🐣36. Back to home? really?

1.4K 124 42
                                    

.

.

.

🐣 Aku harap kedatanganku yang keduakalinya tidak membuat mereka terluka, meski aku yang seharusnya yang lebih terluka🐣


Senyum manis itu mekar dengan indah di wajah tampan Vano, ia menatap dari jauh sosok gadis polos yang sedang berjalan ke arahnya dengan langkah yang pelan. Tak sabar ingin bertemu, Vano melangkah dengan cepat menghampiri Luny dengan penuh semangat.

Tidak. Langkah Vano terpaksa berhenti saat seseorang telah mendahului kesempatannya. Azer berdiri tepat di depan Luny, seolah melarang Luny melanjutkan langkahnya dengan berdiri tegap di depan Luny.

"Sial! Mau apa lagi tuh cowok!" Vano hendak melangkah, namun tangannya di tahan oleh Delon. "Biarin," jawab Delon. "Gue nggak bakal biarin cewek yang gue cinta disakiti berulangkali!" Gertak Vano tak ingin dikekang.

"Lo pikir cuma lo doank yang cinta sama dia? Gue juga,Van. Jangan sampai cinta membuat lo buat dengan lingkungan. Dia tetap terluka karena kita bukan obat yang pas untuk mengobati sakitnya, sebesar apapun cinta lo ke dia. Semua bakal ternilai nol, karena lo bukan tujuan cintanya!" Jelas Delon tegas sampai uratnya terlihat jelas di bagian lehernya.

Vano terdiam mendengar ucapan Delon. Ia memang sudah sadar tentang semua ini. Hanya saja ia belum siap menerima kenyataan yang sebenarnya harus terjadi.

"Semoga bahagia, Lun." Batin Vano tercabik untuk kesekian kalinya. Merelakan gadis itu dengan setengah hati, entahlah ia sulit menerima semuanya.

"Merelakanmu adalah hal yang sulit untukku jalani sekaligus hal yang mudah untuk kau perintahkan"

Vano membalikan tubuhnya menatap punggung Delon yang telah berjalan jauh. Sangat sulit di artikan. Seorang gadis bisa membuat kacau pikiran tiga orang lelaki, tanpa bisa menutup rasa luka itu. Namun, tiga orang lelaki itu masih menunggu dan berharap, meski hanya tertinggal sisa saja. Karena ada yang istimewa dari Luny. Entahlah, Luny begitu pandai memengaruhi seseorang dengan kepolosannya. Ketiga lelaki itu akan tersakiti jika bersamanya, dan akan tersakiti jika jauh darinya.

🐥🐥🐥

Sementara Luny yang berdiri dingin di depan Azer, hanya menutup mulut serapat mungkin. Ia hanya tak ingin memperpanjang masalah dengan lelaki itu. Namun, Azer tak putus menatap wajah Luny yang jelas-jelas jutek.

"Apa kabar?" Tanya Azer dengan nada yang canggung. Luny tak tertarik untuk menatap lelaki itu, apa lagi membalas ucapannya. Menurutnya, percakapan basa-basi yang tidaj terlalu penting. Dengan langkah cepat, Luny pergi menjauhi Azer.

"Dengerin gue, Lun!" Azer menarik tangan gadis itu dari arah belakang. Luny menatap lelaki itu dengan tatapan benci yang terlalu dalam.

"Apa Zer? Mau marah? Punya hak apa lo sama gue! Lo bukan siapa-siapa gue lagi, jadi berhenti untuk-"

"Gue tau!" Potong Azer cepat dengan nada tinggi. Seolah tak suka jika ia di ingatkan dengan hubungan yang telah berakhir itu.

"Gue udah jadi mantan lo dan bukan berati gue nggak bisa-"

"Bisa apa? Gue muak sama lo, Zer. Nggak tau mau bilang apa lagi. Gue cuma minta satu. Jangan ganggu gue, saat proses move on ini sedang berlangsung! Gue yakin suatu saat nanti ... bisa lupain sama luka ini!" Luny menahan sesak di dadanya.

"Gue nggak peduli seberapa bencinya lo sama gue, gue nggak peduli!" Tanpa menunggu lagi, Azer menarik Luny ke dalam kedelapannya. Dalam pelukkan itu Luny berteriak histeris dalam hatinya. Hangatnya mampu mengingatkan kembali luka yang pernah menghiasi pedih hatinya. Kedua tangan Luny memeras kuat seragam Azer. Seolah menahan rasa pahit yang harus ia telan.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang