-Rasanya, setiap aku berhadapan denganmu, pengalaman amnesiaku akan berubah secara otomatis menjadi hyperthymesia.-
Hari ini hari Rabu. Hari dimana Taehyung membolos untuk kesekian kalinya karena masalah agen. Mengharuskannya rela pergi dalam keadaan mengantuk karena Yoongi meneleponnya. Tepat pukul empat subuh, waktu saat Taehyung masih memejamkan mata. Mengharuskannya rela terbangun hanya demi mendengarkan ocehan Yoongi yang membombardirnya.
"Kita ini mengabdi pada negara, ingat itu! Hari ini kita bolos, aku tidak mau tahu."
Dan jadilah seperti ini. Tanpa mandi, pemuda itu bergegas mematuhi perintah Yoongi. Berangkat ke lokasi yang sudah dikirimkan sebelumnya, mengendarai motor yang sudah ia modifikasi jauh-jauh hari. Berbekal senapan dan peluru cadangannya, dan sampai tepat saat Yoongi beradu tinju. Pemuda pucat itu pasti kehabisan amunisi atau apa.
"Yoongi, pakai peluruku dulu!" seru Taeyong yang sayup-sayup bisa Taehyung dengar karena bisingnya arena.
Taehyung melangkah mendekat, menghampiri Namjoon yang kini terpojok. Ia menarik kerah lawannya sampai terjengkang, memberi waktu agar Namjoon bisa bersiap.
"Thanks, bro."
Taehyung berlari menjauh setelah memastikan Namjoon dalam situasi aman. Menyiapkan senapannya, lalu mulai membidik lawan yang dirasa akan membahayakan teman-temannya. Menajamkan pandangan setajam pandangan elang, berusaha tidak melewatkan apapun.
"ARGHH!" erangnya setelah merasakan tengkuknya dipukul.
Rasa nyeri menjalar ke setiap inci kulit leher belakangnya, Taehyung meringis. Menoleh hati-hati ke arah lawannya yang tidak bisa ia deskripsikan secara rinci, karena faktor wajahnya yang tertutup topeng.
Tanpa ia perkirakan sebelumnya, senapan yang terus dipegang erat justru berhasil terlempar jauh. Hasil akhir dari tendangan menukik lawan, membuat Taehyung tidak bisa berpikir lebih jauh lagi. Pemuda itu balas menendang wajah bertopeng itu, tanpa memperhitungkan akibatnya.
"Persetan dengan senapan! Aku lebih tertarik tangan kosong sekarang!" seru Taehyung yang langsung maju menerjang.
Dengusan terdengar samar dari pihak lawan, sedangkan Taehyung lebih memilih fokus menyerang tanpa memperhatikan aspek lainnya. Bertahan, menghindar, mengelak, ia melupakan semua itu. Serangannya bertubi-tubi, tanpa jeda bahkan kalau hanya untuk sekedar mengatur napas. Justru, itulah kelemahannya, yang tanpa ia sadari berpotensi membunuhnya.
"Kau masih sama seperti dulu, ya?"
Taehyung berhenti disitu. Merasakan ada yang mencoba merangsek masuk ke dalam ingatannya, berkeliling di dalam sana tanpa tahu caranya keluar. Mengobrak-abrik arsip yang sudah ia tutup sedemikian rapatnya.
"Merasakan sesuatu, Taehyung-ie?"
Taehyung menajamkan indera pengelihatan sekaligus pendengarannya. Menelisik dalam-dalam struktur tubuh lawannya yang serasa tidak berubah dari tahun ke tahun. Apa formula itu benar-benar menunjukkan khasiatnya?
"Kau..., Jongin?" tanya Taehyung menebak-nebak dalam hati. Seketika merasa terintimidasi.
"Taehyung, rasanya tidak sopan memanggil yang lebih tua tanpa embel-embel," sahut lawannya begitu tenang.
Tanpa sadar, Taehyung berdecih. "Kau memang sudah tua, bahkan sudah sangat pantas untuk merasakan mati."
Kaki Taehyung melayang, dihempaskan tepat di wajah lawannya–Jongin. Sampai-sampai wajah Jongin terhuyung beberapa senti. Topengnya hancur sebagian, membuat Taehyung semakin yakin kalau ia tidak sedang berhalusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
Fiksi PenggemarTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...