Lagi-lagi, kenyataan pahit harus Jennie hadapi. Setelah diadakan riset mendadak dari Namjoon dan Lucas selaku anggota tim forensik merangkap penyerang cadangan menggunakan alat seadanya, diungkap sebuah fakta. Bahwa Lalisa yang ada di hadapannya kini memang benar-benar Lalisa, dalam artian bukan kloningan seperti dugaan. Itu yang membuatnya merasa dilema, karena dilihat dari sisi manapun juga, rasanya jahat untuk membunuh teman sendiri. Terlebih dengan keadaan otak yang dicuci atas perbuatan seseorang yang dalam hal ini adalah Jongin.
Sedari tadi, Jennie terus-terusan berteriak mencoba menyadarkan temannya, berharap usahanya akan berhasil tanpa melukai tubuhnya sedikit pun. Ia hanya menghindar seperti seekor tupai dengan berkelit kesana-kemari, mengelakkan diri dari sabetan katana yang semakin lama semakin menjadi. Berkali-kali terus-terusan menangkis, sementara Lalisa tidak terlihat akan ada tanda-tanda ingin menyerah, seperti tidak ada lelahnya. Jennie sempat ingin menyerah, tapi setelahnya ia meyakinkan diri sendiri agar tidak kalah dengan pihak musuh yang jelas-jelas mengharapkan hal seperti ini darinya. Lalisa juga, Lalisa harus ia selamatkan bagaimanapun caranya, ia harus membuat temannya itu kembali normal. Ia tidak mau Lalisa dijadikan alat pembunuh, tidak akan pernah ia serahkan begitu saja.
"Lalisa, sadarlah!" pekiknya entah untuk yang keberapa kali. Suaranya yang parau dan serak bahkan nyaris habis menjadi bukti bahwa sedikit lagi waktu yang tersisa maka ia akan tumbang. Tatapan matanya yang sayu, juga gerakan elakannya yang tidak selincah tadi juga membuat siapapun tahu kalau emosi dan stamina gadis itu terkuras habis.
Bantuan datang dari Taeyong yang sudah menyelesaikan beberapa orang musuh, ketika pemuda itu menyadari kalau Jennie hampir terpenggal. Beruntung waktunya cukup pas sehingga tidak terjadi kejadian yang sebelumnya sudah ia takuti. Taeyong bahkan mengabaikan bahunya yang tergores cukup lebar dan dalam, kemudian lanjut mengibaskan pedangnya menangkis beberapa serangan lagi.
"Jennie, menyingkir! Biar aku yang tangani dia." seru Taeyong, mengibaskan sebelah tangannya yang bebas, mengisyaratkan agar gadis Kim itu pergi.
Jennie menurut, membiarkan Taeyong dan usahanya menghentikan Lalisa. Kini, saatnya ia yang membantu. Tidak akan pernah mau menjadi beban lagi, Jennie bertekad menghampiri Jaemin yang kewalahan menghadapi lima orang. Untuk pertama kalinya, Jennie menggunakan pisaunya sebagai senjata yang melukai orang. Tak tanggung-tanggung, gadis itu langsung memenggal kepala salah satunya. Membuat dirinya sendiri tercengang tak percaya atas apa yang barusan ia lakukan.
"Teruskan! Yang kita perlukan saat ini adalah kenekatan seperti tadi!" seru Jaemin yang terdengar seperti menyelipkan pujian.
Jennie mengangguk, mengayunkan pisaunya lagi ke arah banyak kepala. Tidak sampai terpenggal, tapi Jennie membiarkan korbannya menggeliat meregang nyawa terlebih dulu. Dia tidak mau lawannya cepat-cepat mati dan melewati rasa sakitnya dijemput ajal, maka dari itu ia biarkan jiwa pembunuhnya terlepas dari dalam diri. Setidaknya untuk hari ini, ia merasa bersyukur menggemari banyak film aksi, sampai rasanya ia begitu mahir mengayunkan pisau. Menghilangkan nyawa banyak musuh sampai rasanya sulit untuk berhenti, meski tubuhnya sudah kehilangan banyak energi.
Gadis itu seolah tuli, dan terus saja membunuh bak orang kesetanan, berlarian membabi-buta dengan pisau yang terhunus. Tidak mempedulikan seruan-seruan dari rekan yang malam ini menjadi timnya, membiarkan dirinya terkuasai nafsu membunuh yang menjulang menutupi jati diri aslinya. Jennie tidak peduli, yang ia inginkan saat ini adalah kepuasan batin disaat iblis dalam dirinya bangkit.
Setelah menuntaskan musuhnya yang ke-dua puluh satu, Jennie mengedarkan pandangannya ke arah lain. Mengitari seluruh isi ruangan yang kalau ditilik sekilas terlihat sangat menyeramkan dengan kondisi mayat-mayat yang mumpuni. Bau anyir sangat menyengat hidung, membuat siapapun yang tidak terbiasa terjamin akan muntah pada detik berikutnya.
Sekali lagi, Jennie tidak peduli apapun. Gadis itu berjalan dengan menyeret satu katana yang diambilnya dari salah satu mayat dikarenakan pisaunya yang terpental jauh entah kemana. Menjadikan lantai rapuh ruangan yang terbuat dari kayu terhiasi goresan panjang katananya. Gadis itu melangkah penuh perhitungan dengan sesekali menginjak mayat yang ditemuinya dengan sengaja, menuju tujuan awalnya yang tak lain adalah Jongin. Yang masih bergulat dengan Taehyung yang bahkan sudah sangat lemah.
Tanpa ba bi bu lagi, Jennie mengangkat katananya setinggi mungkin, mencoba memenggal kepala Jongin saat dirinya sudah berada tepat di belakang pria itu. Tinggal selangkah semakin dekat, tapi sepertinya ia tidak diizinkan membunuh terlalu banyak lagi dalam waktu singkat. Karena setelahnya, Jongin membalikkan tubuh. Terlihat lepas dari cengkeraman Taehyung yang bahkan sudah terkapar lemas.
Jennie terlalu terkejut sampai rasanya sulit untuk memproses segala sesuatunya dengan cepat. Ia baru sadar setelah suara letup pistol terdengar menggema dari jaraknya yang sangat dekat. Namun anehnya, ia sama sekali tidak merasakan timah panas itu menyentuh tubuhnya, padahal ia sudah menutup mata pasrah saat menyadari mustahil sekali ada kesempatan untuk lolos. Dan saat ia membuka mata, mungkin ia akan menangis menjerit jika keadaannya tak genting.
Karena di hadapannya, terentang tubuh yang sekarang berlubang di bagian dada, menjadikan dirinya sendiri tameng disaat Jennie merasa ia tak begitu penting untuk diselamatkan. Dan ketika Jennie menyadari siapa yang baru saja mengorbankan diri, tangisnya tak pernah lagi ia tahan. Tepat di hadapannya, tubuh seseorang ambruk mengenai kakinya. Darahnya yang berlumuran menutupi sebagian besar kulit putihnya, tak peduli lagi apapun.
"L-LALISA?!" pekiknya, merasa sangat tidak terima dan terpukul dengan kejadian yang begitu mendadak.
Lalisa masih bernapas meski sangat lemah dan terdengar putus-putus. "J-jaga..., dirimu. Kau pantas bahagia..., maafkan aku yang mengkhianatimu."
Dan setelahnya, gadis bertubuh tinggi itu terbujur kaku, meninggalkan dunia beserta isinya. Termasuk Jennie yang masih menangis dengan pikiran kosong. Hanya sesaat, karena setelahnya, gadis itu mengusak kasar air matanya. Menatap benci ke arah Jongin yang justru tersenyum mengejek, lalu membiarkan semuanya mengalir mengikuti arus alur.
***
Thanks for 8k reads!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanfictionTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...