Taehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe
Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...
- Apa kau tahu? Heroin dalam genggamanku ini mirip sepertimu. Berbahaya, dengan intensitas candunya yang tidak main-main. -
London, Inggris.
Terasing dari peradaban, terisolir dari keramaian. Tanpa diketahui publik, ancaman berbasis canggih mengintai penduduk. Berbaur dengan tanah, mendirikan benteng kokoh dengan apa yang mereka sebut 'markas'.
Celotehan sang bos besar sekaligus pendiri didengarkan saksama, tanpa melewatkan sedikit pun materi. Serius, dan akan selalu begitu.
"Strategi yang saya jelaskan tadi akan diterapkan dalam misi kita saat ini. Tolong jangan kecewakan saya, terutama untuk anggota baru."
Netra kelamnya beralih menatap satu-satunya gadis di ruangan itu. Memberikan selayang tatapan mengintimidasi, Jongin–pemuda tadi–menyeringai sinis. Memberikan sedikit sengatan menjalar pada target tatapannya itu.
"Apa kau paham, Nona Nancy?" tanyanya masih mempertahankan nada dingin yang tersirat.
Nancy mengangguk dengan perasaan gugup. "Paham, Tuan."
Jongin melunturkan seringainya. Menatap dan mengedarkan tatapannya ke arah lain–ke arah anggota organisasinya yang lain. Mengangkat sebelah tangannya kemudian, mengibaskannya perlahan sebagai isyarat agar mereka semua bubar.
Pintu ruangan tertutup perlahan. Otomatis menyisakan Jongin seorang di dalam ruangan terang-benderang itu, tenggelam dalam hening dan kesendirian. Terlarut di antara kebisuan, dengan memori dan ambisi menyeruak dalam pikiran, menyatu dengan rencana.
Melangkah mendekati nakas di salah satu sudut ruangan, kemudian meraih satu-satunya bingkai yang terpajang. Mengusap setiap inci komposisi foto yang mengisi bingkai itu, menyeringai kemudian dengan tatapannya yang kosong. Menekan kaca pembatas bingkai sampai menyisakan retakan, sebelum meletakkannya asal yang menimbulkan bunyi gaduh.
"Matilah kau, Kim Taehyung."
***
Seoul, Korea.
Riuh-ricuh desing peluru yang beradu di udara, berbaur dengan erangan dan ringisan pada setiap insan yang tertanam timah panas. Katana terhunus dalam genggaman minoritas pelaku, mengacung mengintimidasi lawan. Beberapa di antaranya sempoyongan, dengan arah sabetan tak menentu membuat para agen harus ekstra waspada.
"Tembak kanan, Kook!"
"Arah jam sepuluh, Hoseok!"
"Tidak, Taeyong. Perhatikan arah belakang!"
Seruan-seruan pengingat itu seakan sudah menjadi alunan musik pengiring 'tarian' mereka dalam arenanya. Taehyung, pemimpin penyerangan mereka kali ini beberapa kali berdecak saat menghadapi lawan yang bebal. Awalnya, ia tak ingin begitu banyak mengotori tangannya dengan darah, tapi kalau sudah begini, ya apa boleh buat?
Letup tembakan semakin menggila, dengan para pemakainya yang semakin beringas. Tidak jarang, peluru bertubi-tubi membuat lubang di tubuh lawan. Serangan timah panas itu hampir berakhir, kalau saja lawan tidak melakukan kecurangan dengan taktik mengepung.
Di sudut lain, Yoongi tampak susah payah melayani adu tinjunya dengan salah satu petinggi bandar narkoba yang menjadi musuh penyerangan mereka kali ini. Amunisi senapannya habis, dan sayangnya ia tidak membawa cadangan. Nahas, bertarung dengan tangan kosong melawan seseorang yang tubuhnya melebihi ukurannya tidak semudah yang ia bayangkan. Ia harus lincah berkelit layaknya tupai agar tidak menjadi sarang bogem mentah. Saking fokusnya, ia sampai melupakan keadaan sekitarnya yang bahkan lebih berbahaya jika diperhatikan baik-baik. Taehyung melihatnya. Tanpa pikir panjang lagi, pemuda itu melepaskan diri dari kungkungan lawannya, merangsek mendekat ke arah Yoongi yang diintai diam-diam dari arah belakang.
"Yoongi, bodoh!"
Secepat kilat, ia menembak tepat ke kepala lawan yang berusaha menusuk Yoongi. Lawannya sekarat, dan bisa dipastikan tidak akan mampu bangkit meski hanya untuk merangkak. Posisi back to back seperti ini mampu meningkatkan kewaspadaan dan spontanitas dalam menerka gerak-gerik dan taktik lawan.
Taeyong, rekan seperjuangan mereka mengangkat tangan, yang kalau diartikan dalam kamus kode mereka berarti selesai. Taehyung mengangguk, kemudian memfokuskan dirinya melawan sisa-sisa cecunguk menyusahkan itu.
"Berhenti semuanya!" Namjoon berseru, mengangkat jari telunjuknya sebagai isyarat berhenti.
Disitulah Taehyung mengerti apa yang dimaksud Namjoon. Tampak seorang bos besar bandar narkoba tadi mengacungkan sebuah benda. Melemparnya ke atap, dan langsung menempel di langit-langit gedung tua itu.
Taehyung mengernyit dengan mata yang fokus menelisik pada benda yang dilempar tadi, tanpa membiarkan tubuhnya menjadi bulan-bulanan. Semakin lama, ia semakin familiar dengan model benda itu.
Seperti..., granat? Granat!
"KELUAR!"
Seruannya menjadi pengiring aksi melompat hampir semua manusia yang hidup. Keluar tepat sesaat sebelum ledakan berskala sedang menyusul.
BOOM!
"Ada yang terluka? Apa ada yang sakit?" tanya Taehyung bertubi-tubi.
Beberapa anggota menggeleng setelah memeriksa bagian tubuh masing-masing. Sedangkan Seokjin, Haechan, Lucas, dan Taeyong Nampak meringis beberapa kali. Memegang beberapa bagian tubuh, mungkin ada persendian yang tergeser, terkilir atau yang parahnya patah tulang.
"Sakit? Apa kalian berempat masih sanggup berjalan?" tanya Taehyung sekali lagi, merasa bersalah dengan keadaan empat rekannya itu.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kita pulang saja," final Seokjin saat dirinya tahu bahwa Taehyung akan membantah.
Namjoon mengangguk menyetujui, kemudian merangkul Taehyung sambil mengatakan sesuatu. "Apa kau bawa barang bukti?"
Taehyung mengiyakan, merogoh sakunya dan mengeluarkan sekantung pil, dan beberapa kantung serbuk. Menyerahkannya pada Namjoon, orang yang bertanggung jawab di bidang forensik.
"Wah, kau memang benar-benar bisa diandalkan." puji Namjoon yang menerbitkan senyumannya. Melepas rangkulannya pada bahu Taehyung sambil meneliti dalam-dalam ke arah benda di tangannya.
"Pil ekstasi? Heroin, dan apa ini?" Namjoon mengernyit bingung saat dirinya tidak bisa mengenali serbuk dalam dua kantung itu.
"Entahlah, tanyakan itu nanti pada tim forensik."
***
New prolog, with new vibes too!
Karakter setiap tokoh bakal aku perbaiki. Terutama Jennie yang aku bikin lebih 'gahar'.
Iya, tahu. Harusnya update minggu depan. Tapi, karna minggu depan aku PTS, jadi aku majuin.
Stay tune terus!
-Moy
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.