16

531 89 8
                                    

Jennie total takut. Seringai Jongin tercetak jelas. Dan kondisi lingkungan sekitar yang gelap seolah mendukungnya untuk meremang ketakutan. Di depannya, mulut Gua yang gelap terlihat membentang luas, sampai Jennie menebak-nebak apakah ada hantu di dalam sana.

Dari jarak yang cukup lumayan, tanpa sadar ada yang menatap Jongin lamat-lamat. Tak sadar pula kalau ada orang lain di belakangnya. Orang itu mengenakan topeng, seringainya tersembunyi di balik topeng yang ia kenakan. Target sudah di depan mata, terlihat polos dan lugu, terlarut dalam emosi.

"Hmmptt!" pekikan Taehyung–si penguntit–tertahan oleh sapu tangan yang sudah dibubuhi kloroform sebelumnya.

Berhasil, karena kloroform yang dibubuhi di sapu tangan itu dosisnya sangat tinggi. Taehyung dalam sekejap langsung terkapar tidak sadar, meski dalam kurun waktu 20 menit bisa dipastikan ia akan siuman.

Orang itu memberi kode kepada Jongin dan langsung ditangkap oleh pemuda itu. Jongin paham situasi, langsung membawa Jennie masuk ke dalam Gua dengan dalih.

"Aku sudah mempersiapkan segalanya, karena apa yang ingin aku sampaikan itu penting."

Jennie menurut saja karena penasaran. Tidak butuh waktu lama, karena Jongin tanpa aba-aba langsung menggendong Jennie di punggungnya. Supaya cepat sampai, begitu dalihnya.

Lagi-lagi, Jennie hanya pasrah dan menurut saja.

"Nah! Ini dia," ucap Jongin membuat Jennie menyembulkan wajahnya dari balik punggung.

Jennie terperangah. Ada dua kursi yang berhadapan namun sayangnya terhalang meja. Terdapat lilin sebagai hiasan di atas meja. Nampak romantis, tapi Jennie tidak merasa begitu.

"Wow." komentarnya, mampu membuat Jongin tersenyum miring.

Tersisa 15 menit lagi, dan setelah itu Taehyung akan segera bangun. Maka dari itu, Jongin gerak cepat kalau tidak mau rencananya berantakan. Dituntunnya Jennie untuk duduk di kursi, lalu pemuda itu mengambil dasi yang entah didapatkannya dari mana. Berjalan pelan penuh perhitungan, gerak-geriknya seolah sengaja dilakukan untuk memikat Jennie.

Jennie makin luluh, tapi separuh hatinya mengatakan kalau ini salah.

Jongin sukses mengikatkan dasi itu ke mata Jennie, tidak kencang namun mampu bertahan. Jennie yang memang dasarnya penakut, mulai bercicit.

"Jongin? Ini untuk apa?"

Jongin tersenyum diam-diam, sarat akan makna yang mendalam, tapi sayangnya Jennie tidak tahu.

"Sebentar, aku ada kejutan untukmu."

Jennie diam, sedangkan Jongin kabur setelah memberi kode lewat pemindai yang diselipkan di saku bajunya. Rekannya langsung turun dari langit-langit Gua setelah menerima sinyal itu. Berjalan mendekati Jennie, sambil membawa tongkat baseball miliknya.

"Hai, Jennie." sapaan itu terdengar ceria, tapi tetap tidak meninggalkan kesan mengintimidasi.

"N-Nancy?" tebak Jennie yang hanya disambut kekehan.

"Wah, kau pintar juga."

Gadis bermarga McDonie itu kemudian berjalan cepat namun tetap hati-hati. Mengikat tubuh ramping Jennie dengan seutas tambang yang sedari tadi dibawanya. Kontan saja Jennie memekik tidak terima, tapi Nancy hanya membalas dengan kekehan sinis.

Nancy mulai mengangkat tongkat baseball-nya. Mengarahkannya ke perut Jennie sampai gadis itu terbatuk. Rasanya sesak, dan reflek membuatnya batuk, mencipratkan darah hasil batuknya ke arah Nancy.

"Eww, kau jorok!" pekik Nancy tepat sesaat sebelum memukul Jennie dengan tongkatnya di bagian pelipis.

"Akh! S-sakit, Nancy!"

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang