08

701 90 0
                                        

-Arunika yang sedemikian indahnya pun rasanya tidak akan berlebihan ketika disandingkan dengan paras nirmala-mu. Cantik, sempurna dan tanpa cacat.-

Jum'at, sepi. Masih berlatar tempat di sekolah, beranjak secara bertahap dan tepat.

     Yeji berjalan santai di tengah koridor yang sepi. Seluruh siswa sedang berkumpul di aula, dan Yeji sebagai anggota keamanan siswa diwajibkan berpatroli. Bertugas 'mengangkut' siswa yang membandel tidak mau menaati peraturan.

     Di lorong yang menghubungkan kelas dua jurusan IPS, samar-samar ia mendengar suara orang bercakap-cakap. Guna memastikan indera pendengarannya tidak salah, ia mengintip. Sedikit mencondongkan telinganya ke arah pintu yang tertutup, berharap mendengar lebih jelas.

     "Sudah temukan target?"

     "Sudah, Bos. Dia mantanku, tentu dengan mudah kutemukan."

     "Bagus. Jalankan rencana satu, jangan sampai lolos. Oh ya, kau tahu Jennie?"

     Yeji mengernyit mendengarkan percakapan itu. "Jennie?" bisiknya dalam keheningan dan pikiran melayang-layang.

     "Jennie? Oh, si gadis tengil itu? Aku tahu dia, dia orang yang pertama kali bereaksi sinis menyambutku di hari pertama."

     Dapat Yeji dengar, nada yang dilontarkan tersirat nada sinis dan terkesan tidak suka. Meski belum sampai ke taraf benci.

     "Dari tatapannya, ia seperti menyukaiku. Apa kau tertarik bermain-main dengannya?"

     Krak.

     "Siapa itu?"

     Yeji reflek menutup mulutnya. Merutuki kecerobohannya yang bisa saja menuntunnya pada bahaya. Meski ia sendiri tidak yakin apa itu bisa membahayakan posisinya.

     Terdengar langkah kaki mendekat. Dari posisinya, Yeji bisa merasakan emosi yang menyertai langkah-entah-siapa.

     "Oh, ternyata kau yang berani-beraninya menguping."

     Pelaku kegaduhan sesaat di lorong yang sepi itu terlonjak kaget. Menengadah dan membuka matanya yang semula terpejam karena takut. Memaksa netranya melihat seringai Nancy yang seolah siap mencabiknya.

     "Apa yang kau dengar, sialan?!" bisikan itu mengintimidasi dalam setiap intonasinya.

     Tangan Nancy tidak diam, terulur ke arah rambut Yeji, menjambaknya kuat-kuat. "Akh! Lepas!"

     "Oh, kau berani memerintahku?" jambakan itu kian menguat.

     "Apa saja yang kau dengar, eum..." Nancy berhenti sejenak untuk sekedar membaca badge gadis itu. "Hwang Yeji."

      "A-aku hanya mendengar sedikit." ucapnya tak mampu menatap Nancy meskipun ia sendiri punya tatapan mata yang tajam.

     "Sedikit, hmm?" Yeji mengangguk ragu-ragu menanggapinya. Membuat seringai Nancy terlihat semakin jelas.

     "Oke, aku tidak akan melukaimu sekarang, asal kau. Berjanji untuk tidak memberi tahunya pada siapapun. Sanggup, tidak?" ucapnya setelah beberapa saat menimbang-nimbang.

      Lorong itu benar-benar sepi. Sampai suara nafas seseorang saja bisa terdengar jelas. Termasuk gadis itu. Gadis lain, selain Nancy dan Yeji. Menatap Nancy dengan tatapan tajam, dan langsung luruh ketika melihat Yeji.

     "Hentikan!"

     Nancy dan Yeji serempak menoleh ke arah sumber suara melengking itu. Yang ditatap pun sampai gugup sebelum kembali sadar ke niat awalnya.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang