🐣32. Back to school 🐣

1.3K 129 62
                                    


.

.

🐣Aku ingin bahagia selama satu hari saja, tetapi ekspetasi sederhana itu ternyata terlalu tinggi bagiku🐣





Lengan yang panjang dan kekar itu merangkul pundak Luny dengan hangat. Seolah anak ayam yang di sembunyikan dalam sayap induknya. Agar tak ada yang berani menyentuh gadis itu.

Luny memasang wajah takut sambil menenggelamkan kepalanya ke bawah. Langkahnya berjalan dengan lambat, ia melirik sekitarnya dengan khwatir.

"Jangan takut, gue ada di sini." Azer mengusap ujung kepala Luny dengan gemas. Semburat pipi merah merona terlihat dengan jelas dari wajah Luny. Gadis itu melirik Azer ke atas. Sebuah senyum tulus terukir manis di wajah Azer.

"Gue nggak baka biarin orang lain rebut lo dari gue," bisik Azer lembut sambil menundukkan kepalanya ke arah telinga Luny. Tubuh Luny terpaku mendengar suara Azer, kalimat  lelaki itu terngiang-ngiang di benaknya.

"Udah nurut aja, kebanyakan melamun lo." Azer menempelkan kepala Luny ke dadanya menutup kepala gadis itu dengan jaket hitam miliknya. Agar Luny tak perlu takut dengan tatapan dan pendapat orang lain tentangnya.

"Azer gue sulit bernafas!" Pekik Luny berusaha membuka jaket hitam yang menutupi seluruh kepalanya. Lelaki itu menatap Luny dengan gemas, menarik pipi Luny sambil menggoyangkannya.

"Apaan sih sakit!" Luny memukul tangan Azer yang masih mencubit kedua pipinya. "Sok manja banget sih nih cowok! Bentar lagi sifat dinginya keluar!" batin Luny kesal.

"Gue cubit atau gue cium? Hm?" Tanya Azer dengan wajah memerah. Apa yang sedang di pikiran lelaki itu? Luny mendadak diam, menulusuri wajah tampan Azer dengan gugup, sebab jarak wajah keduanya hanya lima centi meter. Sayangnya, ia bukan pemilik seutuhnya. Masih ada Yenzi di hati lelaki itu.

"Gue mau pulang," Luny membalikkan badannya. Dengan lincah Azer menarik tubuh mungil itu lalu menaikkannya ke atas bahu kekarnya. Kemudian berjalan menuju halaman sekolah.

"Azer lepas! Gue bukan karung! Lepas!" Luny terus memberontak dengan kesal. Ia memukuli punggung Azer dengan kuat. Namun, itu tak akan membuatnya turun dari bahu Azer.

"Dasar anak ayam! kalau dilembutin makin manja, lumayan gue gendong, kalau gue seret mau?" Tanya Azer sambil berjalan dengan tatapan lurus ke depan.

"Gue mau turun!" Nada Luny bergetar, terdengar manja. Azer pun luluh mendengar suara mungil itu, lalu ia menurunkan Luny ke bawah.

"Gue mau nunggu Tuti aja di sini baru masuk ke kelas," ujar Luny menatap Azer dengan tatapan memohon. Lelaki itu menggeleng cepat.

"Lo pintar banget yah. Mau selingkuh terus? Hah!" Azer menarik hidung Luny dengan gemas.

"Apaan sih!" Dengan raut wajah yang memerah Luny melepas jadi Azer.

"Gue nggak mau ninggalin lo sendiri sayang. Kenapa? Coba bilang ke gue 'kenapa sayang'!" Ujar Azer menyuruh Luny meniru ucapannya.

"Nggak mau!"

"Bilang!"

"Nggak!"

"Mau gue cium sampai nggak bisa bernafas mau? Baru lo mau nurut? Ok-"

"KENAPA SAYANG?" teriak Luny dengan kesal. Azer terkekeh melihat wajah imut yang telah memerah itu.

"Aku takut kamu digandeng sama cowok lain sayang, mending gandeng aku aja." Azer mengambil tangan Luny lalu menyelipkannya pada lengan lelaki itu.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang