15

583 90 1
                                    

-Cinta bisa direalisasikan dalam bentuk apapun, 'kan? Kalau begitu, biarkan aku melindungimu sebagai bentuk nyata yang kurealisasikan padamu.-

Akhirnya setelah melalui perdebatan yang tak kunjung selesai, pagi ini Taehyung dan Jennie berangkat kemah. Menaiki bus, kondisi kedua anak itu sangat bertolak belakang.

Jennie yang sudah kembali bugar setelah menumpahkan semua bebannya, dan Taehyung yang bermata panda karena kurang tidur. Kurang tidur karena pukul tiga pagi ia nekat pergi ke apartemennya untuk mengambil barang-barang yang sudah ia siapkan. Lalu setelahnya, tidak bisa tidur sampai Jennie bangun.

"Harusnya kau tetap di rumah saja!" gerutu Taehyung, bahkan saat mereka berdua sudah duduk di bus.

Jennie merotasi bola matanya, mendengus kasar sebelum mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Sedangkan lelaki di sebelahnya masih saja mengoceh tanpa tahu kata berhenti.

"Kau ini dengarkan aku atau tidak, sih?!" oceh Taehyung menaikan nada suaranya, sampai beberapa penumpang menoleh melayangkan tatapan heran.

"Tidak. Jadi, diamlah. Aku mau tidur saja." final Jennie tanpa mau tahu lagi.

"Eh? Tidak bisa begitu, nanti kalau sudah sampai di sekolah dan kau tidak bisa dibangunkan bagaimana? Aku tidak mau kalau disuruh menggendongmu."

"Cerewet."

***

"Hati-hati, periksa barang bawaan. Ada yang tertinggal, tidak?"

Serempak, seluruh siswa-siswi kelas menawab tidak, termasuk Jennie meski menyahut dengan nada malas-malasan.. Setelah memastikan tidak ada yang terlewat, Guru Choi memberikan arahan selanjutnya.

"Jangan sampai terpisah dengan kelompok, kalian belum tahu seberapa ekstrim medannya."

Jennie berusaha patuh, untuk kali ini, ia terpisah kelompok dengan Jisoo dan Rose. Sembilan orang di kelompoknya, dan Lalisa termasuk. Untungnya, ia masih satu kelompok dengan si poni itu.

"Jen, kau bawa permen?" tanya Lalisa disela-sela briefing.

"Bawa. Kau mau?" tawar Jennie.

"Mau! Yang rasa stroberi, ada?"

"Ada. Sisa satu,"

Jennie merogoh saku tasnya, mencari-cari apa yang diminta Lalisa. Dan ketemu, langsung menyerahkannya pada Lalisa yang tentu disambut antusias gadis itu.

"Terima kasih!"

Jennie berdeham. Mengitari pandangannya ke sekeliling, sampai netranya bersitatap dengan Jongin. Gadis itu tersenyum, yang tentu langsung dibalas pria itu. Lalisa yang melihat itu langsung mendelik, ingat dengan apa yang pernah dilakukan pemuda Kim itu pada temannya.

"Jangan dekat-dekat dia, jangan respon apapun." titahnya.

Jennie mengernyit tak suka. "Memangnya kenapa? Kau suka dia?"

Lalisa mencibir. "Mana ada."

Baru saja Jennie ingin mendebat, Jisoo menubruk tubuhnya dari arah belakang disusul dengan tawanya. Aroma Jisoo sudah Jennie hafal diluar kepala, maka tanpa menoleh pun bisa ia pastikan.

"Ada apa?" tanya Jennie setelah Jisoo berdiri di sebelahnya.

"Kukira kau tidak akan datang," ucap Jisoo melebarkan senyumnya.

"Aku harus bisa."

***

"Uh, licin sekali." keluh Jennie saat rombongan mereka melintasi jalan setapak. Kondisi jalan itu masih berupa tanah lembek, dan ditambah dengan semalam hujan.

Alien ; Taennie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang