14. Bercanda dengan mu

1.1K 145 28
                                    

.

.

.

Hari ini aku bahagia dengan cara mu yang sederhana, berhasil membuat ku lupa bahwa aku si pemilik luka.





Luny mengibaskan rambut panjangnya ke arah belakang, lalu mengipas wajahnya dengan telapak tangan. Sudah hampir 15 menit ia berdiri di gerbang, tetapi tak melihat sosok gadis kecil yang ia cari. Terik matahari seolah membakar kulit Luny dengan gosong.

Semakin lama berdiri, Luny merasa kakinya pegal, kepalanya pusing, tenggorokannya kering, dan perut gadis itu mulai berdemo minta di isi. Luny masih tetap berdiri meski harus mengorbankan fisiknya. Kedua matanya tak henti berkeliling mencari Resy adiknya.

Tiba-tiba perasaan Luny lega, cahaya matahari tak mengenai tubuhnya seakan-akan matahari redup seketika,  namun perasaan Luny mulai aneh, seseorang sedang mendekat ke arahnya dari belakang dan menyandarkan tubuhnya ke pundak gadis itu. Ia menoleh ke belakang dengan takut. Ternyata Azer berdiri di belakangnya dengan tatapan datar, melindungi Luny dari sinar matahari dengan jaket hitamnya.

"A-Azer?" Luny gugup, mengingat semua kejadian yang memilukan hatinya. Lelaki itu selalu saja membuatnya terbakar cemburu, tetapi Luny menyingkirkan pikiran itu jauh-jauh. Meski ia telah menjadi kekasih lelaki itu, ia tak punya hak untuk mengurusi kepribadiannya. Ia harus tahu diri, bahwa ia tak pernah menjadi orang yang di butuhkan sepenuhnya oleh Azer.

"Lo ngapain disini?! Siang-siang bolong lagi! Kalau lo sakit gimana?" Gertak Azer menarik kera bajunya agar menciptakan angin kecil. Wajahnya tampak memerah akibat terik matahari yang membuatnya gerah. Namun Azer terlihat keren di mata Luny.

"Jangan banyak tingkah deh, mending lo pulang!" Bentak Azer dengan tatapan dingin. Luny kesal dengan wajah Azer yang tak pernah berubah, selalu saja dingin dan kasar padanya. Kali ini Luny harus berani untuk menghadapi lelaki kutub itu.

"Gue ke sini mau jemput adik gue kok, bukan mau ngapa-ngapain!" Balas Luny memasang wajah jutek. Azer tersenyum miring melihat wajah imut yang juga memerah akibat sinar matahari yang membakar wajahnya.

"Lo juga ngapain disini? Perasaan kalau gue kemana-mana  Lo selalu ngikut." Luny tak ingin melirik wajah Azer, ia malah memperhatikan arah lain. Siapa tahu Resy sedang berjalan menuju gerbang.

"Mau jemput adik gua! Nggak usah kepedean lo," Balas Azer tak kalah jutek.

"Tumben nggak jalan bareng Yenzi?" Sindir Luny dengan nada yang pelan.

"Kenapa? Lo senang kalau gue sama Yenzi atau lo malah cemburu?" Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Luny, membuat gadis itu sulit bernafas.

"Eng-ggak kok, gue biasa aja!" Luny menolak dada Azer dengan kuat.

"Terus kenapa kemarin, lo nangis di toilet kayak orang gila?" Sindir Azer menelurusui wajah kekasihnya.

"Yah, gue gila. Karena terlalu bodoh untuk jatuh cinta sama cowok batu kayak lo!" Batin Luny dengan kesal, menatap Azer serius.

"Bukan urusan lo!" Luny pergi dari hadapan Azer dengan tatapan benci, namun dengan gesit lelaki itu menarik lengan Luny dari belakang kemudian tubuh gadis itu berbalik hingga wajah Luny dan Azer bertemu dengan jarak 5 cm.

"Jelas ini urusan gue, karena gue pacar lo!" Tegas Azer dengan wajah yang mengeras.

"Kalau lo benar pacar gue! Kenapa lo sering jalan bareng cewek lain? Hm?" Tatapan Luny berhasil membuat Azer bungkam beberapa detik.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang