🐣39. Selalu di sisimu🐣

1.4K 131 49
                                    

.

.

.


🐣Jika Tuhan kehendaki kita akan bertemu dengan satu rasa dan jika tidak kita akan berpaling dengan rasa yang berbeda 🐣


Happy reading ♥️
Komen kalau ada typo 😊🤧

Ruangan itu tampak ribut dan kacau. Sang dokter sedang menunggu keputusan dari saudara terdekat atau orang tua Luny untuk mendonorkan darahnya. Sebab gadis itu kekurangan darah, di tambah dengan kondisi tubuhnya yang kurang stabil, kemungkinan sedikit harapan jika gadis itu bertahan hidup.

"Jadi, siapa yang mau berkorban? Darah gue nggak cocok!" Teriak Azer membuat ruangan itu sunyi. Setelah ia menjadi orang pertama yang ingin mendonorkan darahnya untuk Luny. Namun, hasilnya nihil. Tatapan Azer beredar ke seluruh ruangan itu, frustasi. Tak ada yang membuka suaranya atau pun mengacungkan tangan. Beberapa detik kemudian Azer menggaruk kepalanya lalu meninju dinding dengan keras. Nafasnya berhembus kasar, ruangan itu seolah terasa panas, rasa ingin menangis meledak. Namun, ia harus bisa mempertahankan kejantanannya di depan orang banyak.


"Gue tau, siapa orang yang bisa mendonorkan darahnya buat Luny," ujar Vano. Seketika semua pandangan tertuju ke arah Vano yang berdiri di sudut ruangan.

"Cepattan panggil orangnya, malah diam aja lo. Greget nih gue!" Pekik Dedi mengigit bibir bawahnya. Seolah kalimat Dedi mewakili semua isi hati orang yang ada di ruangan itu. Hati tampak beku dan bisu saat melihat wajah Luny yang semakin pucat alias sekarat.


Tak beberapa lama kemudian. Vano kembali dengan membawa Aldy, lelaki paru baya itu menjatuhkan pandanganya ke arah gadis polos itu yang membutuhkan pertolongannya. Sebenarnya ia tak yakin, jika ini berhasil. Namun, jika ini menjadi jawabannya selama ini akan ia lakukan untuk mencari kebenaran yang membuat hatinya risau. Perihal tentang gadis itu.


"Om, tolong Luny, saya mohon," pinta Vano.

"Luny?"

Nama itu terdengar menyentuh hati kecilnya. Tanpa menunggu lagi, ia segera berlari dengan tergesa-gesa menuju ruangan pendonoran darah. Tak sabar ingin mengetahui hasilnya. Aldy tak habis pikir jika yang ia bayangkan selama ini ... sudahlah lelaki itu tidak mau terlalu berharap.


🐥🐥🐥


Gadis itu terbaring lemah di atas ranjang, matanya tertutup  lemas, seluruh tubuh Luny tampak pucat dan kering. Ada lelaki yang setia, siang dan malam. Menemani gadis itu selama Luny masih enggan membuka matanya. Jemari lelaki itu masih menggenggam lembut tangan Luny, berharap semuanya kembali pulih, tetapi sudah tiga hari Luny belum kunjung sadar. Ia membenci dirinya sendiri, telah melalaikan semua usaha Luny, dan membiarkan gadis itu menimbun ribuan luka yang dalam. Hingga ia tak tahu semua ia tutupi demi berjalan di samping Azer, lelaki itu baru menyadari hari ini.





Azer sudah tahu semua cerita tentang Luny. Semua goresan luka pedih yang di lakukan mama tirinya, kebencian yang membuat Luny ingin lari dari kenyataan, hanya Aldy yang menjadi harapan gadis itu untuk bertahan. Sehingga pada akhirnya ia mengenal Azer, ia mencoba untuk menaklukkan hati lelaki itu, agar bisa menjadi pengganti Aldy karena lelaki paru baya itu jika saja ia kehilangan Aldy, tetapi bukan luka yang semakin terobati, justru semakin banyak bahkan berdarah.


Luny harus memutuskan hubungannya dengan keluarga Aldy, ia juga harus menerima kenyataan bahwa ayahnya kehilangan ingatan semua tentangnya dan bersaing dengan Yenzi untuk mendapatkan Azer, bahkan tak peduli dua kali tusukkan pisau menusuk perutnya. Lengkap sudah penderitaan gadis polos itu.


Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang