32

423 63 4
                                    

Untuk kali ini, Jennie dan Hyunjin harus rela mengorbankan telinganya mendengar semua ocehan Lalisa yang baru sampai. Jennie baru saja siuman, tapi kepalanya harus pening lagi begitu Lalisa mengomel. Sedangkan Hyunjin, hanya bisa meringis.

"Makanya, jangan suka membuka pintu pada orang asing sembarangan!" tegas Lalisa untuk kesekian kalinya yang hanya diangguki pasrah oleh Jennie. "Ya sudah, apa kalian berdua sudah makan? Biar aku belikan."

Hyunjin mengangguk, begitu pula Jennie. Lalisa mendengus saat menyadari dahi Jennie membiru, sepertinya terbentur. Dengan cepat gadis itu membawa sebaskom air es dengan saputangan.

"Jangan ceroboh lain kali," ucapnya dengan tangan yang sibuk mengompres lebam Jennie.

Jennie mengangguk, terlalu lemas untuk sekedar bersuara menanggapi suara melengking Lalisa ketika mengomel. Lagipula, rasa cemas dan takutnya masih ada. Tapi ia urung mengatakannya saat Lalisa baru membuka mulutnya lagi.

"Setelah lulus aku akan pergi," gadis itu cepat-cepat melanjutkan sebelum Jennie menyela. "Universitas Thailand, aku dapat beasiswa. Kuharap kau bisa jaga dirimu baik-baik disini selama aku tak ada, Je."

"Kau yang seharusnya berjaga-jaga, Lalisa. Marabahaya akan selalu mengintai." ucap Jennie pada akhirnya. Ia tidak mau menyesal kemudian hari karena terlambat bertindak, tidak untuk kali kedua.

Lalisa menghentikan kegiatannya sejenak demi menatap mata Jennie, dan menemukan kesungguhan dalam manik jernih itu. Alih-alih langsung menanyakannya, Lalisa justru lebih memilih mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan heran. Gadis itu sempat melirik ke arah Hyunjin untuk meminta petunjuk, namun sayangnya pemuda itu hanya diam.

"Nyawamu diincar, Lalisa."

Prang!

Karena terkejut, tanpa sengaja Lalisa melepaskan genggamannya pada wadah beling yang tengah menampung air es. Wajah shock-nya tak bisa disembunyikan, Jennie sudah memperkirakan reaksi seperti ini sebelumnya. Namun setelahnya, Lalisa terbahak keras sampai Hyunjin bergidik sendiri.

"Aku tidak main-main, Lalice." tukas Jennie setegas mungkin.

Tawa Lalisa mereda. Gadis itu beralih mencengkeram bahu Jennie sampai sang empu berhasil menegakkan posisi duduknya. Tenaga Lalisa tidak selemah yang ia kira, meski porsi yang ia keluarkan tidak seberapa keras.

"Jelaskan padaku, apa maksudmu." tuntutnya, dengan mata bulatnya yang kini menatap tajam Jennie.

Jennie mulai membuka suara. Cerita yang mengalir sama persis seperti apa yang ia ceritakan kepada Hyunjin. Tanpa bumbu-bumbu berlebihan, tak juga ketinggalan rincian. Semuanya ia ungkapkan secara mendetail tanpa diubah. Respon Lalisa tidak terlalu tampak terkejut, namun gadis itu sudah bisa merelaksasikan ketegangan yang barusan ia ciptakan.

"Kita harus waspada." cetus Hyunjin.

Lalisa mendesis dengan mata melirik sinis. "Tanpa kau suruh pun pasti kulakukan, bodoh." ucapnya sebelum kembali beralih pada Jennie.

"Aku tahu apa yang bisa membuat kita semua terlindungi." ucap Hyunjin lagi, mengacuhkan pandangan meremehkan dari satu-satunya gadis berponi di ruangan itu.

"Bagaimana?" tanya Jennie.

"Berjanjilah tidak akan membocorkannya pada siapapun."

***

"Wow, kukira yang seperti itu hanya ada dalam film saja." komentar Lalisa dengan wajah blank yang dramatis. Gadis itu bahkan tak pernah berhenti mengucap kata 'wow' atau 'keren' seiring cerita dari Hyunjin mengalir.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang