11. Jangan bodoh!

1.2K 163 32
                                    

.
.
.

Mencintai namun harus terluka adalah kebodohan ku sendiri.


  Suasana pagi di sambut hangat oleh sinar matahari yang masih enggan memancarkan cahayanya, sinar itu menembus jendela kamar Luny, hingga ruangannya terlihat cerah. Gadis itu tersenyum riang ia menebak hari ini adalah hari yang menyenangkan. Secerah hatinya yang sedang berbunga, Luny menatap wajahnya di depan cermin sambil menyisir rambut yang berjuntai indah dan panjang.

Wajahnya yang imut dan polos terlihat menggemaskan, kali ini Luny mencoba untuk menguncir rambutnya. Sesuai keinginan Azer, ia memakai ikat rambut berwarna merah itu dan melihat dirinya di depan cermin dengan tatapan berbeda.

"Bagus banget, Azer tau ya selera cewek. Gue yang jadi cewek aja malas pakai yang gini-ginian." Luny membayangkan wajah Azer yang akan di temuinya di sekolah nanti.

"Lun, lo cantik pagi ini." Azer menatap wajah gadis itu dengan intens.

"Makasih, Zer." Luny tersipu malu sambil menyembunyikan pipinya yang merah merona. Wajah lelaki itu ikut memerah melihat senyum manis yang mengembang di wajah Luny.

"LUNY!!!" Teriak Rama dari ruangan tengah, gadis itu bangun dari lamunannya sambil menepuk jidat.

"Aduh, kebanyakan halu gue! Ia ma Luny turun." Gadis itu segera mengambil tas kemudian berlari kecil menuruni tangga. Bisa-bisanya ia mengkhayal Azer di pagi buta ini.

"Kamu ngapain aja kenapa lama sekali!" bentak Rama.

"Ma-maaf ma," kekeh Luny merasa takut.

"Rambut kok tumben di kuncir? Biar di bilang cantik ya?" Resy menatap Luny malas.

"Nggak cocok mending jadi kuntilanak aja sana, rambut panjang nggak usah di kuncir. Biar makin terkenal lo di sekolah." Sambung Yenzi mendukung ucapan Resy.Luny tak memperdulikan semua ucapan kosong mereka, ia tetap berdiri memasang wajah ceria. Luny menyentuh ikat rambut merah yang ada di kepalanya, ia hanya ingin membuat Azer bangga padanya.

"Kamu harus antar laundry saya, baru kamu pergi sekolah!" Perintah Rama memberikan plastik besar yang berisi banyak pakaian.

"Tapi ma, aku--"

"Ssstt! saya nggak suka kamu membantah apa lagi kamu menolak! Tau diri sendiri. Sudah tinggal enak, sekolah, di kasi makan, belajar untuk balas budi sedikit! Jangan cuma bisa jadi beban orang lain!"Sergah Rama dengan tatapan panas. Dengan lapang dada Luny menerima perintah dan semua perkataan pedas Rama untuk kesekian kalinya, ia berpikir jika gadis itu melakukan semua yang mereka perintahkan ia akan diterima, tetapi tidak sama sekali. Meskipun begitu Luny tetap berjuang untuk dirinya agar masih bisa berada bersama mereka, terutama papa.



***



  Luny membuka gerbang rumah sambil memegang plastik besar itu dengan sulit, ia harus menyeret plastik itu jika tangannya sudah pegal. Saat ia sudah berdiri di depan gerbang, matanya terbelalak melihat seseorang yang sedang menunggu. Lelaki itu duduk di atas motor sambil memakai jaket hitam ciri khasnya, Luny segera menghampiri lelaki di balik helm itu sambil menyeret plastik dengan susah.

"Azer!" Panggil Luny melambaikan tangannya, tak lupa dengan senyumnya yang lebar. Sang pemilik nama itu membuka helm, lalu menyisir rambut yang berantakan dengan jarinya. Luny tak tahan menatap ketampanan Azer hingga ia berdiri seperti orang yang baru kali melihat idolanya. Dengan gesit gadis itu sudah berada di depan Azer.

Luluh tapi Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang