25

544 81 7
                                    

"Oh, jadi sekarang kau mau mencoba mempermainkan hati Hyunjin setelah dikecewakan kedua kalinya oleh Taehyung? Begitu?"

Jennie yang baru melepas alas kaki dan langsung mendengar suara dengan intonasi tak bersahabat itu tentu saja terkesiap. Hal pertama yang ia lakukan adalah menengadah, menatap Lalisa yang kini tengah menyilangkan tangan di dada. Bersedekap di depan pintu rumah dan menghalangi temannya yang ingin masuk, karena Jennie memang baru pulang dari sungai Han.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." jawab Jennie, seraya menggeleng karena otaknya buntu saat mencari jawaban.

Alis Lalisa terangkat sebelah, mempertanyakan kebenaran kalimat yang baru saja dilontarkan Jennie. Masih dengan bersedekap, Lalisa mencoba mendebat. "Kupikir kau tidak cukup bodoh sampai-sampai tidak mengerti apa yang kuucapkan."

Tidak langsung menjawab, Jennie masih berusaha menyusun kalimat agar tidak salah menjawab. Lagipula, ini tidak sepenuhnya salah dia! Lalisa mungkin hanya salah menafsirkan sikapnya, Jennie maklumi itu.

"Kau salah paham rupanya, begitu?" Jennie terkekeh menjeda ucapannya. Sedangkan tangan mungilnya ia arahkan untuk menepuk puncak kepala yang lebih tinggi dengan pelan. "Aku tidak melakukan sesuatu yang kau tuduhkan. Aku juga tidak berniat menjadikan Hyunjin pelarian atau apalah."

Menurunkan sedikit egonya, Lalisa menghembuskan napas kecil seiring dengan tepukan di kepalanya yang berubah menjadi elusan. Emosinya perlahan menyurut, cara Jennie untuk meredamnya selalu berhasil dan gadis itu selalu tahu.

"Hahh..., baiklah. Maafkan aku, awalnya kupikir kau akan memanfaatkan perasaan Hyunjin untuk membalas dendam pada Taehyung. Aku hanya tidak ingin sahabatku yang satu ini menjadi bajingan hanya karena patah hati, kau paham, 'kan?"

Jennie tersenyum teduh sebelum mendorong kecil bahu Lalisa sebagai isyarat untuk masuk ke dalam. "Sudahlah, lupakan. Sekarang masuk, aku gerah diluar karena cuaca sedang panas. Lagipula, apa kau tidak mau menyiapkan pakaian untuk besok? Ingat, besok kita sudah mulai sekolah."

Lalisa mengangguk sebelum menarik pelan tangan Jennie untuk membawanya masuk. Jennie hanya menurut, tidak mempermasalahkan Lalisa yang memang sudah berencana menginap, lagi. Lagipula, sekarang ini entah mengapa pikirannya tertuju pada kalimat yang spontan dilontarkan Lalisa tadi.

'Memanfaatkan perasaan Hyunjin? Yang benar saja.' Jennie menggeleng geli ketika memikirkanya, heran juga kenapa Lalisa bisa memiliki pikiran seperti itu. 'Tapi, balas dendam? Kurasa itu tidak buruk juga.'

Hati-hati, MonsterJen-mode was activated.

***

Paginya, Jennie dan Lalisa kompak bangun terlambat. Keduanya kalang-kabut berusaha bersiap dan berangkat secepat mungkin menggunakan motor yang dikendarai Lalisa karena Jennie tidak bisa. Menerobos lampu merah beberapa kali sampai diteriaki pengguna jalan yang lain, dengan harapan tetap mendapat keringanan.

Namun apa daya, ketika harapannya harus putus ditengah jalan kala melihat gerbang telah tertutup. Sudah banyak cara yang mereka gunakan, termasuk membujuk dan mengancam satpam sekolah mereka setelah kesabarannya habis. Berharap agar Yunho, satpamnya akan tergoyahkan meski kenyataannya lebih pahit dari harapan.

"Ini aneh, biasanya kalau aku mengancam sedikit pasti Yunho ahjussi tetap memberikanku keringanan. Kenapa sekarang tidak?" tanya Jennie setelah memastikan Yunho kembali ke posnya, tentu saja dengan berbisik agar tidak didengar.

Lalisa terlihat mengedikkan bahu bingung dengan tangannya yang masih senantiasa bertengger di gerbang. "Entahlah, mungkin kurang sesajen atau apa."

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang