23. Happy birthday mama

1.2K 129 10
                                    

.
.
.

Selamat ulang tahun, ku tunggu engkau menjadi seorang wanita hebat untukku.








Seorang gadis berbaring di atas ranjang, menutup wajahnya di balik bantal guling berwarna biru langit. Ia membuka matanya perlahan, pandangannya silau akibat pancaran sinar matahari yang amat terang, sinar itu menembus jendela dan menerangi kamar Luny.

Tiba-tiba Resy membuka pintu dan masuk dengan wajah yang datar. Gadis berkepang dua itu menatap Luny sinis, ia berjalan ke arah Luny yang masih berbaring.

Luny segera bangun dan membetulkan posisinya, menyambut Resy dengan wajah yang bersinar. Sementara Resy menyorot dengan kabut gelap pada kakak tirinya.
Kemudian, Resy berhenti. Mengeraskan wajahnya ketika berjarak 1 meter dari hadapan Luny.

"Nih! Selamat yah, perusak keluarga masih di hargai di rumah ini!" Pungkas Resy tajam sambil melemparkan sebuah kertas undangan, akan tetapi kertas itu tidak sampai di tangan Luny. Resy melemparkannya ke lantai. Sehingga gadis itu harus bangkit dari ranjangnya dan mengambil kertas itu. Sepertinya surat penting.

"Ini apa dek? Tanya Luny basa-basi sambil mendekat ke arah Resy.

"Baca sendiri!" Sarkas Resy mundur dan membalikkan badanya lalu keluar dari kamar Luny. Kebencian? Sudahlah, itu telah menjadi makanan harian bagi gadis polos itu. Ia sanggup menelannya meski rasanya pahit.

Bibir gadis itu bergerak membaca sebuah kalimat yang berada di bagian depan undangan itu.
'Happy birthday to Ramaliny 39 year old'

Senyum tulus melengkung sempurna di wajah gadis itu, kemudian ia membuka lembaran undangan. Ternyata Rama, ibu tirinya sedang berulang tahun hari ini. Luny menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang empuk, memutar pikirannya. Hadiah apa yang akan ia berikan untuk ibunya?

***


Ruang tamu yang amat luas itu, kini sangat ramai,  mempersiapkan acara ulang tahun yang akan dilaksanakan pukul 19.00 nanti. Banyak teman-teman sekantor Rama yang membantu menghias ruangan itu semenarik mungkin.

Luny  juga turut menghiasi ruangan tamu, ia mengerjakan balon-balon yang di pasang di setiap sisi ruang hingga terlihat cantik. sesekali matanya melirik mencari keberadaan Rama. Namun, ia tidak menemukannya dari tadi. Luny kemudian mendekati Resy,  adiknya sedang sibuk membuat pita-pita menjadi hiasan tali yang indah.

"Dek, mama dimana? Kok dari tadi kakak nggak lihat?" Tanya Luny seolah tak ada masalah di antara mereka. Si pemilik nama membalikkan badanya ke arah sumber suara.

"Berani mau ngomong 'selamat ulang tahun' sama orang yang paling membenci kakak di rumah ini? Kalau berani kakak hebat! Tapi aku yakin sih, kakak nggak bakal bisa!" Tatapan Resy membunuh mental Luny belum lagi ucapan yang keluar dari mulut adik tirinya itu.
Setelah membuat hati Luny tergores, Resy pergi dan meninggalkan Luny yang diam tak berkutik.

"Kakak tahu, kakak hanyalah seseorang yang menjadi sasaran anak panah kalian. Terus benci kakak, sampai kalian nggak menemukan orang lain yang layak kalian benci! Jika itu membuat kalian senang," lirih gadis itu dengan pelan. Bibir Luny gemetar menahan rasa sakit yang semakin menyesakan dadanya.

"Buang jauh-jauh air mata itu! Jangan biarkan ia jatuh dengan manja. Ingat! Kau sudah biasa menjalani alur hidup yang perih ini, terus sampai kapan lagi kau menangis dan menangis? Kapan kau dewasa mengahadapi semua ini?!"
Batin Luny bertolak belakang dengan pikirannya. Tangan kanannya mengepal di dada, memeggang teguh kata hatinya sendiri. Yah, ia harus belajar giat lagi untuk tidak manja dengan hidup yang tajam ini.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang