26

547 83 3
                                    

Rupanya, penderitaan sebab hukuman itu tidak berakhir sampai disitu saja. Karena dengan teganya, Guru Ong menyuruh mereka berdua untuk membersihkan toilet wanita. Tepat setelah Jennie dan Lalisa menyelesaikan hukuman pertama mereka.

Untunglah saat sampai di kelas, lelah mereka tidak bertambah. Karena kalau Jennie tidak salah ingat, Guru Park sedang tidak masuk karena izin selama beberapa hari ke depan. Entahlah, Jennie tidak mau tahu lebih banyak lagi.

Kriet...

Daun pintu yang biasa ditendang Jennie itu kini hanya dibuka dengan pelan dan malas. Lalu, kedua karib yang terkenal sulit dipisahkan itu berjalan dengan langkah gontai menuju bangkunya masing-masing. Menghampiri tas mereka yang baru mereka letakkan sebelum melaksanakan hukuman.

Hembusan napas lega seolah mampu mengangkat seluruh lelahnya, bahkan Lalisa sudah sampai memejamkan matanya. Mencoba mengikuti jejak Lalisa, Jennie ikut memejamkan mata sambil bersandar pada punggung kursi.

Jisoo dan Rose di belakang mereka juga memilih abai. Merasa kasihan juga pada akhirnya, meski terlebih dulu menertawakan di awal, ciri khas sahabat meresahkan.

"Jennie?"

Panggilan pelan namun bersahaja itu membuyarkan kantuk Jennie begitu saja. Gadis itu memilih menengadah, dan seketika kantuknya hilang saat melihat wajah orang yang sama sekali tidak ingin dilihatnya. Meski disisi lain ia juga merindukannya.

Jennie mendengus sebal. "Mau apa kau kesini?" Ia muak, sungguh.

"Mencarimu." ucapnya santai, tapi Jennie tetap merasakan sesuatu yang berbeda dari nada bicaranya. "Kudengar, kau berkencan dengan Hyunjin?"

Jennie mengernyit heran, merasa bingung karena seingatnya tidak pernah memberitahu hal itu pada siapapun, kecuali Lalisa tentunya. Jadi, darimana info yang didapat pemuda menyebalkan yang satu ini? Apa ia benar-benar seorang penguntit? Kalau memang iya, sepertinya kalau Jennie memutuskan jaga jarak adalah pilihan terbaik.

"Kalau iya, kenapa?"

Bukan, bukan Jennie yang menyahut. Melainkan Hyunjin yang datang dengan ekspresi menantang. Kedua tangannya bahkan diselipkan di saku celana, dan Jennie baru sadar kalau kekasihnya itu tidak memakai dasi dengan benar.

Raut wajah Taehyung berubah mengeras, rahangnya bahkan mulai mengetat. Tatapan tajamnya kini dilayangkan untuk Hyunjin, yang masih kukuh bertahan dengan posisinya. Jennie menggigit bibir bawahnya, merasa bingung dengan apa yang akan ia lakukan untuk memisahkan mereka berdua, terlebih ketika perhatian seisi kelas mulai terpaku ke arah mereka.

"Kalian–"

"HEI!" pekik Hyunjin tak terima, bahkan sebelum Jennie menyelesaikan kalimatnya.

Karena tanpa diduga, Taehyung justru melayangkan kepalan tinjunya pada Hyunjin sampai pipi pemuda itu terlihat memerah. Jennie meringis, membayangkan kalau lebam itu akan sulit dihilangkan dalam sehari. Maka dari itu, Jennie bangkit dan memutari kursinya, demi menghampiri mereka berdua yang bahkan sudah terlibat baku hantam.

Hyunjin yang merasa tidak terima tentu saja melawan, dan Taehyung juga masih tetap sama. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai Jennie harus mempertimbangkan langkah selanjutnya agar tidak terkena tinju nyasar.

"Taehyung berhenti!" jeritnya dengan menarik lengan Hyunjin agar menjauh dari Taehyung yang terlihat seperti orang kesetanan, membabi-buta dengan emosinya.

Emosi Taehyung melunak. Manik kelamnya menatap Jennie yang terlihat ketakutan, pemuda itu tiba-tiba saja merasakan nyeri di ulu hati kala melihat ekspresi gadis itu. Tapi sayangnya, emosinya kembali memuncak saat tahu, tangan Jennie masih terpaut di lengan Hyunjin.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang