. Tidak ada jalan lain, Jennie akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hanya ada satu cara, bertarung atau merelakan dirinya menjadi bulan-bulanan Jongin dan mati.
"Berani juga kau masuk ke dalam kandang macan tanpa persiapan, dasar bodoh." kata Jongin dengan nada ejekan disetiap katanya. "Kau sepertinya memang sengaja diikutkan untuk menjadi umpan, tapi tak masalah. Katana-ku ini akan kenyang malam ini, era baru dan juga mangsa baru. HAHAHA!"
Jennie tidak dapat berpikir jernih, yang ia lakukan setelahnya hanya mengangkat senapan dengan sikap waspada, juga tangan yang tremor. Ia harap, dalam keadaan seperti ini, gangguan kecemasannya tak akan mengganggu. "Aku tak peduli meski yang kulakukan sangat riskan. Justru yang ada, kau yang harus waspada karena ajalmu akan segera tiba!"
"Oh, ya? Kalau begitu, ayo maju dan hadapi aku. Buktikan padaku kalau ajalku memang benar-benar akan tiba." tantang Jongin yang kini tengah mengusungkan katana-nya. "Ayo maju, laksanakan ancaman sampahmu itu. Atau perlu kupenggal dulu kepalamu agar kau–"
"Jangan banyak omong!" sela Jennie yang mulai menembak dari jarak lima meter. "Kita buktikan siapa yang akan menyandang gelar sampah versimu."
Jongin terkekeh disela-sela kegiatannya mengusap darah yang keluar dari luka tembak hasil karya Jennie tepat di pahanya. Gadis itu bisa disebut berhasil dalam masa percobaannya, dibuktikan dari tembakan pertamanya yang langsung melesat sempurna mengenai target. Sementara sang pelaku penembakan masih termenung tak percaya sambil memperhatikan tangannya yang memegang senapan.
"Jangan senang dulu, bocah. Kau belum berhasil menumbangkanku, jadi ini bukan apa-apa." ucap Jongin.
Raut puas dari wajah Jennie seketika luntur, berganti dengan seringai dan kilat mata penuh amarah dan ambisi. "Ya, kau memang benar, Pak Tua. Ini belum dimulai dan bahkan belum setengah dari kemampuanku. Maka, bersiaplah kalah. Aku tidak akan main-main."
***
Sad end sabi kali ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanficTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...