05

1K 136 9
                                    

-Bisakah kau ubah cara pandangku? Agar setidaknya, perasaanmu terbalas.-

Bangun-bangun, Taehyung berada di ruangan yang sudah tidak asing lagi. Matanya mengerjap beberapa kali, memindai lokasi dan situasi. Sebelum dipecahkan oleh lengkingan suara Yoongi.

"Apa sebenarnya keinginanmu, sih?! Ingin mati? Sini, kucekik biar lebih cepat mati."

Taehyung mengernyit, kemudian bertanya dengan suara yang masih parau. "Memangnya aku kenapa?"

Raut ekspresi Yoongi berubah lagi. "Lalu, sekarang kau berpura-pura amnesia agar bisa kumaafkan? Begitu?!"

"Astaga, Yoongi. Aku tidak paham maksudmu, sungguh." tukas Taehyung setelah merasakan kepalanya kembali berdenyut.

"Pembual."

Yoongi pergi. Saat itu, Taehyung baru menyadari kalau para member SecrGent duduk mengelilingi ranjang tempatnya berbaring sekarang. Dengan tatapan bertanya, pemuda itu berusaha membangun komunikasi kendati kepalanya yang terus bertambah pening.

"Kau kambuh lagi, emosi kembali menguasaimu." Jimin yang mengambil-alih menjawab.

***

Langkah Jennie terasa sangat ringan. Saking ringannya sampai ia bertingkah tidak seperti Jennie Kim yang biasanya. Sesekali berputar dan melompat, seolah lupa tabiat asli. Saking ringan dan cerianya, gadis itu tidak perhatikan jalan.

Telinganya tersumpal earphone yang menyetel musik keras-keras. Sedangkan matanya ia tujukan menatap kaki, melangkah menyeberang tanpa toleh kanan-kiri. Teriakan pengguna jalan lain ia abaikan, karena kondisi yang tidak mendukung untuk mendengar sesuatu. Ia tidak sadar, mungkin ajalnya akan segera menjemput hari ini juga. Bahaya mengintainya, dan sayangnya ia tidak tahu.

TIN! TIN! TIN!

"Jangan gila!"

SRETTT!

Jennie merasa tubuhnya hilang kendali, terhuyung ke belakang seiring kesadarannya yang mulai pulih. Gadis itu jatuh terduduk, tersungkur dengan posisi tangan menumpu badan. Dengan lututnya yang terkena pecahan beling yang tersebar di dekat tong sampah pinggir jalan. Mata kucingnya reflek mengitari sekelilingnya, terkejut saat mendapati mata orang-orang tertuju padanya.

Dalam sekejap, ia takut ketika menyadari tatapan mata orang-orang itu seolah ingin melahapnya saat itu juga. Tanpa sadar, ia merapatkan tubuhnya ke belakang setelah bangkit terlebih dulu. Sampai sekiranya betul-betul rapat dengan sang penolongnya. Lagi-lagi, tidak sadar kalau terjadi sesuatu dengan dirinya.

"Takut?" tanya orang itu, suaranya tidak asing.

Jennie meremang saat tengkuknya menangkap deru napas orang itu. Telinganya yang terlampau peka ikut menjadi penyebab degup jantungnya kian menggila. Suara berat si penolong benar-benar tidak asing, dan sialnya membuat darah Jennie serasa berdesir.

"Kau mau bunuh diri? Perlu kubunuh sekalian agar lebih cepat mati?"

Jennie merasakan tubuhnya ditarik menjauh. Dipaksa mengikuti langkah besar si pemuda bermasker. Gadis itu meringis saat pergelangan tangannya bergesekan dengan telapak tangan si pemuda. Sementara pikiran negatifnya sudah berlarian kesana-kemari, memikirkan apa yang akan dilakukan orang itu padanya.

"Tuan, lepaskan aku!" pekik Jennie, sebelum kemudian berontak.

Pemuda bermasker itu berhenti saat mereka sudah ada di tempat yang tidak terlalu riskan. Orang asing itu kemudian membuka maskernya, mendengus saat Jennie merubah raut ekspresinya. Angkuh, seperti biasa.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang