- Kalau aku bertanya padamu tentang arti cinta, bisakah kau menjawabnya dengan pasti? Agar aku dapat memastikan, perasaan yang kau sebut cinta ini tulus aku apresiasikan untukmu. -
"Good morning, everyone!"
Sapaan Guru Im berkumandang, menyapa setiap indera pendengaran penduduk kelas. Disambut dengan sapaan sama yang serempak dilontarkan.
"Good morning, Ssaem!"
Guru fisika itu tersenyum hangat menatap satu per satu anak didiknya. Sebelum beralih pada sesosok gadis cantik yang masih setia bertengger di depan pintu kelas tanpa ada niatan masuk. Guru Im mempersilakan gadis asing itu masuk, yang dalam sekejap menyita perhatian awak kelas. Terutama para siswa.
"Silakan perkenalkan dirimu, Nak." Ucap Guru Im ramah, mengundang decihan seorang siswi di sudut kelas.
Gadis itu mengangguk disertai senyuman manisnya, mengundang decakan kagum dari kaum adam.
"Hai, semua! Perkenalkan, namaku Nancy Jewel McDonie. Kalian bisa memanggilku Nancy, atau apapun yang sekiranya nyaman. Terima kasih sudah mau menerimaku di kelas ini–" ucapannya terpotong.
"Siapa bilang? Aku tidak menerimamu di kelas ini, tuh." sela seorang gadis dari bangku belakang kelas.
Suasana kelas hening setelah suara seruan itu menggema ke seluruh penjuru kelas. Tatapan Nancy yang semula ramah berubah, aura negatifnya mulai keluar perlahan, meski samar. Sedangkan si penyeru mulai menyunggingkan seringainya, yang membuatnya terlihat angkuh sekaligus menawan pada saat yang bersamaan.
Situasi tegang itu berhasil dipecahkan setelah Guru Im berdeham canggung. Terkekeh serba salah sebelum menepuk pundak Nancy.
"Maaf, Nancy. Jennie pasti bercanda, jangan dianggap serius, ya?" ucap Guru Im yang lagi-lagi disela.
Jennie–gadis tadi mengangkat dagunya angkuh. "Saya serius, Ssaem. Saya memang tidak menerimanya di kelas ini, apa perlu saya perjelas dengan menendang anak baru itu dari dalam kelas ini?"
Guru Im terlihat kesal. Tanpa sadar, guru itu lupa berhadapan dengan siapa dan meninggikan nada bicaranya. Sedikit jengah dengan sikap Jennie itu.
"Berhenti bersikap arogan, Nona Jennie! Anda tidak perlu seperti itu, karena semua orang punya hak masing-masing untuk menimba ilmu."
"Ssaem ini, sepertinya lupa berhadapan dengan siapa, ya?" Jennie tidak lupa menyelipkan nada sindiran pada kalimatnya.
"Tentu saya tidak lupa, Nona. Masalahnya, sikap aroganmu itu sudah tidak bisa ditolerir lagi sekarang. Jadi, berhenti menunjukkan sikap tercelamu dan lanjutkan pembelajaran."
Guru Im beralih menatap Nancy dibandingkan Jennie yang kini tengah berdecih. "Maaf, ya, Nancy. Saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini, padahal Anda baru menjalani hari pertama."
Nancy mengangguk memaklumi. Tapi tidak dengan Jennie.
"Pencitraan!"
***
"Kau mau beli apa, Jennie?" tanya Lalisa saat dirinya dengan Jennie mengantre di kantin.
Di sebelahnya, Jennie masih melihat-lihat ke arah makanan ringan karena memang sedang tidak berminat makan nasi. Sampai matanya tertuju pada dua bungkus snack dengan varian rasa keju dan cokelat yang tersisa. Maniknya berbinar dalam sekejap, tangannya terulur hendak mengambil sebelum tangan lain meraihnya duluan. Saat itu, Jennie seperti merasa hilang harapan. Terlalu berlebihan memang.
"Hei, itu milikku!" pekiknya membuat orang asing itu terlonjak.
Tapi, Jennie tidak peduli. Ia hanya ingin snack itu! Wajahnya tertekuk, alis matanya menukik tajam dengan mata melotot. Lalisa hanya menghela napas lelah tanpa niat ikut campur lebih dalam. Gadis berponi rata itu bahkan sudah mengatakan pesanannya pada penjual makanan kantin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanficTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...