-Asmaraloka ini serupa jebakan. Sekali aku masuk ke dalamnya, sulit untukku keluar.-
Keesokan hari, hari Selasa lebih tepatnya.
"Hai, kau gadis yang kemarin, ya?"
Sapaan ceria itu sukses membuat Jennie menoleh. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, kemudian kembali memfokuskan atensinya. Menenggelamkan dirinya dalam lautan frasa, mengabaikan senyuman secerah matahari orang asing itu.
"Boleh aku mengenalmu?" tanya pemuda–sebut saja Taehyung–tanpa melunturkan senyumannya sedikit pun.
"Tidak." jawab Jennie tanpa menoleh.
"Apa aku boleh mengenalkan diriku?"
"Tidak."
"Baiklah, tidak apa. Tapi, apa boleh kau sebutkan namamu saja? Agar kita–"
"Tidak."
"Kenapa?"
Jennie mendengus sebal sebelum menutup bukunya. Tidak habis pikir dengan pemuda yang tidak ada menyerahnya itu. Menatap mata lawan bicaranya lekat-lekat, sampai Taehyung gugup. Well, siapa yang bisa menolak pesona Jennie memangnya? Hanya orang-orang berselera rendah yang punya pikiran seperti itu.
"Kenapa kau ini bebal sekali, sih? Kalau aku bilang tidak, ya turuti saja apa susahnya?" Jennie membombardir Taehyung dengan tatapan tajamnya.
Lagipula, segila apa Taehyung ini? Memangnya, ia tidak punya rencana yang lebih bagus daripada berencana mendekati seorang gadis di perpustakaan? Tidak berkelas sama sekali, sih.
"Aku, 'kan, hanya ingin mengenalmu. Apa itu salah?" cicit pemuda itu tanpa sadar menunjukkan ekspresi memelasnya.
"Kau salah, aku tidak mau mengenalmu. Atau mengenal siapapun yang berusaha mendekatiku. Sekarang kau pergi saja, dibanding harus merasa sakit hati ketika ekspektasi tidak sejalan dengan realita yang kau hadapi."
Taehyung melongo. Gadis di hadapannya itu justru mendengus sekali lagi sebelum bangkit. Meletakkan bukunya asal, kemudian pergi berlalu begitu saja. Melewati tubuh Taehyung yang masih mematung di tempatnya dengan terlampau santai. Seolah apa yang baru saja dikatakannya tidak akan berpengaruh apapun.
"Jadi, tadi itu–" Taehyung tergugu. "–menarik sekali. Aku suka."
***
"Hai, Jennie."
Sapaan itu lagi. Apa hari ini gerbang neraka sedang dibuka? Kenapa para makhluknya berinvasi ke sini? Setidaknya, itu isi pikiran Jennie saat rasa jengahnya muncul. Tapi, tunggu. Bagaimana bisa Taehyung tahu namanya? Padahal, Jennie yakin sekali kalau tadi tidak membocorkan apapun mengenai identitasnya. Apa pemuda itu semacam penguntit? Atau peretas data dan informasi? Oke, yang terakhir mungkin karena difaktorkan terlalu banyak menonton film.
Mana ada aktivitas seperti itu di sekolahnya? Tapi, siapa pula yang tahu?
"Masih bersikeras tidak mau menjawab sapaanku?" tanya Taehyung yang membuat Jennie terlonjak karenanya.
Bagaimana tidak? Taehyung muncul begitu saja, tanpa bisa Jennie dengar langkah kakinya. Atau jangan-jangan, pikiran ngawurnya tadi benar-benar benar. Maksudnya, tidak salah sama sekali.
"Kenapa kau melamun? Apa kau sakit?" tanya Taehyung lagi, saat menemukan Jennie terdiam dengan tatapan kosong mengarah ke depan.
Jennie tertegun, terdiam, lagi. Seumur-umur, ia baru sekali ini ditanyai dengan pertanyaan seperti itu. Bahkan, orangtuanya saja tidak pernah, saking sibuknya mereka sebagai pekerja aktif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
Fiksi PenggemarTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...