19. Pahami sedikit, Zer!

1.3K 142 13
                                    


.

.

.


Semuanya akan baik-baik saja, tanpa kebodohan ku.










Gadis itu sedang menyapu halaman belakang rumahnya, yang penuh dengan sampah dan beberapa barang yang harus dipindahkan ke gudang. Saat tengah mengangkat sebuah kardus, tiba-tiba seseorang melempar setumpuk kain ke wajah Luny dengan kasar.

Rama berdiri dengan wajah yang dingin, sorot matanya tajam, membenci seorang gadis yang berwajah polos di depannya. Tatapan yang tak pernah melembut, selalu berhasil membunuh mental Luny setiap kali menatap wajah ibu tirinya.

"Cuci kain saya sampai bersih! Jangan gunakan mesin cuci! Terus pel semua lantai rumah ini, pakai kain biasa jangan pakai alat bantu apa pun! Paham kamu?!!" Tegas Rama lalu membalikkan badanya hendak melangkah, namun dengan cepat Luny menarik tangan wanita itu dari belakang.

"Ma, setelah Luny lakuin semua yang mama mau. Mama mau maafin Luny?" Ucap Luny, entah dimana letak kesalahannya, tetapi di mata Rama ia telah melakukan kesalahan yang besar. Gadis itu memasang wajah memelas. Rama menatap Luny datar, dan dengan kasar menarik tangannya dari genggaman anak tirinya. Lalu berjalan menjauh dari gadis itu. Hatinya masih membeku karena kehancuran yang besar terhadap dirinya sendiri mau pun keluarganya.

Luny tak berhenti sampai di situ, ia berusaha menyamai langkahnya dengan Rama. Lalu memeluk wanita itu dari belakang dengan sangat erat. Pelukkan itu berbicara betapa butuhnya gadis itu kasih sayang dari seorang ibu.

"Ma, sampai kapan mama benci sama Luny?" Tanya Luny tak mampu menahan kerinduannya hingga suaranya bergetar. Rama tersentak kaget, semua cara bengisnya telah ia tumpahkan pada Luny, tetapi mengapa gadis itu tak menyerah? Apa yang membuatnya bertahan?

"Lepas! Atau saya akan-"

"Ma, sayangi Luny sekali aja ma! Sekali aja! Terus Luny nggak akan muncul di mata mama lagi!" Potong Luny dengan jeritnya.

"Saya tidak akan pernah mau sayang dengan perusak seperti kamu Luny!" Teriak lama mendorong tubuh Luny kuat hingga jatuh ke lantai.

"Ingat kata-kata saya 'tidak akan pernah'. Jadi jangan terlalu berharap! Kamu telah menghancurkan semuanya. Kebahagiaan saya hancur karena kehadiranmu di keluarga ini. Seharusnya aku membuangmu sejak kecil, supaya saya tidak perlu darah tinggi setiap kali melihat wajahmu dirumah ini!" Tatap Rama tajam ke arah Luny yang tergelatak di atas lantai.

Luny menahan rasa sakit yang semakin meledak, ia tutupi tangis yang hampir pecah, kali ini tak ingin ia biarkan air mata itu jatuh di depan Rama. Luny ingin wanita itu tahu bahwa ia bisa bertahan sejahat apa pun ibu tiri itu pada Luny.
Segera Luny menyeret tubuhnya ke arah Rama yang berdiri tak jauh dari hadapannya.

"Ma, Luny sayang sama mama. Luny cinta sama mama. Luny bakal lakuin apa aja supaya mama bahagia!" Menarik ujung rok panjang Rama dengan wajah yang meringis. Raut wajah Luny penuh harapan, namun sekali lagi Rama mengeraskan hatinya.

"Pergi kamu anak sialan! Pergi! Pergi dari rumah ini, dan saya akan bahagia dengan keluarga saya, tanpa ada perusak!!" Pekik Rama sengaja menggerakkan kakinya kasar hingga Luny terhempas ke lantai.

"Rama!!" Panggil Aldy dari ruangan dapur, segera membangkitkan Luny dan mengelus lengan anak kandungnya penuh kasih sayang. "Apa yang kamu lakukan?! Ini anak kita Rama! Sampai kapan kamu menjadi seorang ibu yang berhati batu dan kejam?!" Gertak Aldy dengan nafas yang memburu kasar.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang