16. Masih bertahan donk!

1.2K 142 30
                                    


.

.

.

Banyak orang yang menyuruh aku pergi dan hanya aku sendiri yang masih di sini, menunggu kepastian yang tak dapat ku pastikan.





Tangannya bergerak ke sana ke mari mencari buku yang dari tadi ia cari. Gadis itu menjinjitkan kakinya agar bisa mencapai ketinggian rak buku itu. Sudah hampir lima belas menit ia mengelilingi ruangan perpustakaan, tetapi belum menemukan buku yang di inginkannya.

"Ck! Dimana sih Buku biologinya! kata si Tuti ada disini, tapi kok nggak ada?" Menunjuk salah satu rak buku lalu berputar lagi ke area perpus yang lain, ia tak akan pulang jika ia tak menemukan buku itu.

"Ulangan biologi besok lagi! Kalau nggk ada persiapan bisa jadi makanan empuk gue, sama guru kiler itu!" Gerutu Luny sambil berjalan dan menyelidiki setiap sampul-sampul buku.

Ruangan perpustakaan itu ramai, banyak siswa siswi yang belajar atau membaca buku dengan berduduk santai di bangku rotan berwarna coklat dan unik yang berjejer di setiap sisi perpus itu. Bau lembaran buku menjadi ciri khas aroma perpus yang di huni oleh siswa penggemar buku, semuanya tampak fokus dengan objek masing-masing. Penghuni perpus sangat menjaga kenyamanan dan tidak membuat kerusuhan. Ini lah yang membuat gadis itu betah berkeliling mencari buku itu.

"Lagi cari apa?" Suara horor berbisik kecil tepat di belakang telinga Luny, hingga gadis itu merinding dan mendadak berhenti. Segera ia membalikkan badannya ke arah suara itu.

"Delon!!" Pekik Luny kesal. Delon hanya tertawa kecil tak peduli mimik wajah Luny yang memerah. Sementara gadis itu segera meninggalkan Delon yang masih tertawa dan melanjutkan mencari buku itu, namun dengan cepat langkah Luny di cegah oleh lelaki itu dan menahan tangan mungil Luny sambil tersenyum miring.

"Lo kesini cari apa?" Tanya Delon, tetapi Luny tidak peduli ia memilih pergi mencari buku itu. "Jawab pertanyaan gue dulu donk! Asal prosot aja lo," ucap Delon. Luny menyatukan kedua alis tebalnya, menatap lelaki itu dengan aneh. Heran, kemana gadis itu pergi Delon pasti ada di sana dan selalu membuntutinya. Dengan malas Luny mengedarkan pandangannya, sebenarnya ia bisa saja minta tolong sama Delon agar membantunya mencari buku itu, tetapi ia masih ingat kata-kata Azer.

"Gue nggak sukak yah lo dekat-dekat sama si Delon! Gue alergi!"

Luny mengingat ucapan Azer, gadis itu merasa di hargai sebagai pacar meski lebih banyak terluka jika berada di sisi Azer. Senyum tulus terukir di wajah Luny mencoba untuk menghargai lelaki yang ia harapkan meski jauh dari ekspetasinya.

"Jawab kek! Masa gue ganteng-ganteng gini di cuekkin!" Sahut Delon menaikkan sebelah alis matanya menatap Luny dengan lekat. Mata coklatnya terlihat menyapa wajah Luny dengan ramah, hingga Gadis itu terbangun dari lamunannya.

"Eh gue mau cari--"

"Pulang bareng gue yuk!" Ajak Delon sambil menggenggam tangan Luny tanpa di setujui oleh gadis itu, segera Delon membawanya keluar dari perpustakaan. Sedangkan Luny meronta-ronta ingin di lepas dari genggaman kuat lelaki itu, namun apa daya ia seperti anak ayam yang ada di dalam cengkraman burung elang.

"Lepasin Delon! Gue mau cari-"

"Pulang bareng gue sekali ini aja!" Potong Delon dengan wajah memohon ketika mereka telah sampai ke mobil hitam milik lelaki itu. Dengan kesal Luny menarik tangannya saat Delon mulai meregangkan genggaman itu.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang