🐣49. Love you mom🐣

2K 126 14
                                    


.

.

.


🐣 Hidup bukan melulu tentang luka, tetapi ada bahagia yang terselip di dalamnya. Yah, hanya terselip.🐣






Dari pagi, siang, bahkan malam. Azer masih setia menunggu Luny sampai gadis itu mau membuka hati untuk lembar yang baru. Lelaki itu tinggal di tempat yang tak jauh dari rumah Luny. Bahkan setiap hari Azer selalu berkunjung kesana, meski harus membuatnya kuat. Karena Luny akan tetap menolak.


"Lun, bukain pintunya. Gue boleh masuk nggak?" Tanya Azer di balik pintu, wajahnya yang penuh harap itu sangat menggemaskan hingga membuat Luny mau membuka pintunya untuknya.


"Mau ngapain lagi, lo?" Luny memasang wajah yang sangat jutek tanpa melirik lelaki tampan yang berdiri tegap di depannya.


"Gue mau--"

"Zer ...."

Keduanya saling menatap, tatapan yang akan berbicara isi hati yang sebenarnya. Luny tak mampu menahan rasa sakit itu sendirian. Sebenarnya ia butuh seorang teman, tetapi ia tak mau orang lain tahu, bahwa dia pemilik luka yang berat. Luny harap hanya dia yang merasakan ini semua. Yah, cukup dia seorang.



"Luny, buka mata lo lebar-lebar. Dunia memang keras, tapi kalau lo hanya menyimpan kepahitannya, lo bakal hancur di telan bulat-bulat!" Pekik Azer. Matanya tampak memerah, sebab butuh berjam-jam untuk memikirkan bagaimana caranya agar Luny bangun dari rasa trauma ini. Jujur saja, malam yang ia punya bukan seutuhnya milik Azer. Ia juga sibuk memikirkan Luny, si gadis yang membuatnya luluh.


"Gue tau, Zer. Gue tau lo peduli, tapi hadir lo ada di waktu yang terlambat!" Balas Luny. Tangannya yang putih bersih itu tampak lemah. Seolah seluruh tubuhnya tak sanggup berdiri. Azer menatap kedua mata Luny yang tampak lembab dan sayu. Lelaki itu dapat menebak, Luny sangat rapuh.


"Sekalipun udah terlambat, gue masih berjuang meski jauh dari ekspektasi gue," bisik Azer dengan pelan. Memohon perhatian dari Luny. Gadis itu menggeleng, lalu memilih duduk di atas sofa.



"Gue nggak butuh lo lagi, yang gue butuh adalah keluarga. Lo cuma luka yang singgah tapi nggak tau kapan lo bisa pergi," ujar gadis itu memandang lurus ke depan. Azer merasa terpukul, dan terbuang dengan begitu mudahnya. Lelaki itu mengatur nafasnya sebaik mungkin, agar tidak meletuskan tindakan yang salah.



"Terserah lun, suatu saat lo bakal tau. Bahwa orang yang pernah salah adalah orang yang berjuang sepuluh kali lipat dari pengalamannya. Gue masih berjuang. Hati lo ... motivasi gue untuk tetap maju." Azer memilih keluar rumah itu dengan langkah yang berat dan menanam harapan bahwa masih ada ruang untuknya.



Luny menatap kepergian Azer. Ingin ia berteriak memanggil namanya, seperti dulu. Sewaktu mereka masih mengejar dan menjauh. Luny akan terus mencari dan berteriak pada Azer, lelaki itu malah cuek dan kasar. Sekarang, mereka berada di posisi dan di suasana yang berbeda. "Makasih, Zer." Luny menatap punggung Azer dengan lirih.




"Kak?" Tanya Resy yang tiba-tiba datang dari arah dapur sambil membawa susu gelas untuk kakaknya. "Kakak kenapa? Nih, Resy udah buatin kakak susu."


"Nggak apa-apa, makasih yah res." Luny meneguk susu itu sampai setengah habis. "Kakak mau keluar sebentar, kamu jangan kemana-mana yah. Kakak nggak lama kok," ujar Luny sambil menyandangkan tas berwarna biru ke lengan sebelah kirinya. Resy hanya mengangguk paham. Luny gemas dengan gerakan adiknya itu, hingga ia menarik pipi Resy lalu keluar dari rumah.



Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang