-Asmara ini seperti sihir, akan menghipnotis siapapun insan yang tengah merasakannya.-
Pagi esok hari, di sekolah Jennie.
Jennie datang dengan tidak semangat, itu biasa sebenarnya, karena Jennie memang tidak pernah semangat sekolah. Lalisa seperti biasa, sudah menunggunya dengan senyum lebar. Juga Rose dan Jisoo yang menyambut seperlunya.
Jennie membalas sapaan mereka, kemudian duduk bergabung. Bersiap mendengarkan gosip yang sepertinya sebentar lagi akan disuarakan Rose.
"Jennie, apa kau tahu?"
Tuh, 'kan, apa Jennie bilang? Akhirnya, Jennie mengangkat sebelah alisnya, isyarat bertanya sebagai respon. Rose terlihat antusias, ditandai dengan matanya yang membola semangat.
"Kita akan kedatangan murid baru lagi, kau tahu tidak?"
Baik Jennie ataupun Lalisa, menjatuhkan rahangnya. Tidak percaya, karena sekarang ini sedang bukan masanya pertukaran pelajar.
"Sepuluh orang!"
Itu Jisoo yang menambahkan, disambut anggukan semangat dari Rose. Jennie sendiri bingung, ia tidak mendapat kabar apapun dari Ayahnya tentang ini. Apa terjadi sesuatu? Mungkin Jennie harus menelepon nanti.
"Di kelas kita?" tanya Lalisa, terlihat jelas sangat tidak suka.
Rose mengangkat bahu. "Mungkin, tapi kurasa tidak. Mau duduk di mana mereka kalau ditempatkan satu kelas?"
Jisoo mengangguk menimpali. "Sepertinya akan disebar rata setiap kelasnya, lagi pula aku tidak yakin kalau mereka semua seangkatan. Bisa jadi mereka justru sunbaenim?"
"Mungkin, aku juga tidak mendengar kabar apapun dari Ayah. Apa beliau sesibuk itu?" Jennie menyahut. Tidak ada yang menjawabnya setelah itu, karena Jennie juga memutuskan diam.
Sepertinya Rose benar, karena tidak lama setelah itu Guru Choi masuk. Dengan satu orang pemuda bertubuh tegap dan kulit tan di belakangnya. Atensi Jennie teralih begitu saja. Tubuh tegap itu mengingatkannya pada sesuatu, yang sayangnya masih belum jelas.
"Selamat pagi, anak-anak!"
"Selamat pagi, Ssaem!"
Jennie kedapatan melongo, beruntung hanya Lalisa yang sadar karena semua murid fokus ke depan. Menatap anak baru, termasuk Jennie, tapi tidak dengan Lalisa yang justru terlihat malas.
"Perkenalkan, kalian akan punya teman baru lagi!" ucap Guru Choi terdengar antusias.
Seisi kelas terlihat ceria, bahkan ada siswi yang terang-terangan memekik mencari perhatian si anak baru. Jennie tidak termasuk, tenang saja. Gadis itu masih menyimpan rapat-rapat harga dirinya.
"Hai, semua! Aku Kim Jongin, kalian panggil saja aku Jongin. Senang bertemu kalian!"
Tunggu, tunggu. Jennie merasa déjà vu saat suara itu memaksa masuk ke dalam rongga telinganya. Rasanya seperti, pernah mendengar dan terjadi belum lama. Dan sialnya, ia tidak ingat.
Lain Jennie, lain Taeyong. Pemuda bermarga Lee itu justru menunjukkan respon seolah ia takut. Wajahnya tegang dengan raut gemetar yang terlihat samar, berharap tidak berurusan dengan Jongin yang menyamar. Tapi sayangnya, dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya. Karena secara tiba-tiba, Guru Choi mempersilakan Jongin duduk di sebelah Taeyong.
"Lee Taeyong, angkat tanganmu!" perintah Guru Choi.
Ragu-ragu, Taeyong mengangkat tangannya. Jongin menoleh, bersitatap dengan Taeyong yang terlihat gugup dan takut secara bersamaan. Pria itu menyeringai samar, kemudian berjalan dengan langkah penuh perhitungan yang memikat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanfictionTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...