Sudah pukul sembilan malam, dan Jennie masih terbaring tak sadarkan diri di dalam tenda. Dengan Lalisa yang rutin mengecek suhu dan gerak-gerik Jennie setiap lima belas menit sekali. Memastikan gadis itu tidak separah yang ia lihat, meski kondisi fisiknya masih sama lemahnya dengan yang pertama kali ditemukan tadi.
Taehyung tidak menungguinya, karena memang masih punya tugas lain. Jadilah Lalisa yang mengalah, lagipula gadis itu juga cemas. Terlebih saat mendengar ceritanya dari Taehyung, walau tidak serinci yang ia harapkan.
"Eunghh..."
Lenguhan itu menyedot atensi Lalisa yang semula tengah melamun. Dengan sigap, Lalisa membantu Jennie yang berusaha duduk susah-payah.
"Apa yang kau rasakan? Ada yang sakit? Apa perlu kupanggil–" bibir Lalisa terpaksa tertutup saat ucapan Jennie menyelanya.
"–Sudahlah. Aku tak apa-apa, sungguh." potong Jennie dengan mata tertutup.
Lalisa menggigit bibir bawahnya, terlebih lagi saat Jennie mulai mengerutkan kening. Sepertinya gadis itu tengah menahan sakit kalau ditelisik dari ekspresinya. Hanya saja, Lalisa tidak bisa bertanya macam-macam karena watak Jennie yang keras kepala dan tak mau dibantah. Sedetik kemudian, mata Jennie terbuka sepenuhnya. Pandangannya kosong, menerawang ke arah ritsleting tenda yang tertutup, sampai Lalisa harus menoleh bolak-balik antara objek dan Jennie. Memastikan bahwa gadis itu tidak melihat yang aneh-aneh.
"Ada apa?" tanya Lalisa, mulutnya gatal dan tak bisa diam.
"Sakit," keluh Jennie dengan suaranya yang serak dan lirih.
"Apanya yang–" lagi-lagi, ucapan Lalisa terpotong dengan suara dari luar tenda.
"Lalisa? Apa Jennie sudah sadar?"
Itu Taehyung. Maka dengan malas, Lalisa berteriak membalas pertanyaan pemuda itu. "Sudah! Masuk saja, jangan berisik!"
Well, padahal yang sebenarnya berisik itu dia.
Taehyung menurut. Membuka ritsleting tenda, dan menyembulkan kepalanya hati-hati. Menemukan Lalisa yang sedang menatapnya datar, dan Jennie yang memandangnya dengan pandangan kosong. Si Pirang itu kemudian bertanya pada Lalisa menggunakan isyarat, yang hanya dibalas dengan gelengan kepala dari yang bersangkutan. Dibanding penasaran, pemuda itu lebih memilih langsung bertanya.
"Ada yang salah, Jennie?" tanya Taehyung.
Sementara itu, Lalisa sudah terlebih dulu pamit keluar, yang tanpa pikir panjang langsung diiyakan Taehyung. Pemuda itu kembali fokus, pada Jennie yang masih terus melamun dengan sorot mata yang tidak menyaratkan gairah hidup sama sekali.
"Ya, aku salah. Aku sakit." jawab Jennie dengan suaranya yang parau.
Pemuda itu kontan panik. "Mana yang sakit?"
Jennie menggeleng. "Hatiku."
"Apa aku menyakitimu?" Taehyung tidak juga berhenti melahirkan pertanyaan baru. Meski ujung-ujungnya tetap sia-sia saja karena respons Jennie tidak sesuai harapannya.
"Tidak. Aku hanya merasa sedikit sakit hati pada Jongin." ucap Jennie.
"Kalau begitu, jangan dekati dia. Jauhi dia kalau sekiranya hanya membuat sakit dan menciptakan lara." ucap Taehyung menegaskan, suaranya tidak lagi selembut tadi. Netranya menatap Jennie yang kini juga sudah menatapnya. Menenggelamkan Jennie agar larut ke dalam obsidiannya yang seakan tak memiliki dasar.
Jennie mengangkat dagunya angkuh, mencoba melawan meski dengan tenaga yang belum pulih. "Kenapa pula aku harus menuruti perkataanmu? Memangnya kau siapa sampai harus kuturuti? Kenapa kau ada di sini dan tidak menemani Tzuyu sa–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanfictionTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...