-Asmaraloka, itukah dunia yang kini diri ini tempati? Tidak setenang air di dalam wadah, tidak seindah nirwana, tidak abadi dan masih bersifat fana. Namun agaknya, segala persepsi itu menciptakan eunoia.-
Sabtu, dengan diiringi suasana hati yang tak menentu.
Sekolah Jennie dirundung duka. Seluruh siswa diwajibkan berdiam diri di lapangan. Suasana berkabung itu, dilengkapi cuaca mendung, seakan tahu, bahwa ada yang pantas ditangisi hari ini.
'Hwang Yeji'
Nama itu hilang dari kelas, dari sekolah. Semua siswa ataupun guru tentu terkejut mendengar kabar itu, mengingat, dia adalah salah satu murid terkenal. Siswi cantik itu ditemukan telah menjadi mayat di jalan sepi oleh polisi.
Jennie yang mendengar kabar itu tadi pagi kontan syok. Tidak percaya saat bukti dibeberkan padanya melalui majalah dinding. Masih belum bisa menerima saat mengingat kembali hari terakhir Yeji kemarin.
Hyunjin, pemuda itu tidak masuk hari ini. Para guru maklum, meski ketidakhadirannya tanpa disertai kabar yang jelas. Sebagai seorang kakak, terlebih kembar, rasa bersalah terus menerus menghantuinya.
Omong-omong, Jennie terpisah dari teman-temannya. Gadis itu justru terdampar di barisan kelas Seokjin. Entah bagaimana caranya ia bisa termasuk ke dalam barisan itu. Jennie mengitari pandangannya, mencari-cari Lalisa yang sekiranya bisa ia tarik untuk menemani.
Tapi sayangnya, bukan Lalisa yang ia temukan, melainkan si pemuda kelebihan energi. Siapa lagi kalau bukan Taehyung? Ia bahkan sudah mengembangkan senyuman lima jarinya saat menyadari tatapan Jennie tertuju padanya.
Mendengus jijik, Jennie lebih memilih fokus ke depan dan berjanji tidak akan melirik kanan-kiri. Lagi-lagi, tidak ada kata menyerah dalam kamus seorang Kim Taehyung. Karena saat ini, diam-diam pemuda itu menyelinap masuk ke dalam barisan Jennie. Berdiri tepat di belakang gadis bermata kucing itu.
"Hei, ada apa dengan tengkukmu? Kau jatuh dari tangga?"
Jennie terlonjak kaget saat mendengar suara berat semi serak terdengar di belakangnya. Berhasrat memukul Taehyung yang tidak memiliki rem saat berbicara.
"Kau mengharapkanku jatuh dari tangga?" ketus Jennie dengan berbisik. Dilarang berbicara keras dalam suasana seperti ini, ia paham.
"Aku lebih mengharapkanmu jatuh ke dalam pelukanku, Je." sahut Taehyung kelewat santai.
"Dalam mimpimu, Taehyung."
Kalau tidak sadar situasi, mungkin Taehyung akan berteriak saking senangnya ketika Jennie menyebut namanya untuk pertama kali. Dengan menyimpan teriakannya rapat-rapat dalam senyuman yang terkulum, Taehyung mendekatkan dirinya pada Jennie untuk berbisik.
"Coba ulangi." titahnya dengan suara tersirat geli.
Meski heran dan terkesan tidak masuk akal, Jennie menurut. "Dalam mimpimu, Taehyung."
"Apa kubilang? Pasti akan tiba waktunya, hanya kesabaran saja yang menyambungkan keduanya."
***
Jennie berjalan dengan langkah tenang dan tegas, menuju kelasnya. Tanpa Lalisa, Jisoo, ataupun Rose yang memang berpisah dari persimpangan koridor. Mereka bertiga lapar, Jennie memakluminya.
Koridor kelas sangat ramai, kebanyakan berbincang mengenai kematian Yeji. Jennie terdiam, memorinya melayang kembali ke hari kemarin, dan seketika teringat Hyunjin. Rasa simpatiknya membumbung sampai ubun-ubun, tapi egonya masih tetap menguasai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
Fiksi PenggemarTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...